Setiap POV bisa dilihat dari judul bab-nya ya. Terima kasih.
•••"Dari sekian banyak wanita yang bersedia mengangkang di hadapan lo, ada nggak yang bisa membuat lo jatuh cinta?"
Sebuah garpu jatuh. Seorang ibu muda menutup kedua telinga anaknya yang masih balita. Beberapa gadis remaja tertawa cekikikan. Sisanya mungkin memilih pura-pura nggak mendengar.
Aku segera menggeplak kepala pemilik otak mesum bin bahlul di depanku ini dengan buku menu tanpa ampun. Dia hanya meringis, mengusap-usap kepalanya. Namun masih bisa tertawa tanpa peduli ucapannya barusan membuat hampir setengah pengunjung di kafe ini menengok ke arah meja kami.
Oh iya, ketinggalan. Si mbak-mbak waitress yang sedari tadi berdiri menunggu pesanan kami pun seperti menahan senyum. Mungkin dia pikir aku dan si bahlul itu sama-sama berotak mesum.
"Lo ngomong kekencengan, Rid." Aku kembali melayangkan buku menu ke kepalanya. Dia buru-buru menangkis. "Lo nanyanya sama gue tapi kayak udah mau buat pengumuman satu kelurahan," protesku lalu kembali mengarahkan fokus pada deretan nama menu makanan dan minuman yang dijual di kafe ini.
"Gue, kan, cuma mau tahu aja, Kin. Apa yang lo dapetin dari banyaknya wanita yang merelakan anunya lo utak-atik?"
Si bahlul ini malah semakin keras suaranya. Tambah ngaco. Aku melotot, dia tertawa geli melihatku yang jengah dengan keusilannya.
Aku buru-buru menyebutkan pesanan kami. Nggak enak diliatin terus sama si mbak waitress yang bisa-bisa mengira aku ini seorang penjahat kelamin."Pertanyaan gue jawab, dong," tukas Farid sambil matanya tetap mengikuti langkah waitress yang meninggalkan meja kami.
"Males gue jawabnya, nggak penting banget pertanyaan lo," tolakku
Si bahlul berwajah khas pangeran arab yang duduk di hadapanku ini namanya Farid Arkhan Fatturahman. Namanya islami, tapi otaknya nggak jauh dari selangkangan Miyabi. Farid adalah temanku sejak masih memakai seragam putih-biru sampai sekarang. Teman yang bisa diajak ke mana saja saat lagi jenuh. Ngobrolin apa saja yang bisa membuat kami lupa waktu. Nonton bola bareng, makan bareng, nonton film bareng, main futsal, main bola basket, main kartu, main catur, dan main-main lainnya. Kecuali main cewek. Itu hobi khusus untuk si Farid saja.
"Heh, Kin, itu gue nanya karena gue curiga sama lo."
"Curiga apaan?"
"Gue rasa lo sampai sekarang belum nikah juga gara-gara bosan lihat anunya cewek."
"Sialan lo!" Refleks aku melempar kotak tisu ke arahnya. Namun cepat si onta arab itu menangkapnya.
Farid tertawa. "Gue penasaran aja, Kin. Hampir setiap hari pasti lo melihat yang begituan, masa nggak ada rasa-rasa pengin nyoba."
"Itu karena otak lo aja yang selalu ngeres."
"Bukan ngeres, tapi gue hanya laki-laki normal yang pasti maunya mencoba sana-sini."
Aku berdecak. "Istri lo kan, sudah ada. Lo liatin aja punya istri lo."
"Ah, bosen gue sama Sisil." Farid mencondongkan kepalanya ke arahku lalu berbisik pelan, "Gue mau cari selingan, Kin, nanti malam.”
"Lo apa nggak takut kelakuan ajaib lo nanti ketahuan Sisil, Rid” Aku menyebut nama istrinya.
"Nggak mungkinlah gue bakal ketahuan, kecuali lo yang ember, Kin."
Berstatus sebagai teman saja memang nggak cukup tanpa menjadi penjaga rahasia Farid yang paling setia.
"Lo nggak kasihan sama Sisil?" Aku menyesap secangkir caffè americano yang baru saja diantarkan oleh waitress.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAMILA [ Sudah TERBIT]
RomanceCamila menikah dengan Dimas atas dasar perjodohan. Pengakuan Dimas mengenai dirinya yang memiliki kekurangan, tidak menyurutkan langkah pasangan itu untuk tetap bersama. Namun sebuah kebohongan terkuak dan memercik rasa sakit hati Camila. Hingga Ke...