Chapter 21

12.4K 491 4
                                    


Hari sudah sore, seusai jalan-jalannya tadi sammuel mengantar sonya pulang.

"Sam berhenti"

sonya tiba-tiba saja meminta sammuel menghentikan mobilnya tepat di 2 rumah sebelum rumahnya. Kira-kira jaraknya 400 meteran karena mayoritas rumah di daerah sini besar dan luas ya wajar jejeran rumah para pengusaha. Sammuel menghentikan mobilnya cepat

"Kenapa?"

Dipandangnya dari tadi sonya melihat ke arah depan

"Ada kevin gue belum siap ketemu dia"

Sam mengalihkan pandangannya dan dia menemukan kevin baru saja turun dari mobil sport putih itu. Sam beralih ke sonya ia menggenggam tangan kanan sonya.

"Son lo harus siap lo nggak bisa sembunyi kayak gini, lo bahagia kan kalau kevin bahagia?"

"Tapi-"

"Gue yakin lo bisa"

Mereka saling bertatapan sudah 10 detik. Kemudian sonya menganggukkan wajahnya. Sammuel berhasil meyakinkan sonya.

"Oke gue jalan lagi ya"

"Iya"

Sam menjalankan mobilnya dan sampai di depan rumah sonya. Terlihat kevin yang menghentikan langkahnya kemudian berbalik badan melihat mobil sam.

Sonya turun dari mobil. Kemudian sam juga turun.

"Sam makasih ya, lo mau mampir dulu ke rumah gue"

Sam masih diam dan berpikir. Kevin jalan menuju dimana sonya dan sam berdiri.

"Gue mau balik aja son"

Sonya mengangguk. Kevin sudah berada di samping sonya. Kemudian sam mengulurkan tangannya. Sudah 10 detik lamanya tangan sam masih mengawang tidak dibalas kevin. Sam tertawa kemudian menaruh kedua tangannya di pinggangnya.

"Hahaha tangan gue bersih kali vin lo nggak usah jijik gitu cuma lo liatin doang"

Sam menghentikan tawanya karena jujur kevin di sana mukanya aneh sekali tidak berekspresi dan datar.

"Bisa nggak sih gak lihatin gue kayak gitu? Gue tau gue ganteng" dengan santainya sam berbicara seperti itu. Jujur sonya agak menahan tawanya. Kevin masih dengan muka datarnya. Sonya tau sammuel ini orangnya agak friendly jadi ya gitu kelakuannya.

"Oya selamat ya vin buat jadian lo, doain biar gue dan sonya cepet nyusul lo" sam merangkul pundak sonya. Sonya memasang muka penasarnnya.

"Jangan harap" kevin melepaskan tangan sam dari bahu sonya. Dan perlakuan seperti inilah yang ternyata sonya salah dalam memahaminya. Bodohnya lagi sonya sudah terbawa terlalu dalam.

"Yailah canda doang, yaudah gue pulang ya"

"Hati-hati sam"

Sammuel hanya menunjukkan ibu jarinya menandakan iya. Batin sammuel berkata kevin bego, pantas saja sonya jatuh cinta padanya ya gimana lagi dia perhatian banget kayak orang lagi ngelindungi pacarnya dan sonya salah mengartikan itu semua.

Sonya melangkahkan kakinya hendak masuk ke dalam rumahnya. Tiba-tiba saja sebuah tangan menahan tangannya sonya membalikkan badan.

"Son darimana? Jadi tadi lo pergi ninggalin gue dan milih pergi sama sammuel?"

"Lo udah sama bella"

"Iya gue sama bella, andaikan bella nolak gue dan lo pergi gue sendiri di sana son, gue butuh lo gue butuh lo buat bilang vin semua akan baik-baik saja lo jangan cepat putus asa"

Sonya agak meringis dan mencoba menahan air matanya yang ingin tumpah rasanya. Dalam hati sonya sudah berkecamuk lo butuh gue buat nguatin lo dan gue sendiri rapuh karna lo.

"Buktinya lo sama bella kan?"

"Ya iya sih"

"Terus? Apa lagi yang dipermasalahin"

Kevin terdiam, sonya membalikkan  badannya berniat masuk rumah dan kevin masih berdiri di tempatnya.

"GUE GAK SUKA LO DEKET SAM"

Sonya terhenti sonya tidak ingin lagi bertanya kenapa? Karena sudah tidak ada harapan cintanya sudah hancur. Sonya meneruskan jalannya lagi dan berteriak "DIA TEMEN GUE"

"GUE JUGA TEMEN LO SON"

Sonya meneruskan jalannya tidak mempedulikan kevin yang masih berdiri disana hingga sonya masuk ke dalam rumah.

"Sonya darimana?" Suara itu sangat dirindukan sonya, sonya ingin setiap ia pulang ada yang menanyainya dan kini itu terjadi. Sonya berjalan ke arah mamanya dan tersenyum

"Habis jalan sama temen ma" sonya duduk di kursi bar dekat dapur dimana mamanya sedang memotong kue dan ada juga salah satu pembantu sonya yang sedang mencuci piring di dapur.

"Temen apa pacar?"

"Temen ma"

"Kevin ya?"

"Tadinya sih gitu ma terus sonya pergi lagi sama temen yang lain"

"Oh, coba ini enak banget" mama sonya menyodorkan kue yang sehabis dipotongnya tadi. Sonya memakannya sambil tersenyum-senyum.

"Kenapa sih senyum-senyum gitu?"

"Sonya seneng, sonya seneng kalau mama kayak gini terus sama sonya, sonya seneng kalau sonya pulang ada yang merhatiin sonya, khawatirin sonya, kepo-kepoin sonya yang nunjukin sebenernya mama sayang dan perhatian ke sonya"

Mama sonya berjalan ke arah sonya kemudian memeluk sonya dan sonya membalas pelukan itu "sonya maafin mama ya, mama selalu sibuk sama urusan mama sendiri, tapi sonya harus tau mama sayang sonya"

Sonya tersenyum "iya-iya ma, udah ah sonya lagi bahagia jangan buat sedih"

Mama sonya melepaskan pelukannya kemudian tertawa sambil menghapus air mata yang jatuh.

"Emmm papa dimana ma?"

"Kamu tau sendiri kan papa sibuk sekali bahkan dia nggak pernah libur pulang malam terus"

Sonya menarik nafas panjang ia memang harus memahami pekerjaan papanya yang mengharuskan papanya sibuk setiap hari.

"Andaikan kak adam di sini sonya pasti seneng sonya nggak kesepian dan mama juga gak kesepian"

"Kakak kan lagi belajar kalau libur kuliahnya kan balik ke indonesia son"

"Apaan liburnya cuma 3 bulan doang setahun"

"Kalau kita kangen kita juga bisa pergi ke kakak"

Sonya menoleh ke mamanya "beneran ma?"

Mama sonya mengangguk. Sonya tertawa bahagia dan memeluk mamanya.

"Tapi kita izin papa dulu"

Sonya menghilangkan senyumnya "sonya nggak yakin"

"Usaha dong, rayu papa"

"Sipp ma"

Maaf agak pendek. Makasih sudah membaca jangan lupa vote dan komentari :)

Rapuh [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang