Chapter 42

561 37 7
                                    

Nada menatap segerombolan laki-laki membantu kelompoknya mendirikan tenda dengan diam, ia lebih memilih duduk diam dari pada harus membantu dengan keadaan yang seperti ini. Ia masih tidak terima dengan orang-orang anggota kelompoknya.

Nada menghela napas, KENAPA HARUS KETEMU DIA?! KENAPA HARUS SEKELOMPOK SAMA DIA, DAN KENAPA DIA SEKOLAH DI SANA?! batin Nada berteriak kesal, yang tanpa ia sadari jarinya telah mencengkram kuat botol plastik hingga tidak berbentuk.

"Rasanya pengen gue tendang palanye sampe lepas!" gerutu Nada.

"Siapa orang yang pengen lo tendang itu?" tanya seorang lelaki yang entah sejak kapan duduk di sampingnya.

Ia menoleh, ternyata Mario. "Itu tuh, si anjing!"

Mario mengedarkan pandangan, "Emang ada anjing?"

Nada mendengus kesal, "Au amat!"

"Lo kenapa? Kayak kesel gitu?"

"BUKAN KAYAK, TAPI EMANG KESEL, MARIO!!!!!" teriak Nada dengan suaranya yang menggelegar.

Mario menutup dua telinganya dengan rapat dan bola matanya menatap ngeri Nada. "Iya iya iya, jangan teriak gitu dong, gue masih mau hidup."

Nada mendengus, bibirnya mencibir kesal.

"Btw Ri, lo kenal Lollita?" 

Mario memutar kepalanya menatap lamat Nada, "Kenapa?"

Satu alis Nada terangkat, "Gue cuma nanya aja, lo ga kenal?"

Tanpa Nada sadari, Mario diam-diam meneguk salivanya dengan susah payah. "Kenapa lo nanya?"

Berbeda dengan tadi, alis Nada menyatu seraya menatap lamat Mario. "Ga boleh?"

Mario mengusap tengkuknya dan mengalihkan pandangan, "Boleh aja sih, tapi gue bingung lo tau Lollita dari mana."

"Tinggal jawab!" dengus Nada.

"Gue ga kenal." ucap Mario pada akhirnya.

"Yakin?" Nada memajukan wajahnya, ia merasa Mario sedang menutupi sesuatu darinya.

Mario mengangguk singkat, kemudian beranjak dari duduknya, "Gue ke tenda dulu."

Mau tidak mau, Nada mengangguk dengan pasrah. Dua bola matanya masih setia menatap punggung Mario, ia mendesah sebab tiba-tiba teringat masa lalunya bersama lelaki itu.

**

"Oke, karena gue sebagai ketua, gue dapet informasi dari wali guru dua sekolah ini bahwa kita semua nih tim perempuan dikasih tugas ada yang cari kayu bakar buat nanti malam, dan ada juga untuk bagian konsumsi." kata Rosa.

"Tim perempuan dan tim laki-laki digabung!" lanjut Mona sebagai wakil.

Winda berdecak dengan tangan bersedekap dada, "Gembel banget si Mona, bukannya jadi ketua malah jadi wakil! Malu-maluin sekolah kita aja!"

Ginan melirik Winda sinis, "Lebih baik dia jadi wakil, lah ngaca! Lo lebih bagus ga dari posisinya dia?"

Winda melengos seraya bersungut kesal.

"Perhatikan semuanya!" sentak Rosa.

Seketika hening.

"Di papan ini gue sama Mona udah tulis kelompok mana untuk cari kayu bakar dan bagian konsumsi, setelah shalat ashar semua tim di mohon untuk bergerak melaksanakan tugasnya. Paham?!" Rosa mengedarkan pandangan menatap wajah-wajah anggota timnya.

Nada & NataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang