Chapter 26

851 41 2
                                    

Dari sepulang mereka makan bakso bersama, Nata lebih banyak diam, yang membuat Nada bingung setengah mati.

Dan sekarang, Nata tidak mengucapkan selamat pagi atau pun segala hal tentang itu lewat pesan, dan spam chat Nada sepulang mereka makan bakso tidak satu pun di baca dengan Nata, bahkan ia tidak menjemput Nada seperti biasa.

Nada benar-benar bingung sampai saat ini, apa salah nya? Apa ada yang salah?

"Wey! Lo kenapa?" tanya Andina yang tiba-tiba datang entah dari mana, Nada juga bingung.

"Kenapa apa nya?" tanya nya bingung.

Andina menghela nafasnya, "Dari tadi gue liat dari belakang punggung lo, lo jalan udah kaya orang mabok."

Nada memutar bola mata nya, "Majas lo keterlaluan lebay nya Din."

Andina tergelak, "Bodo ah! Tapi seliat gue emang lo dari tadi begitu. What's wrong Nad?" tebak nya.

Nada menggeleng pelan, "No what what."

Andina mendengus pelan, "Oke, lupakan. Mending kita cepet-cepet ke kelas." ujar nya sambil menyeret Nada ke arah kelas mereka.

**

"Lo kenapa sob?" Reno menepuk -lebih tepatnya memukul- pundak Nata.

Nata meringis merasakan pukulan Reno, "Sakit bego."

Reno tertawa, "Hahaha.. Tumben lo lemah?"

Sedangkan Nata hanya mendengus.

"Gue lagi bingung nih." ujar Nata tiba-tiba, membuat semua aktifitas sahabatnya pun terhenti dan menatap Nata bingung.

"Pegangan." celetuk Didit dengan sedikit tertawa.

"Garing bego." sahut Fauzan melempar tissue bekas yang baru saja ia pakai untuk mengelap meja, ke arah Didit.

Didit yang terkena serangan Fauzan pun tertawa ngakak, bukan nya marah, malah ketawa ngakak. Fauzan suka bingung kenapa dia bisa punya sahabat seperti Didit? Entah lah.

"Lanjut Nat, lo bingung kenapa?" tanya David tak mengindahkan kelakuan Didit barusan.

Nata hanya menghela nafasnya saja.

"Ett tai! Berisik bego lu Dit!" Reno menoyor kepala Didit dengan gemas, karena Didit sedari tadi tidak berniat untuk memberhentikan ketawa nya.

Akhirnya Didit memberhentikan ketawa nya, lalu mengusap pelan kepala nya yang menjadi sasaran toyoran Reno barusan sambil nyengir ga jelas.

"Persis orang gila, kalo lagi nyengir gitu lo Dit." ujar Aldo menahan tawanya.

Didit mendelik lalu menoyor kepala Aldo, "Kalo mau ngomong, ngaca dulu lo ketek badak!"

"Anjir sakit, pantat ayam!"

"Sialan, buntut cicak!"

"Eh, udah napa lo berdua! Kalo mau berantem di tengah-tengah jalan tol sono!" lerai Fauzan yang membuat Aldo dan Didit memberhentikan pertengkaran mereka.

Sekira Fauzan mereka telah akur,  ia melirik Reno dan menunjuk Nata dengan dagu nya.

Reno mengangguk paham, segera ia merangkul pundak Nata yang spontan membuat Nata tersentak. "Lo kalo ada masalah, cerita man. Ayam tetangga gue bengong mulu besok nya mati dia."

Nata terkekeh geli mendengar ucapan yang di lontarkan Reno, "Lo samain gue sama ayam?"

Reno mengangguk sambil mengelus dagu nya, "Bisa jadi." ujarnya, "Oke Nat, back to the topic. Cerita aja sama kita, kali aja kita semua bisa bantu."

Nata tampak berfikir, dan sedetik kemudian, ia mengangguk pelan. "Lo semua pasti udah tau kan, mantan gue, yang pernah gue ceritain itu?" ujar nya lalu menatap wajah satu persatu sahabatnya yang tiba-tiba tegang mendengar itu.

"Dia udah balik ke Indonesia, dua hari yang lalu dia ngeadd id line gue, dan kemarin yang pas gue lagi jalan sama Nada. Dia ngechat gue, nanyain kabar." jelas nya dengan satu tarikan nafas.

Hening, belum ada yang berbicara setelah Nata menceritakan ke gelisahan nya.

Tiba-tiba Didit berdehem pelan, membuat kelima sahabatnya menoleh ke arah nya. "Mungkin, karena dia kangen sama lo dan dia mau balikan, makanya dia chat lo."

"Bego!" seru Aldo, Reno, David dan Fauzan secara bersamaan, lalu mereka melempar -hampir semua- barang yang berada di atas meja ke arah Didit dengan gemas.

Nata menggeleng kan kepalanya pelan, heran aja kok bisa punya sahabat yang otak nya agak geser seperti Didit.

"Jadi gue harus apa?" tanya Nata lemas.

Kelima sahabatnya pun tampak berfikir keras.

"Terus chat mantan lo itu, lo bales kaga?" tanya David.

Nata menggeleng, "Belom sih."

Reno berdecak, "Lo ngomong belom, berarti ada niatan bales chat tu cewe!"

Aldo mengangguk setuju, "Bener tuh, apa yang di katakan dengan saudara Reno."

"Bacot bat lo Do." Didit mendelik kesal seraya menoyor kepala Aldo.

Aldo mendengus kasar, "Ya sekarang mah, keputusan ada di elu Nat. Kalo lo beneran sayang, cinta, bahkan setia sama Nada. Gak bakal lo ladenin noh tu cewe gatel, dan lo gak bakalan terusik sama dia. Tapi kalo sebaliknya, gue saranin lo harus tinggalin Nada, karena gue yakin dia bakalan sakit hati sama lo." jelas Aldo.

Seketika keadaan di meja berbentuk persegi panjang itu hening.

"Tapi kembali lagi Nat, gue saranin lagi nih buat lo. Ikutin kata hati lo, jangan sampe lo salah langkah dan bisa nyakitin Nada, atau lebih parahnya lo nyakitin dua cewe sekaligus." jelas Aldo lugas.

"Anjir! Yang barusan ngomong itu si Aldo?!!" pekik David heboh, menatap horor ke arah Aldo.

Aldo mendengus, "Dedemit!"

Fauzan berdehem, "Gue setuju banget sama omongannya si dedemit Aldo."

Didit, David, dan Reno pun mengangguk setuju. Berbeda dengan Aldo yang menggeleng kan kepalanya, bisa-bisa nya mereka percaya.

Nata terdiam sesaat lalu mengangguk pelan, "Thanks sob, kalo gak ada kalian, gue bisa bunuh diri di atas tower listrik sekarang."

Didit tertawa ngakak, "Lebay lo anjir."

David mendelik, "Sungguh terlalu kelebayan mu nak."

Aldo mengernyit, "Kumur-kumur lo Dav?" yang di respon dengan David hanya mendengus kasar.

Reno tersenyum kecil, "Yaelah, kaya baru kenal kita aja lo njing." gurau nya sembari menonjok pelan bahu Nata.

Nata tertawa pelan.

⚫⚫⚫⚫⚫⚫⚫

Haiiiii... Update lagi kan diri ku😳

Maaf ya chapter ini sangat dikit😂 tapi btw, bagaimana chapter ini?😄

Next?

Nada & NataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang