Chapter 5

20.9K 680 3
                                    

Merasa diabaikan? Mengapa marah dan resah? Yang perlu kau lakukan hanya terus bersinar, hingga ia tak bisa tak melihat kilau itu.
-Helvy Tiana Rosa

-hari selanjutnya-

Bel istirahat sudah berakhir sejak 20 menit yang lalu, tapi sonya belum masuk kelas juga. 2 hari sudah ia bertengkar dengan kevin, rasanya ada sosok yang hilang dalam diri sonya. Mungkin sonya sudah keterlaluan tidak menerima permintaan maaf kevin. Berjalan sendirian di koridor-koridor sekolah yang tidak tahu akan kemana, pikirannya sedang kacau.

Mungkin ruang osis adalah tempat yang paling baik untuk bolos dan menenangkan pikiran. Sonya memutar balikkan badannya berjalan menuju ruang osis. Pandangan sonya menangkap dua orang laki-laki dan perempuan yang sedang berbincang-bincang di depan lab fisika dan orang itu adalah kevin dan bella. Sonya menghentikan langkahnya ia sejenak memperhatikan apa saja yang mereka lakukan berdua disana. Entah perasaan apa yang membuat sonya marah, sonya bertanya dengan dirinya sendiri ada apa dengan dirinya saat ini. Tiba-tiba saja rencana sonya untuk berbaikan dengan kevin hilang begitu saja. Sonya tertawa sejenak menertawakan dirinya sendiri yang aneh lalu melanjutkan jalannya menuju ruang osis.

Jalan menuju ruang osis harus melalui lab fisika dan sonya harus melewati mereka berdua. Mungkin strategi mengabaikan mereka lebih tepat digunakan pikir sonya. Sonya berjalan seperti biasa bersimpangan dengan mereka, matanya sempat bertabrakan dengan kevin. Sonya mempercepat langkahnya karena sekali saja kevin berucap mungkin amarah sonya akan memuncak. Tapi syukurlah kevin dan bella hanya melihat dan membiarkan sonya berlalu begitu saja.

Kemudian sonya melihat di gerbang depan sekolah ada seorang laki-laki yang sepertinya sedang kebingungan. Langkah sonya mengarah kepada laki-laki itu yang juga sepertinya sedang dilanda gelisah. Ditatapnya laki-laki berpostur tinggi dan badan sedikit kecil itu melihat keluar sekolah cemas sampai keberadaan sonya di sampinya tak disadarinya.

"Lo kenapa?" Ucap sonya yang cukup membuat laki-laki itu kaget dan menatap sonya kemudian mengalihkan pandang lagi.

"Gue lagi nunggu seseorang" ucap laki-laki itu sambil melihat keluar sekolah lagi.

"Oh,,,, penting banget ya sampe lo harus berdi,,,,," sonya menghentikan ucapannya kemudian melihat name tag laki-laki itu "wait, wait nama sammuel renaldi nggak ada 2 kan? Yang gue kenal sammuel renaldi itu bukan lo tapi cowok pembuat onar kelas 12 IPS 2" mata sonya memancarkan seribu tanya.

Laki-laki itu hanya terdiam mengabaikan sonya. Sonya masih menunggu jawaban dan laki-laki itu tidak menjawab juga. Kemudian datang seseorang dari luar gerbang dengan tubuh tidak bertenaga dan jalan yang dipaksakan. Darah sudah memenuhi wajahnya, kepala dan ujung bibirnya berdarah. Sonya yang melihatnya pun dibuat ngeri rasanya pasti sakit sekali kemudian sonya memandang sekali lagi kepada laki-laki itu dan dapat dipastikan ia adalah "sammuellll,,,,,," teriak sonya lalu menghmpirinya dan membantu sammuel masuk sekolah. Sonya bersusah payah membantu laki-laki itu berjalan tapi laki-laki yang memiliki nama yang sama tadi hanya diam berdiri melihatnya dengan wajah cemas, pucat dan keringatnya bercucuran. Sonya sempat marah kepada laki-laki itu "eh sammuel dua lo ngapain berdiri doang disitu? Bantuin kek" ucap sonya tapi laki-laki itu masih saja diam mematung dengan wajah pucatnya "ck" sonya masih berusaha membantu sammuel menuju uks tanpa disadari laki-laki itu malah pergi meninggalkan mereka berdua. Sonya menghela nafas panjang tidak habis pikir dengan anak-anak muda jaman sekarang yang tidak tahu akan perbuatan tolong menolong.

Sampai di uks sonya mencari petugas uks yang entah dimana. Di lihatnya ke seluruh ruangan uks tidak ada satu pun. Ini keadaan genting darah sammuel harus dihentikan jika hanya diam menunggu mereka kondisinya tidak akan baik. Sonya langsung mengambil tindakan, sonya membersihkan luka sammuel dengan ilmu yang sedikit dimilikinya karena papanya adalah seorang dokter, jadi sonya tahu sedikit tentang ini. Sonya begitu telaten membersihkan luka sammuel dan sammuel yang sedikit menahan sakitnya dan memandang sonya kagum.

Rapuh [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang