•Camila
"Memang ngaruh, ya, Kin posisi pasangan saat bercinta dengan jenis kelamin bayi?" Sisil tiba-tiba melempar pertanyaan itu, ketika aku dan Keenan berkunjung ke rumahnya pada akhir pekan.
Kami duduk bersama sambil mengobrol di teras belakang rumah Sisil yang penuh dengan jajaran pot berisi kaktus.
"Aku baca di salah satu artikel, katanya bisa juga dengan memakai cuka atau soda kue," lanjutnya lagi.
Farid berdeham pelan sambil melirik istrinya yang duduk di sebelahku. "Sayang, kamu nggak sedang lagi bahas resep masakan, kan?" Farid tampak tidak yakin.
"Beneran, jadi katanya kalau mau mendapatkan bayi perempuan, sebelum berhubungan intim harus membasuh vagina dengan cuka. Terus kalau mau anak lelaki dengan soda kue."
Aku menaikkan alis, lebih pada tidak paham dan juga baru mengetahui tentang hal itu. Berpikir mungkin Sisil sedang bercanda, tapi sepertinya dia serius.
"Hah? Masa iya, Sayang? Kamu nggak salah buka situs, kan?" Farid lalu menyikut Keenan yang duduk di sebelahnya. "Bener nggak, tuh, Kin?"
Keenan tersenyum, lalu mulai menjelaskan masalah yang tadi ditanyakan Sisil. Kromosom x dan y bila bertemu akan membentuk jenis kelamin lelaki, sedangkan kombinasi dari kromosom x akan membentuk jenis kelamin perempuan.
Sperma yang mengandung kromosom xx dan kromosom xy memiliki ketahanan masing-masing terhadap sifat asam dan basa. Sehingga penggunaan cuka dan soda kue memang faktanya bisa membantu proses pemilihan jenis kelamin. Dan banyak hal lainnya yang diuraikan oleh Keenan, membuat penjelasan dari segi medis terdengar masuk akal.
"Eh, mau buat anak aja ribet banget, sih." Farid mengalihkan pandangannya padaku yang tengah meminum es teh. "Apa kamu dulu juga begitu, Mil, waktu mau merencanakan punya anak? Atau ada yang bisa kamu share ke kita posisi dan gaya seks apa yang cocok?"
"Uhuk!"
Aku sukses tersedak. Mereka kaget, terutama Keenan yang buru-buru berpindah tempat duduk di sebelahku untuk menepuk pelan punggungku.
"Sorry pertanyaan gue cukup mengagetkan, ya?" tanya Farid yang keheranan melihat reaksiku.
Aku tersenyum, memberi isyarat kalau itu bukan masalah. Aku memakluminya, karena tidak mungkin tiba-tiba membuat pengumuman kalau aku masih perawan. Bisa jadi bahan tertawaan kalau mereka tahu ada seorang wanita yang sudah pernah menikah selama dua tahun tapi masih tetap perawan.
Obrolan masih berlanjut seputar Sisil yang belum hamil juga meski sudah setahun lebih menikah. Waktu yang menurutku masih dalam ukuran wajar, tetapi Sisil sepertinya sudah sangat berharap akan kehadiran buah hati di tengah mereka, lalu Keenan begitu lancar menjelaskan masalah fertilisasi, sel telur, zigot, dan banyak kata lainnya yang aku tidak begitu paham.
Aku hanya menyimak sambil lalu bahasan mereka tentang apa pun itu yang berhubungan dengan masalah kehamilan. Hingga aku tidak tahu sejak kapan arah pembicaraan mereka yang semula terfokus pada Sisil dan Farid tiba-tiba berubah menjadi Keenan.
"Keenan hanya bisa berteori, tapi untuk praktek nol besar." Farid tertawa dan Keenan langsung menepuk keras punggung sahabatnya itu.
"Jadi lo beruntung, Kin, kalau bisa ngehalalin Camila yang sudah berpengalaman di tempat tidur." Farid terbahak lagi, tapi tidak ada satu pun dari kami yang tertawa.
Tepatnya aku dan Keenan, sedangkan Sisil beberapa saat yang lalu beranjak ke dapur untuk memeriksa brownies yang dipanggangnya.
"Aku ke dapur dulu, bantuin Sisil," ujarku lalu beranjak bangkit. Meninggalkan Farid dengan sisa tawanya, serta Keenan yang sepertinya mengerti dengan ketidaknyamananku.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAMILA [ Sudah TERBIT]
RomanceCamila menikah dengan Dimas atas dasar perjodohan. Pengakuan Dimas mengenai dirinya yang memiliki kekurangan, tidak menyurutkan langkah pasangan itu untuk tetap bersama. Namun sebuah kebohongan terkuak dan memercik rasa sakit hati Camila. Hingga Ke...