PROLOG

94.1K 3.9K 155
                                    

"Seorang istri akan tetap setia walau suaminya mempunyai kekurangan. Sudah menjadi tugas istri untuk menutupi segala kelemahan suaminya itu. Jangan sampai orang lain mengetahui apa saja yang terjadi dalam rumah tangganya." 

Arum meminta waktu Camila untuk berbicara empat mata dengannya, sambil menunggu jadwal penerbangan ke Jogja sekitar tiga puluh menit lagi. Ia meraih kedua tangan anak bungsunya itu untuk digenggamnya.

"Jadilah istri yang baik dan patuh pada suami. Jaga tata krama di rumah mertuamu. Jangan lupa untuk selalu santun ketika berbicara dan juga bersikap. Tunjukkan hal-hal baik yang bisa kamu lakukan untuk suamimu dan keluarganya," lanjut wanita paruh baya itu yang kemudian memeluk Camila.

Camila dapat merasakan kasih sayang serta kehangatan tak terbatas yang bisa diberikan oleh seorang ibu pada anaknya. Ia menghirup aroma ibunya yang sebentar lagi berjarak. Merekamnya agar bisa disimpan dalam bagian kenangan indah hidupnya. Camila tidak mampu menghalau rasa sedih karena harus berjauhan dengan wanita yang telah berjasa membesarkannya. Setelah itu ia berjalan menghampiri keluarganya yang lain. Matanya tertuju pada kakak perempuan satu-satunya. 

“Jaga Ibu, ya, Mbak,” pintanya pada Calila.

“Kamu tenang aja soal Ibu. Kamu yang harus jaga diri kamu sendiri sekarang,” ujar wanita berkacamata persegi itu.

“Mbak Lila juga tenang aja, kan, ada Mas Dimas yang sekarang jagain aku.”

Calila melirik Dimas yang berdiri di samping ibu mereka sambil berkata pelan, “Aku sudah bilang sama dia. Kalau suatu saat dia membuat kamu kecewa, aku nggak akan pernah kasih ampun.”

Camila tersenyum menenangkan kakaknya. Walau Calila seperti tidak serius saat mengatakannya, tapi ia tahu kalau kakaknya akan melakukan apa pun untuk melindunginya.

“Mas Dimas orang baik. Mbak Lila nggak usah khawatir.” 

“Tapi tetap aja namanya manusia bisa berubah, seperti .…” Calila menghentikan kalimatnya. Teringat pada hal buruk yang pernah dialaminya. 

Wanita itu buru-buru menggelengkan kepala dan tersenyum, “Ya sudah, nggak usah dipikirin terlalu jauh. Semoga kamu selalu bahagia bersama Dimas.”

Kemudian kakak beradik itu berpelukan. Camila pasti akan merindukan Calila yang selalu menjadi tempatnya berbagi cerita. Saudari kandung satu-satunya yang ia miliki. Camila merasa seperti akan melewati sebuah medan baru yang masih samar. Sebuah babak baru kehidupan bersama Dimas yang ia belum tahu akan seperti apa nantinya. Akan maniskah? Atau malah pahit?

Kini dunianya adalah Dimas. Kemana pun ia melangkah dan dalam kondisi apa pun, tetap harus berada di sisi suaminya. Itulah kewajibannya sekarang sebagai seorang istri. Menerima segala kelebihan beserta kekurangan Dimas.

••☆••

CAMILA [ Sudah TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang