Chapter 28

12.1K 465 3
                                    



Setelah 3 hari menjalani hukuman seperti biasanya, sonya berangkat sekolah bersama kevin. Berkali-kali sonya mengatakan bahwa ia ingin berangkat sendiri tapi ada saja yang dilakukan kevin agar bisa berangkat seperti biasanya. Ya mereka sudah seperti barang satu paket yang sulit untuk dipisahkan. Setelah pertengkaran dan adegan pelukan dengan kevin 3 hari yang lalu sonya merasa masih ada beban dalam dirinya walau hubungannya dengan kevin baik-baik saja. Di sepanjang jalan sonya hanya diam ia bergelut di dalam pikirannya sendiri tentang beban yang dirasa cukup membuatnya tidak bisa tenang. Tentang kevin yang masih tidak percaya dengannya, sudah sonya lupakan walau cukup membuat hatinya sakit. Tapi ini tentang sonya dengan sammuel sonya khawatir bila ia tidak bisa berteman lagi dengan sammuel, seorang laki-laki yang sangat pantas dijadikan sebagai sahabat. Tapi tetap saja kevin tak akan berubah posisi dari hidup sonya. Karena kevin segalanya baginya. Sonya tersenyum miring dan bergumam dalam hatinya "dasar bego" mencaci dirinya sendiri yang seolah kini dirinya dibutakan cinta atas segalanya yang telah dilakukannya bahkan masih belum bisa menghapus perasaannya walau sudah jelas-jelas cintanya tak akan terbalaskan tapi tak masalah bagi sonya, karena yang dicintainya adalah kevin, bukan orang lain.

"Oyyy turun, pagi-pagi udah ngelamun aja lo" ucap kevin yang berada di samping sonya cukup membuat sonya terbangun dari lamunannya.

Sonya membuka pintu langsung keluar dari mobil kevin dan meninggalkan kevin sendiri di dalamnya. "Ck dasar" caci kevin yang mengeluh tentang sonya yang pagi ini sikapnya sudah sangat dingin.

Di sepanjang jalan sonya merasa semua mata melihatnya. Sonya memeriksa penampilannya apakah ada yang salah dengan penampilannya, setelah ditelitinya tidak ada yang salah dengan penampilannya. Sonya melanjutkan langkahnya dan tidak peduli dengan siswa-siswa yang terus saja menatapnya. Sebuah poster besar yang terpampang di mading membuat sonya mengerti kenapa semua orang menatapnya sinis. Di poster itu terpampang jelas foto sonya disertai tulisan 'PEMBUNUH' sonya menarik nafasnya dalam lalu membuangnya. Apa lagi yang bisa dilakukan, sonya langsung mencaput poster itu. Perbuatan siapa ini, sonya tidak lama berpikir dan langsung menemukan sebuah nama di otaknya. Sonya berjalan dan di sepanjang jalan itu banyak berisi poster-poster seukuran brosur yang di tempel di kaca-kaca kelas. Sonya mencabut semua poster-poster itu tapi poster itu terlalu banyak dan akhirnya sonya meningkalkan itu semua bergegas menuju suatu tempat.

Dari kejauhan kevin melihat sonya yang mencabuti kertas-kertas yang menempel di dinding. Kevin yang penasaran langsung melihat kertas-kertas yang menempel. Cukup mengejutkan, perbuatan siapa ini. Dengan cepat kevin mencabut kertas-kertas itu.

Sonya memasuki kelas dengan amarah yang cukup menguasai dirinya. "GINA,,,, DIMANA GINA?" Teman-teman di kelasnya hanya melihat tidak ada yang merespon "KALIAN JAWAB GUE DIMANA GINA?" Suara sonya memenuhi ruangan itu dan teman-teman di kelasnya hanya diam. "Ck" keluh sonya karena tidak ada seorang pun yang menjawabnya. Sonya langsung pergi mencari keberadaan gina.

Di kantin sonya tidak menemukan gina, di semua kamar mandi wanita sonya juga tidak menemukan keberadaan gina. Sampai di persimpangan jalan sonya melihat sammuel sedang mencabuti kertas yang berisi foto sonya tertempel di setiap sudut sekolah ini. Sammuel sudah berhasil mencabut sebagian dari kertas-kertas itu yang jumlahnya sangat banyak. Memang sangat niat sekali yang melakukan ini. Sampai suatu ketika mata sammuel melihat keberadaan sonya yang berdiri memandangnya. Sammuel berlari menghampiri sonya.

"Sam lo nggak perlu nyabutin itu semua, percuma nggak akan selesai" ucap sonya

"Son lo baik-baik aja kan?" Tanya sammuel

"Ya seperti yang lo lihat hehheh" sammuel tau sonya tersenyum terpaksa "udah lo masuk kelas aja 5 menit lagi bel bunyi"

"Gue selesai in ini dulu" ucap sammuel sammbil menunjukkan kertas-kertas yang dicabutnya tadi

"Percuma, mereka juga udah pada baca"

"Son ini nggak bakal lama" sammuel melangkah tapi tangannya ditahan sonya.

"Sam gue nggak peduli sama omongan mereka, terserah mereka mau ngomongin gue kayak apa, ngehina gue kayak apa pun terserah, gue nggak peduli reputasi gue, image gue, nama baik gue, itu semua nggak penting, yang terpenting buat gue adalah sahabat-sahabat gue, orang yang gue sayang percaya sama gue. Itu semua sudah cukup bagi gue"

Sonya tertawa melihat sammuel di depannya tak berkutik "hahahha kenapa gue jadi curhat sama lo, yaudah lo sana masuk kelas" sonya seketika berhenti tertawa lalu melangkah pergi.

"Gue tahu son di dalam hati lo, lo nggak sekuat seperti yang lo kata. Semua yang barusan lo omongin adalah bohong, gue lihat kesedihan di mata lo. Gue tahu di sana lo berusaha berdiri walau kaki lo bergetar. Lo pura-pura son, pura-pura kuat padahal sebenernya lo rapuh. Dan di saat begini lo masih peduli sama gue?" Gumam sammuel di dalam hatinya. Sammuel layaknya orang bodoh yang hanya memandang sonya dari jauh tanpa berbuat sesuatu. Langsung saja ia mengejar langkah sonya.

"Jangan sok baik lo" ucap seorang laki-laki di depan kelas yang baru saja di lewati sonya. Sonya hanya diam tidak menanggapi dan terus berjalan.

"Gak nyangka gue jadi selama ini kebaikan lo hanya pencitraan" ucap seorang cewek.

"Gue nyesel pernah suka lo" ucap lagi seorang cowok

"He diem lo" ucap sammuel membela sonya.

"Gimana bukan penjahat, gue aja dijahatin" ucap lagi salah seorang cowok.

Sammuel tidak habis pikir ternyata mulut laki-laki di sekolah ini suka nyinyir juga. "Tutup mulut lo kalau lo mau hidup" sammuel terus berjalan mengikuti langkah sonya. Dan di setiap jalan sammuel membela sonya dan menutup mulut orang-orang yang mengatakan hal-hal buruk tentang sonya. Sammuel cukup ditakuti jadi setelah melihat sammuel mulut mereka seolah terkunci dan langsung bungkam.

"Sam lo kenapa ngikutin gue?" Tanya sonya tanpa menghentikan langkahnya dan terus berjalan sedangkan sammuel di belakang.

Sammuel tidak menjawab.

"Lo jangan bolos lo cepet balik kelas" ucap sonya lagi.

"Lo mau kemana?" Ucap sammuel sambil melangkah mengikuti sonya.

"Cari pelaku"

"Biar gue aja"

"Nggak perlu" sonya masih berjalan dan melihat sosok gina di depan lab fisika. Sonya bergegas menghampirinya.

"Gina" panggil sonya dan sonya mendekat. Gina menoleh menghentikan perbincangannya dengan temannya.

"Apa alasan lo lakuin ini semua?"

"Maksud lo?" Gina terdiam "oh yang poster itu? Hahahh lo tuduh gue gitu yang lakuin itu? Bukan gue sorry"

"Jangan banyak alasan, cepet jawab gue apa alasan lo?"

"Udah gue bilang bukan gue"

Sonya menarik nafas lalu membuangnya.

"Tapi dipikir-pikir poster itu bener juga loh son, lo kan berniat bunuh gue, jadi emang bener kalau lo pembun-" belum selesai berbicara sebuah bunyi cukup keras plak. Sebuah tamparan keras di pipi.

"Bunuh" suara gina masih terdengar. Sonya memfokuskan arah matanya. Dan tangannya kini bukan berada di pipi gina melainkan di pipi seseorang.

Makasih sudah membaca, jangan lupa vite dan komentari ⭐️⭐️⭐️

Rapuh [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang