Chapter 45

651 38 22
                                    

Aldo, Winda, Arfira, Ginan, Sandra dan Didit duduk di lantai dingin rumah sakit dengan wajah lelah dan khawatir masing-masing, Nata bersandar di dinding dengan kepala menengadah ke langit-langit rumah sakit serta pejaman matanya, Fauzan tengah merangkul Andina menguatkan perempuan tersebut, berbeda dengan David, ia memilih untuk duduk di bangku yang sedikit jauh dari mereka, merunduk dalam dan jarinya mencengkram kuat kepalanya.

"Nada, mana Nada!" sebuah suara menggema di koridor rumah sakit membuat mereka menoleh ke asal suara.

Di sana terdapat sanak keluarga Nada dengan langkah kaki cepat dan ekspresi khawatir mereka.

"Tante, om.." panggil David melirih dengan tatapan bersalahnya.

Rina menghampiri David, lalu mencengkram kuat bahu pemuda tersebut, "Nada mana, Dav??!"

David memejamkan mata sesaat, tidak mungkin ia menjawab Nada baik-baik saja, sebab ia pun tidak tahu pasti bagaimana keadaan Nada sekarang. "Nad--"

Seorang dokter dan perawat keluar dari ruangan UGD, membuat ucapan David terputus. "Keluarga Nada?"

"Saya, saya, dok!" Rina menunjuk dirinya dan sedikit berlari menghampiri sang dokter, Doni mengikuti.

Sang dokter berdehem, "Bisa bicara sebentar, bu, pak?"

Rina dan Doni mengangguk cepat, menatap sang dokter dengan penuh harap.

"Nada mengalami cedera yang lumayan parah, dan kondisinya cukup kritis." kata dokter itu, ia menatap wajah kedua orang tua Nada yang sangat terkejut terutama Rina. "Boleh saya lanjutkan?"

Doni yang memeluk sang istri pun mengangguk sekaligus memantapkan hatinya mendengar penjelasan lebih lanjut dari sang dokter.

Dokter Nino mengembuskan nafasnya, "Tulang rusuk Nada dan kepalanya sedikit retak sebab benturan yang cukup keras dan kemungkinan ia mengalami amnesia atau lupa ingatan, kaki kiri Nada robek, lukanya dalam dan butuh jahitan." jelas dokter Nino secara perlahan.

Tatapan Rina kosong setelah mendengar penjelasan itu, air matanya meluruh di pipinya. Doni mempererat pelukannya, ia menatap lantai rumah sakit dengan tatapan yang sulit diartikan. Kemudian ia berucap dengan tenggorokan yang hampir tercekat, "Selamatkan anak saya, bagaimana pun caranya, dok." Doni menatap nanar dokter Nino.

Dokter Nino dan seorang perawat itu mengangguk tegas, "Baik, kami anggota medis akan melakukan yang terbaik, dan kami akan memberi sebuah surat persetujuan untuk tindakan operasi Nada, jika bapak menyetujuinya silahkan tanda tangan." ucap dokter Nino seraya memberi sebuah kertas beserta pulpen.

Doni menerimanya dengan tangan bergetar dan ia menandatangani kertas tersebut, lalu menyerahkan kepada dokter Nino seraya berucap, "Terimakasih banyak, tolong selamatkan anak saya, dok.." ucap Doni dengan penuh harap.

Dokter Nino dan seorang perawat itu mengangguk mantap kemudian pamit pergi bersiap untuk tindakan operasi.

Di sisi lain, Geral yang duduk dekat David hanya diam dengan tatapan kosong, dan Mila yang menangis sedang ditenangkan dengan David.

"Maafin gue, bang.." ucapan David untuk kesekian kalinya. Ia merasa sangat bodoh.

Geral tersenyum miris, "Lo kenapa minta maaf terus?"

"Gue ngerasa bego, bodoh, tolol, idiot, dan gue ngerasa bersalah sama kejadian yang menimpa Nada, bang." racau David.

Geral menatap lekat David yang jauh lebih tertekan darinya, ia menghela nafas kemudian merangkul pundak pemuda yang sedari kecil ia percayai itu. "Ini takdirnya Nada, Dav. Lo ga usah ngerasa bersalah, karena, lo ga salah sama sekali tentang ini."

Nada & NataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang