Chapter 4

21.5K 732 0
                                    

We laughed, we cried, but we'll never say good-bye. - Anonymous

-pagi hari di rumah sonya-

Hari masih pagi, sonya dan keluarganya sudah siap sarapan di meja makan. Bell rumahnya berbunyi, anggota keluarganya menghentikan aktivitasnya dan mulai sejenak berpikir siapa yang bertamu pagi-pagi begini. Mbak Inem, pembantu rumah tangga sonya langsung berlari menuju pintu dan membukakan pintu. Seseorang masuk bersama mbak inem.

"Lho kevin mau jemput sonya?" Tanya mama sonya, kevin hanya membalas dengan senyuman yang bisa diartikan bahwa iya dirinya memang akan menjemput sonya. Sonya yang melihat kevin datang pun kaget dan menghentikan sarapannya.

"Duduk vin, sarapan dulu" tawar papa sonya kepada kevin dan kevin mengambil tempat di sebelah sonya. Kevin sudah dianggap dan menganggap keluarga ini seperti keluarga sendiri karena dari kecil mereka selalu bersama dan juga rumah mereka yang berhadapan.

Sesaat setelah kevin duduk sonya beranjak dan pergi ke kamarnya untuk mengambil tasnya. Sonya turun dari kamar berjalan lurus tanpa menghiraukan kevin "ma, pa sonya berangkat" ucap sonya dengan terburu-buru pergi.

"Son, ini kevin masih di sini" teriak mama sonya yang melihat sonya meninggalkan kevin di meja makan.

Kevin yang melihat sonya pergi buru-buru beranjak dari kursinya. "Om, tante saya pergi" pamit kevin kemudian tangannya ditahan oleh mama sonya. "Kalian berantem?" Tanya Linda, mama sonya. Kevin hanya diam tak menjawab. "Tente minta tolong ya vin susulin sonya dia nggak tau berangkatnya naik apa mobilnya di bengkel dari kemaren, jangan sedih bentar lagi juga bakal baikan dari kecil kalian kan nggak bisa berantem lama-lama" ucap linda menenangkan. Kevin hanya menganggukkan kepala lalu pergi.

Kevin menggendarai mobilnya sambil melihat kanan kiri menemukan sonya tapi batang hidung sonya tak terlihat juga. Sampai di sebuah trotoar dekat halte kevin menemukan sonya berdiri sendirian disana. Kevin menepikan mobilnya dan berdiri di samping sonya. "Son ayo berangkat sama gue" tawar kevin. Sonya tidak menjawab pandangannya hanya melihat jalan memastikan bila ada taxi kosong yang lewat.

"Lo masih marah sama gue?" Tanya kevin. Sonya menoleh menghadap kevin "menurut lo?" Jawab sonya sinis. "Iya lo masih marah sama gue, karena itu gue minta maaf" jawab kevin santai. Sonya tidak menjawab dan berkali-kali menghentikan taxi tak satupun taxi yang kosong dan bisa ditumpanginya. Kenapa jakarta begitu padat penduduk sampai-sampai cari taxi susah sekali.

"Ini jamnya orang berangkat kerja son, cari taxi kosong susah, ayo berangkat bareng gue" bujuk kevin tapi sonya masih bersikukuh menunggu taxi. Kemudian dilihat jam yang melingkar di tangan kirinya waktu sudah menunjukkan pukul 6.30, 30 menit lagi sekolah akan ditutup dan sonya akan terlambat. Tidak ada jalan lain sonya harus pergi ke sekolah tepat waktu, tapi tidak mungkin kalau pergi bersama kevin upaya marah sonya kepada kevin akan sia-sia dan kevin akan terus berbuat tidak adil kepada sonya. Akhirnya jalan yang dipilih sonya adalah berlari menuju sekolah.

Kevin tidak sadar kalau sonya sudah pergi meninggalkannya "son,,,, sonya" teriak kevin yang sama sekali tidak dipedulikan sonya. Kevin menaiki mobilnya dan mengejar sonya. Kevin melajukan mobil pelan berjalan beriringan dengan sonya. Kaca mobil kevin terbuka "son beneran sanggup jalan sampe sekolah?" Tanya kevin menggoda sonya.

"Kenapa gue nggak sanggup? Jelas gue sangguplah" jawab sonya tegas. "Yaudah ayo naik aja" bujuk kevin lagi. "Kenapa sih lo gangguin gue, pergi" jawab sonya yang sambil berjalan sedangkan kevin di dalam mobil dengan laju yang pelan. "Yaudah gue pergi, jangan nangis kecapek an" kevin melajukan mobilnya meninggalkan sonya.

Rapuh [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang