Chapter 46

440 31 8
                                    

Seminggu telah berlalu, tetapi kedua mata gadis itu masih tertutup rapat dengan alat-alat medis yang terpasang di tubuhnya.

Dibalik kaca yang memisahkan jarak dengannya, lelaki itu selalu menatap penuh harap gadis yang tengah berbaring di sana.

Kapan kamu bangun, Nad?

Perasaan bersalah selalu menghantui dirinya. Tanpa sadar setetes air mata meluncur bebas di pipinya, dengan cepat ia menghapusnya.

David menepuk pundak Nata, berusaha menyalurkan kekuatan untuk sahabatnya itu. "Sarapan dulu, Nat. Nanti lo sakit, repot lagi gue."

Nata melirik David, "Ga napsu."

"Terserah ye, lo mati jangan salahin gue."

Mendengar itu Nata mendengus, "Ya kali ga sarapan sehari langsung mati."

David menepuk pundaknya lagi, "Umur ga ada yang tau, Nat."

"Yaudah beliin gue makan sana!"

"Dih, gue bukan babu lo ya!" ucap David seraya menoyor Nata.

Nata mendelik kesal, "Santai dong!"

"Frustasi banget ya, lo? Udah yuk ah cari makan!" kata David sambil menarik kerah baju Nata.

"E-eh! Kampret! Baju gue sobek!"

"Yaelah, tinggal beli lagi." ucap David santai seraya menghempas tubuh Nata.

Sesampainya di kantin rumah sakit terdapat Geral dan Mila tengah sibuk menyantap sarapan mereka masing-masing, kemudian David menghampiri mereka dan meninggalkan Nata yang sibuk memesan makanan.

"Lo ga ngampus, bang?" tanya David seraya duduk di depan Geral.

Geral mendongak, "Nanti siang."

David ber-oh-ria, tatapannya beralih pada gadis kecil di samping Geral. "Mila, ga sekolah?"

Mila menggeleng, "Males."

David mendengus, "Kalo kak Nada liat, pasti dia bakal marah banget nih."

Mila tersenyum miris, "Sayangnya, kak Nada ga di sini."

"Dia ada, di hati kita masing-masing, Mila." ujar Nata sambil tersenyum yang tiba-tiba datang membawa nampan, kemudian beralih menatap tajam David, "Lain kali ambil sendiri, njing."

David terkekeh seraya menerima makanannya yang diserahkan oleh Nata, "Masih pagi, jangan kesel gitu dong, nyet ku."

Nata hanya mendengus tidak berniat membalas.

***

"Lo ga mau balik ke sana?"

Nada menatap Dion, senyum tetap terukir di wajah mungilnya, "Kalo gue balik, lo sama siapa?"

Senyum Dion mengembang, "Sama malaikat."

Nada mengangguk paham, kemudian terdiam sesaat menatap rumput yang menyentuh jari kakinya, "Gue udah nyaman di sini, tapi pertarungan gue melawan kerasnya dunia di sana masih belum selesai."

Dion menoleh, menatap lamat gadis di sampingnya itu. "Kembalilah, Nada.. banyak yang menunggu lo di sana."

Nada membalas tatapan Dion, "Tapi gue ga mau kehilangan lo lagi, Dion.." lirihnya.

Nada & NataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang