Page 14

1.8K 170 13
                                    

"Uaaaa... beteee!!" Rahel menghentak-hentakkan kaki ke atas ranjang.

Rencana untuk melamar pekerjaan di bioskop ternyata gagal total. Saat Rahel mendatangi tempat itu beberapa hari yang lalu, ternyata mereka sudah mendapatkan pekerja dan lowongan sudah di tutup. Rahel juga sudah berkeliling ke cafe-cafe dan mini market yang menyediakan lowongan. Namun, mereka hanya memberikan shift malam untuk pelajar dan mahasiswa. Sedangkan, Rahel tidak bisa membuat kebohongan untuk keluar di malam hari dari ibunya. Lagi pula malam hari adalah waktu yang digunakan Rahel untuk belajar dan mengerjakan PR.

Dia sudah tidak memiliki banyak waktu lagi untuk mengumpulkan uang. Waktu terus berjalan, jika tidak dari sekarang, dia tidak akan sanggup mengumpulkan uang untuk membayar kebutuhan tambahan dan dia tidak mau menyusahkan Ibunya. Ditambah lagi, sebentar lagi Sonya berulang tahun. Meski Sonya tidak pernah meminta kado dari Rahel, tetap saja Rahel harus memberikan sesuatu untuk sahabatnya. Jadi, tidak ada pilihan lain. Besok dia akan mencari lowongan kerja lain sepulang sekolah. Dia pasti bisa mendapatkannya!!

***

Anak-anak kelas IPA 3 satu persatu mulai kembali ke kelas setelah mendengar bel masuk berbunyi. Sembari menunggu guru masuk ke kelas, beberapa anak sengaja membawa makanan dan melanjutkan makan di sana karena belum puas. Rahel, Sonya, dan Mona kembali ke kelas sembari mengobrolkan hal-hal kecil yang wajar dan biasa.

"Mungkin dia suka sama kamu kali, Son." Rahel menyampaikan pendapat mengenai cerita Sonya yang mengatakan bahwa ada cowok yang selalu mengirim pesan LINE untuk mengucap selamat tidur. "Coba kamu tanya dia siapa. Aku yakin dia anak sekolah sini juga."

"Aku takut, gimana kalo dia mau nyulik aku. kayak yang ada di berita-berita gitu." Sonya bergidik ngeri membayangkan namanya menghiasi *headline news* berita karena menjadi korban penculikan.

"Yah nggak lah! Mereka nggak akan nyulik selama kamu nggak terpengaruh untuk ikut diajak kemana-mana. Kalo cuma bales doang nggak masalah kok." Rahel berpendapat.

"Atau kamu ajak aku aja kalo dia mau ngajak ketemuan..." Mona menyarankan.

Saran itu langsung disambut baik oleh Rahel. "Nah, iya, kamu ajak Mona aja. Lumayan bisa jadi bodyguard." Mereka makin mendekat ke bangku masing-masing. Dan Rahel mendapati Wikan sedang menatap ke arahnya. Itu membuat mood Rahel berubah jelek. "Apa liat-liat?!"

"Wah, tingkat pedenya tinggi sekali! Nih makan!" Wikan melempar buku tulis miliknya dengan ketepatan 100% menimpuk wajah Rahel. Meski sesungguhnya dia tidak berniat demikian. Dan hanya menggumam 'ups' mengagumi akurasinya.

"WOOOII!!" Rahel baru akan membalas melempar buku tulis itu ke Wikan ketika dia menyadari bahwa buku itu masih putih bersih dan kosong melompong dari halaman awal. Dan itu mengingatkan Rahel akan tawaran menggiurkan dari Wikan.

"Kapan mau mulai kerja?" ternyata Wikan memperhatikan gerak-gerik Rahel 'memeriksa' buku catatan itu.

"Udah dibilang, aku nggak akan ambil tawaran kamu! Enak aja jadi budak kamu!" balas Rahel yang akhirnya mampu melemparkan buku itu kembali pada Wikan. Namun, tidak berhasil mengenai wajah cowok itu, melainkan langsung ditangkap Wikan. Semenjak insiden siomay Wikan selalu siaga dengan yang namanya lemparan.

"Emang kamu udah punya kerja?"

"*None of your bussines*." Jawab Rahel singkat.

"Tuh kan, belom dapet job. Terima ajalah. Upah lumayan, nggak makan waktu sama tempat." Wikan memancing. "Hel Helbehel, Rahel..."

"Ugh, diem!" gerutu Rahel yang sibuk menyiapkan buku Kewarganegaraan di atas meja beserta alat tulis yang diperlukan.

"Yaudah, mau pegangan tangan di bawah meja aja?"

Rival in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang