Jika kau sendiri, aku akan menjadi bayanganmu. Jika kau ingin menangis, aku akan menjadi sandaran bahumu. Jika kau ingin sebuah pelukan, aku akan menjadi bantalmu. Jika kau ingin bahagia, aku akan menjadi senyummu. Tapi jika suatu saat kamu membutuhkan seorang teman, aku akan menjadi diriku.
Hari masih pagi, bahkan kegiatan belajar-mengajar belum dilakukan, tapi apa yang terjadi hiruk-pikuk suasana di SMA Bimasakti sudah terasa. Murid-murid berlarian berkumpul di lapangan. Sorak-sorai dari murid-murid terdengar begitu keras layaknya sedang ada pertunjukan yang menarik untuk ditonton. Sonya yang baru saja tiba di sekolah dibuat penasaran. Kerumunan siswa di pinggir lapangan berhasil sonya lewati, mata sonya terbuka lebar. Dua orang laki-laki sedang adu jotos di tengah lapangan, dan satu orang laki-laki berdiri menyaksikan dengan badan kaku tak bergerak. Satu pukulan dilayangkan tepat di wajah laki-laki yang bernama kevin. Secara reflek sonya menutup wajahnya dengan kedua tangan. Seorang laki-laki yang dikenal sebagai ketua osis bernama reza dan temannya yang lain turun tangan dan memisahkan perkelahian dua laki-laki tersebut. Kedua laki-laki itu masih saja memberontak masih ingin melanjutkan perkelahiannya.
Sebuah kalimat muncul dari mulut reza "Mau sampai kapan kalian berantem ha? Sampe salah satu dari kalian mati?" Reza berbicara dengan memandang satu persatu dari dua orang yang berkelahi itu.
Kevin yang mulai malas mendengarkan reza yang sudah akan mulai mengumandangkan ceramahnya pun melepaskan tubuhnya yang ditahan salah seorang teman reza dan mengambil tasnya yang tergeletak di lantai lapangan basket kemudian melenggang pergi meninggalkan keramaian. Reza melihatnya dan mencoba memanggilnya tapi tidak dihiraukan oleh kevin yang terus berjalan menjauh.
Reza melihat sekeliling lapangan yang masih dipenuhi siswa "terus kalian ngapain disini? Bubar!!!!!" Suara reza mengeras dan siswa mulai bubar sambil berteriak "huuuuuu" merasa pertunjukkan yang asik itu dirampas.
Sonya berlari mencari kevin. Dilihatnya di kelas, kevin tidak ada. kemudian terlintas dipikirannya ada satu tempat dimana kevin selalu menghabiskan waktunya di sekolah, sonya berlari menuju rooftop sekolah yang merupakan tempat favorit kevin. Sonya melihat kevin duduk di kursi sambil memandang sekolah dari atas. Sonya berjalan menuju kevin yang terlihat duduk disana, lalu menyodorkan tisu di hadapan kevin, kevin menerima tisu itu dan mulai membersihkan darah yang ada di pipi kanannya.
"Lo bisa nggak sih nggak berantem sehari aja?" Sonya mulai angkat bicara geram dengan kelakuan kevin yang terus saja berkelahi.
"Gue nggak salah, sammuel yang coba bully murid lain ya gue nggak bisa diem dong" masih saja kevin melakukan pembelaan karena merasa tindakannya benar.
"Nggak semua masalah itu harus diselesaiin dengan kekuatan fisik kan? Lo bisa ngomong baik-baik tanpa harus lo pamerin keahlian dan mungkin menjadi hobi lo sekarang" sonya memang tidak terlalu suka dengan orang yang suka menggunakan kekuatan fisiknya disetiap menghadapi masalah.
"Emang lo siapa ngatur-ngatur hidup gue?" memandang sonya di sampingnya karena kevin tidak suka dengan orang yang suka mencampuri urusannya.
Sonya berdiri dari tempat duduknya "oh iya gue emang bukan siapa-siapa lo" melangkahkan kakinya meninggalkan kevin sendiri.
Kevin yang melihat sonya pergi merasa ada yang salah dengan ucapannya "son...... sonyaa" sonya tetap berjalan menjauh "ah dasar tukang ngambek" tidak ada niat untuk menyusul sonya dan kevin masih tetap duduk di tempatnya. Kemudian ponselnya berbunyi nama dimas, temannya, tertera di layar ponselnya. Kevin menjawab panggilan dari temannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rapuh [COMPLETED]
Teen Fiction[COMPLETED] RANK #44INTEENFICTION on 14 jan 2018 Sonya dan kevin adalah dua orang sahabat yang saling melindungi satu sama lain. Kevin agaknya terlalu bersikap protektif kepada sonya hingga sonya merasa kevin memiliki perasaan yang lebih dari seoran...