Chapter 6

19.8K 652 2
                                    

Mungkin ada sesuatu yag tidak perlu diucapkan untuk didengar, mungkin ada sesuatu yang tidak perlu disampaikan untuk dipahami.

Sonya masih terdiam di dalam mobil berpikir sejenak tentang kenapa dia berada di tempat ini. Sebuah suara muncul yang membangunkan sonya dari lamunannya "son, ayo turun" sonya hanya diam memandang mata laki-laki itu, lalu kevin menarik tangannya untuk segera keluar dari mobil.

Matahari begitu terik tepat di atas kepala, jadwal pulang sekolahnya hari ini lebih awal karena ada rapat penting di sekolah. Kevin terus menggandeng sonya dan sonya hanya menuruti kemana kevin membawanya. Kevin menuju tempat pembelian tiket, setelah mendapat tiket ia bersama sonya masuk ke dalam tempat itu. Sonya menahan tangan kevin yang terus menggandengnya "vin, vin ngapain kita ke sini?" Kevin menoleh ke sonya "kita seneng-seneng di sini" kevin melanjutkan langkahnya sambil menggandeng sonya. Mereka sampai di dunia fantasi dengan banyak wahana yang akan mereka jajal satu-persatu.

"Son, coba yang ini" ucap kevin dan sonya menggeleng-gelengkan kepalanya "nggak gue takut"

Kevin mengeratkan genggaman tangannya "gue selalu di samping lo, lo jangan takut" ucapan kevin itu membuat jantung sonya berdegup cukup kencang dan mudah saja sonya seolah tersihir dan mengikuti kevin. Mereka berteriak sambil tertawa menikmati wahana histeria. Kemudian mereka mencoba tornado, kora-kora dan akhirnya mereka menaiki bianglala.

"Son, buka mata lo merem mulu dari tadi" ucap kevin dan sonya hanya menggeleng-gelengkan kepala padahal mereka belum sampai di tempat yang paling tinggi. Kevin yang berada di depan sonya menggenggam tangan sonya. Sonya mencoba membuka mata lalu segera menutup matanya kembali "nggak gue takut ketinggian".

"Percaya sama gue" ucap kevin meyakinkan dan sonya perlahan membuka matanya. Senyum kecil terukir di wajah sonya kemudian sonya berteriak bahagia "vin gue berani vin yes" karena sonya yang terlalu kegirangan tidak menyadari akan membuat bianglala yang dinaikinya sedikit goyang. Secara reflek sonya memeluk kevin ketakutan sambil memejamkan mata. Sonya terlalu nyaman dalam pelukan itu sampai tersadar punggungnya di tepuk "son nggakpapa jangan takut" sonya perlahan melepaskan pelukan itu lalu tersenyum malu.

Mereka berjalan membeli camilan dan mencari tempat duduk setelah turun dari bianglala. Sonya memakan dengan lahap dan senyuman terukir di wajah sonya. "Gimana udah nggak marah sama gue?" Ucap kevin dan langsung membuat senyum sonya menghilang "iya iya enggak" ucap sonya sinis.

"Kok terpaksa?" Tanya kevin memandang sonya "iya kevin nggak marah" ucap sonya halus dan dibalas kevin dengan senyuman.

"Vin lo pernah mikir nggak sih eh gue deh gue pernah mikir kalau lo udah punya pacar kita nggak mungkin bisa kayak gini lagi dan gue nggak tau mau temenan sama siapa lagi gue takut, takut lo jauh dari gue" ucap sonya dengan ekspresi datar yang di dalamnya tersimpan kesedihan.

"Gue tetep sama-sama sama lo" jawab kevin singkat. "Gue son, gue yang bakal takut kalau lo punya pacar lo bakal ninggalin gue"

Hati sonya berdebar lagi mendengar kalimat itu "ah lo apaan sih vin mana ada yang mau sama gue, lo kali yang bakal punya pacar duluan kan fans lo banyak tuh" sonya menghentikan kalimatnya mengingat kejadian di sekolah tadi dimana kevin bersama dengan bella.

Kevin cukup mengerti arah percakapan sonya ini "gue kesel nih son masa gue harus setim sama bella buat olimpiade matematika" sonya membuka mata lebar membuang nafasnya dan hatinya kembali lagi tanpa beban. Ternyata kevin dan bella bukan seperti yang dipikirkannya.

Rapuh [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang