Chapter 39 . (b)

799 47 8
                                    

Gadis itu menopang pipinya dengan tangan kiri, dan tangan kanannya menggenggam pulpen hitam, mencoret sesuatu di buku salinnya.

Jangan datang, jika akhirnya pergi.
Jangan datang, jika hanya menuang tinta kepedihan di lembar kisah kita.
Jangan datang, jika hanya membuat nyaman, lalu kamu pergi begitu saja.
Meninggalkan semua ini, semua yang telah ku bangun dan semua yang ku pertahankan.

-Nada RH.

Kristal bening itu menetes kembali, membasahi selembar kertas yang telah ia isi dengan tulisan hatinya.

Sadar, ia terlalu cengeng karena ini semua. Ia berinisiatif melakukan relaksasi pernapasan dengan perlahan serta matanya ikut memejam. Tetapi, mengapa setiap ia menarik napasnya, rasa sesak juga rasa sakit masih begitu jelas ia rasakan?

Semakin matanya memejam, semakin deras pula air matanya. Sesakit ini kah?

Diam-diam, ia tersenyum miris, menyadari semuanya yang dulu terasa indah, kini kata indah itu hanya tinggal kenangan.

**

Entah sudah berapa tinjuan yang dilayangkan oleh David ke wajah lelaki di depannya, sesekali ia menggeram keras menatap wajah lelaki itu.

Sedangkan Reno berdecak kesal, menatap keadaan David yang begitu kalap, "Keluarin sekalian, biar lega!" teriak Reno.

Fauzan hanya menggelengkan kepala, tidak berniat memisahkan. Aldo memijat pelipisnya pelan, memikirkan cara memberhentikan David. Berbeda dengan Didit yang duduk santai di atas sofa lusuh sembari memainkan game di handponenya, terlihat tidak begitu perduli dengan perkelahian yang terjadi.

Aldo berdecak keras, mampu mengundang perhatian teman-temannya. "Kalo ga ada yang mau misahin, salah satu dari mereka bakal mati."

Didit mengendikkan bahu, "Biarin aja, tunggu dan liat siapa yang menang." balasnya dengan kedua mata yang masih tertuju ke layar handpone.

Reno menoyor kepala Didit dengan kesal, tidak perduli dengan Didit yang meringis sakit. "Bego." ujarnya dengan datar.

Tiba-tiba suara teriakan yang familiar di telinga mereka, dapat mengalihkan perhatian mereka masing-masing ke arah pintu rooftop.

Sontak mereka berempat melotot kaget, menatap Nada berjalan cepat dengan keadaan kacau ke tempat perkelahian David.

"DAVID BERHENTI!!!" teriak Nada pilu.

Sontak David memberhentikan aktifitasnya, menoleh sejenak dan mendapatkan Nada yang berlari kecil menghampirinya dengan keadaan sangat kacau. Emosinya seketika surut begitu saja, menatap kepiluan Nada di matanya. Tubuhnya lunglai terjatuh duduk, menatap nanar Nada telah memeluk erat tubuh lelaki yang barusan ia serang habis-habisan.

Nada & NataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang