Chapter 22

1K 44 6
                                    

"Nad! Nada! Tunggu!" teriak Nata di koridor sekolahnya yang lengang, sebab pelajaran masih berlangsung.

Nada terus melangkah lebar-lebar, tak menggubris panggilan Nata sedari tadi. Hingga Nada bertubrukan dengan seseorang, membuat langkahnya terhenti.

Nata pun sama.

Keduanya serentak menegang menatap seseorang di depannya sekarang.

"Hayoo!! Mau kemana kalian?!" sentak Mang Dedeh, OB sekolah mereka.

Nada mengelus dadanya, "Saya mau ke kantin Mang, saya laper." ucapnya sambil mengelus perutnya dengan wajah memelas.

Mang Dedeh menatap Nada iba, "Yasudah, hati-hati kalau jalan, ya." ucapnya, dan beralih menatap Nata yang baru saja mengangkat kakinya, ingin kabur.

"Hoy, kalo yang itu kenapa?!" tanyanya.

Pertanyaan Mang Dedeh, sukses membuat Nata membalikan badannya.

"Saya juga mau ke kantin Mang, nemenin sang kekasih hati." jawab Nata dengan wajah santainya.

Mang Dedeh memutar bola matanya malas, "Dah gih sono! Sukses dah ngejarnya!" usirnya.

"Siap Mang!" teriak Nata, melambaikan tangannya dan mengejar Nada, sekaligus meninggalkan Mang Dedeh yang geleng-geleng sendiri melihat kelakuan Nada dan Nata.

👫👫👫

"Nada kemana dah?" tanya Andina, kepada keempat sahabatnya.

Keempat sahabatnya, serentak mengendikan bahunya masing-masing.

"Gak tau tuh bocah, sombong banget!" jawab Ginan yang masih menatap layar handpone nya.

"Coba, kita ke kantin dulu deh, gue yakin Nada ada di sana." sahut Winda, menatap satu persatu wajah sahabatnya, meminta persetujuan.

Sandra mengangguk, "Boleh juga."

"Iya, gue juga lagi laper nih." ujar Arfira mengelus perutnya.

"Oke lah, ayo!" Andina beranjak dari bangkunya, diikuti oleh keempat sahabatnya.

**

"Nah! Bener kan? Gue udah duga!" ucap Winda girang, saat mereka tepat berada di depan pintu kantin.

Kelimanya pun melangkah, mendekati meja kantin yang di duduki oleh Nada dan -jangan lupa dengan kehadiran- Nata.

"Kenapa lo ga angkat telpon gue?!" sentak Ginan seraya menggebrak meja di depan Nada.

Nada berjengit, hingga mie ayam yang baru saja ingin masuk ke dalam mulutnya pun terjatuh lagi ke dalam mangkuknya, "Bisa ga? Kalo dateng ga usah pake kekerasan Gin?!!" teriak Nada frustasi.

Ginan melebarkan matanya, "Oh, jadi cuman gini respon lo Nad?" tanyanya, dengan wajah bengisnya.

Drama dimulai... batin Nada.

Nada menghela nafas pelan seraya mengibaskan tangannya ke udara, "Serah lo Gin, serah!"

Ginan membuka mulutnya ingin berbicara lagi, tetapa terhenti saat Sandra menahannya, "Udah Gin, cukup, gue udah ga kuat." ujar Sandra dengan wajah sedihnya.

Nada & NataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang