18 | Lebih Baik Mati

353 33 1
                                    

Namaku Kang Seulgi, aku adalah anak terakhir dalam keluargaku. Seharusnya, sebagai anak terakhir aku dimanja-manja oleh orang tuaku, diberi kasih sayang setiap harinya, dititipkan doa dan ucapan ketika ulang tahun, diberi semangat dalam pertandingan dan ya! seperti anak yang paling disayangi.

Tetapi itu tidak terjadi sama sekali terhadapku. Sekalipun tidak akan pernah. Orang tuaku lebih sayang kakakku Minkyung, mereka selalu membanggakannya,mengutamakannya selalu dimanja memberikan semua yang ia mau.

Sedangkan aku? tak pernah sama sekali, mereka selalu menjadikanku yang terakhir bahkan tak penting lagi. Aku selalu diabaikan dan tak pernah dianggap ada.Ulang tahunku pun mereka tak ingat, mereka selalu lupa bila aku dilahirkan, aku tidak pernah diberi ucapan dan aku ingin tau apakah nanti mereka semua akan ingat dengan ulang tahunku. 

Aku ingin mengeluarkan semua amarahku, kesedihanku, semua yang telah aku pendam selama ini di hari ulang tahunku nanti. Aku akan membunuh mereka, mereka yang tidak ingat ulang tahunku. Mereka yang tidak pernah menyayangiku 

11.13 p.m.
Aku bangun dari tidurku, menyiapkan alat-alat yang akan aku gunakan nanti. Entah itu pisau, kapak,atau jarum suntik milik ayahku. Aku juga menyiapkan kek yang telah ku buat sendiri. Kek sederhana dengan lilin kecil di tengahnya, dengan warna merah darah yang aku dapatkan bahannya di makmal ayahku dibungkus dengan plastik yang bertuliskan nama seseorang.

Tapi aku tidak peduli, aku akan tetap menyiapkannya untuk aku makan nanti tepat jam 12 malam. Aku bingung akan menggunakan pisau, kapak, atau jarum suntik itu apa semuanya, entahlah yang pasti aku akan menggunakan salah satu dari alat-alat itu nanti. 

11.59 p.m.
1 minit lagi ulang tahunku. Aku sudah menyiapkan kek ini di hadapanku. Hanya dengan menghitung detikan saja aku akan meniup lilinnya lalu memakannya. 9 8 7 6 5 4... 3... 2... 1 "fiyuhhhh" aku meniup lilinku tepat pada jam 00.00.

Kini saatnya dimulakan...
Aku berharap agar semua amarahku yang telah ku pendam selama ini agar terbalas. Kemudian aku memakan keknya dengan lahap walaupun terasa sedikit hamis. 

12.15 a.m.
Aku berjalan ke bilik kakakku dengan pisau yang ku genggam di belakangku. Aku akan membunuhnya terlebih dahulu kerana semasa hidupnya dia selalu membuatku menderita membuat orang tuaku mengabaikanku, kini saatnya untuk membalasnya. Kini aku telah disisi kakakku. Kakakku tertidur sangat lena, aku cuba membangunkannya. 

"Minkyung Unnie, irreona." ucapku dengan lembut. "Ahhhh tahu tak unnie masih mengantuk" bentak kakakku masih dalam keadaan menutup mata. "Kakak ingat hari ini hari apa?" tanyaku dengan menyeringai. "Ahhh aku sudah bilang aku masih ngantuk Aku tidak perduli sekarang hari apa ngerti" bentak kakakku lagi. Aku hanya menyeringai lagi dan menyiapkan pisaunya untuk segera menusuknya. "sudah pergi sana" bentak kakakku lagi sambil menengok ke arahku dan kemudian aku menusukkan pisauku tepat ke arah mulutnya.

Aku junamkan pisauku ke mulutnya berkali kali hingga tak terasa pisauku sudah hampir membelah dua kepalanya, darahnya pun bercucuran. Namun Ia masih saja meronta-ronta. Aku pun menusukkan pisauku tepat dijantungnya dan membiarkannya. Malaikat pun mencabut nyawanya. Haha teriakku dalam hati akhirnya 1 dendamku terbalas. 

12.45 a.m.
Aku menyiapkan alat yang lain, kapak di genggamanku dan suntikan biusnya di poket seluarku. Aku menuju me bilik kedua orang tuaku. Kebetulan sekali, ayahku sedang berjalan menuju ke bilik kakakku. Dengan segera aku bersembunyi dan berjalan perlahan di belakangnya.

Saat aku sedang mengikutinya, tiba-tiba ayahku berhenti dan melihat ke bawah sedang memperhatikan jejak kaki berwarna merah (darah kakakku) di lantai

"Shit" Aku lupa untuk membersihkan diriku. Aku pun segera berlari kearah ayahku, sebelum ayahku melihatku. Aku pun mengambil posisi untuk membunuhnya. Ayahku melihat ke belakang.

"Ayah ingat tak hari ini?" ucapku pada ayahku sambil mengangkat kapakku "Rani apa yang kau . . ." Ayat ayahku terpotong, aku telah menebas kepalanya. Darah terpancut dari kepalanya.

"Arghhh" Teriak ibuku, ternyata ibuku sedang mengamatiku yang telah memotong kepala ayahku.

Aku menghampirinya dan cubba untuk mengarahkan kapakku ke kepalanya. Tetapi ibuku menahannya "Anak derhaka kau!" Teriak ibuku dengan ketakutan dan amarahnya sambil mengeluarkan air mata. Aku tidak hanya diam, aku segera mengambil jarum suntik dari poketku. Aku menusuknya pada ibuku.

Dia tersentak kesakitan dan beberapa detik kemudian dia pengsan. Ternyata ubat biusnya bekerja. Aku menyeret ibuku ke gudang tempat dimana aku sering melepaskan amarahku. Dimana ada 3 patung besar yang mengibaratkan mereka. Saat aku kesal aku berlari ke gudang dan menusuk-nusuk patung itu. Sekarang aku telah mengikat tangan ibuku dibesi dan kakinya dibesi yang lain.

Aku akan menunggunya sampai dia terbangun, dan aku akan menusuk-nusuknya seperti boneka boneka itu. 

03.48 a.m.
Kini aku telah membawa mayat kakakku dan ayahku tidak lupa dengan kepalanya yang telah terpisah. Mati ataupun hidup mereka selalu menyusahkanku. Ibuku sudah bangun kini ia meronta-ronta dan memaki diriku agar aku melepaskan ikatannya.

"Ibu apakah kau tak ingat hari ini hari apa? ucapku dengan polos. "Tidak ingatkan?Hah?"jawabku kini dengan nada yang lebih tinggi.

"eee hmm haaari hahahari" ucap ibuku tersekat-sekat kerana tidak tahu.

"Lupa ya? hah? menyayangiku tidak pernah macam mana boleh tahu hari ni hari apa" bentakku lagi. "Kau tak ingat siapa yang kau lahirkan pada tanggal yang sama seperti sekarang? Aku pada tanggal dan bulan yang sama aku telah kau lahirkan? kau tak ingat? hah? Ini hari lahirku" bentakku lagi lebih keras

"Mamamaaf ibu tau hari ini kamu berulang tahun tatappi.." Jawab ibuku.

"hahaha ya kamu tau karena aku sudah beritahukan" bentakku lagi. "Kini semuanya sudah terlambat tak ada lagi maaf untukmu ibu, kau telah melupakanku, kini aku akan membalasnya" jawabku sambil mengangkat pisau yang mengkilap di tanganku.

"jajajangan jangan, ibu mohon jangan nak. Aku sangat sayang padamu." mohon ibuku.

"Diamlah Ibu, aku sedang mencoba untuk menikmatinya" ucapku.

"tolong maafkanl......" ucapan ibuku terpotong dengan pisau yang tertancap tepat ke mulutnya yang cerewet.

Akhirnya tibalah saat dimana aku bisa melepaskan segala amarahku dengan menusuk lubang matanya, kugoyang-goyangkan pisauku keatas dan bawah, ibuku hanya bisa mengeram kesakitan dengan mulut yang bercucuran darah, kemudian aku mengambil pisauku namun bola matanya masih tertancap di pisauku, dengan perasaan sedikit jijik bercampur dengan rasa senang aku melepas pisau itu lalu kuraih kapakku melayangkan memotong kepalanya.

Aku ingin mulakan hidup yang baru kembali tanpa keluarga dan sama seperti dulu tanpa kasih sayang. Aku pergi dari rumah dan meninggalkan pesan bertuliskan "Sebenarnya aku sangat menyayangi mereka tapi Mereka Lebih Baik Mati". 

CreepypastaWhere stories live. Discover now