Chapter 37

849 43 0
                                    

Nada terdiam lama menatap kertas selembaran yang baru saja ia terima dari Aldo sang ketua kelas.

"Asikk!! Haha nginep di hutan!!" Ginan berjoget ria di atas bangkunya.

Sandra meringis menatap Ginan, "Ga sadar body anjir."

Arfira tertawa, "Lah dia pan emang begonoh."

Winda mengangguk setuju, lalu ia menarik-narik rok seragam abu Ginan. "Turun woy, kasian tuh bangku."

"Kita lebih kasian sama bangkunya dari pada lo, Gin." sahut Andina yang sedari tadi tertawa geli.

Ginan melirik sinis ke arah mereka, "Sirik aja sih."

"Masalahnya mah gini, badan lo sedege gaban gitu naikin bangku malang yang tidak bersalah." ucap Nada.

Bibir Ginan mencibir, "Iya deh, tau gue, yang badannya kerempeng kaya triplek bangunan."

Nada mendelik dan melempar tisu  bekas ingusnya, "Sialan kau."

Teriakan histeris Ginan menggema saat tisu itu mengenai punggung tangannya, "NADA JIJIK!"

Nada tertawa hingga terpingkal-pingkal, "Turun makanya! Hahaha..!"

Ginan memasang ekspresi ingin menangis, lalu dengan perlahan ia turun dari atas bangku. "Jahat kalian semua, ngetawain inces."

Sontak mereka semua yang menertawai Ginan, terdiam, lalu memasang ekspresi ingin muntah.

"By the way, sekolah Mentari Satu, rata-rata anak high class ya?" tanya Andina.

Winda mengulum bibirnya, "Denger-denger sih gitu."

"Wah, bakalan seru nih!" seru Sandra dengan binar di matanya.

Ginan mengernyit sedikit, "Kok, seru?"

"Iya, seru, kan nginep di hutan kata lo."

Ginan mengangguk dan bergumam tidak jelas.

Nada terdiam, memikirkan beberapa kemungkinan yang akan terjadi pada hari itu, hari dimana mereka akan menginap di hutan bersama sekolah lain.

Menyadari tingkah Nada yang aneh, Arfira menyenggol lengannya. "Lo kenapa?"

Nada menggeleng seraya tersenyum kecil, dan menjawab. "Gak papa."

"Kalian semua, ikut?" Nada mengajukan pertanyaan, yang membuat kelima sahabatnya itu terdiam.

"Ikut." serentak mereka menjawab pertanyaan Nada.

Nada menatap wajah sahabatnya satu persatu, terdapat binar di bola mata mereka. Terlihat jelas, kalau mereka semua sangat antusias dengan acara ini.

"Gue ga ikut." ucap Nada dengan wajah tertunduk.

Sontak mereka semua mendelik.

"Kenapa?" satu pertanyaan terlontar dari bibir mereka.

"Firasat gue ga enak." ujar Nada jujur.

Sandra menepuk pelan pundak Nada, seraya berucap. "Positif aja, Nad."

Nada mendongak menatap Sandra, lalu tersenyum kecil. "Makasih, San."

Sandra mengangguk pelan sebagai jawabannya.

Dan, mereka semua tidak ada yang menyadari kegelisahan Nada dengan acara itu.
Ia akan bertemu dengan Mario, karena Mario bersekolah di Mentari Satu, yakni sekolah lain yang akan menginap bersama dengan sekolahnya di hutan nanti.

**

"Lo udah liat selembaran yang gue kasih?" tanya Aldo.

Nada & NataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang