Chapter 49

798 27 11
                                    

Didit memasang ekspresi serius ketika mengeluarkan kartunya yang berwarna kuning. Fauzan sontak terkikik geli ketika melihat ekspresi Didit.

David menatap Fauzan dengan tatapan horor, "Bocah stress," kini gilirannya untuk mengeluarkan kartu, dan miliknya yang berwarna kuning hanya +2. "Maapin ya, guys."

Sontak mereka semua menyoraki David, lalu melempar kulit kacang dengan rusuh padanya. David yang diperlakukan seperti itu pun tertawa terbahak-bahak. "Udah, eh! Nanti gantengnya gue ilang."

"Sekalian aja muka lu yang ilang, nying!" gerutu Didit seraya menendang kecil kaki David.

Kini mereka tengah berada di saung rumah David, sedang bermain kartu UNO ditemani dengan sebungkus kacang kulit dan secangkir kopi instan. Sudah menjadi rutinitas baru mereka setelah pulang sekolah nongkrong terlebih dahulu di saung David hingga malam.

Fauzan tersenyum miring menatap kartu David tadi, "Semoga gue selamat sejahtera malam ini," katanya sambil mengeluarkan kartu yang sama.

Aldo menggigit kecil ibu jarinya, lalu mengeluarkan kartu yang sama. "Dari pada gue nambah kartu mending nambah pahala."

"Definisi temen bangsat, kayak begini nih!" gerutu Didit ketika melihat kartu yang telah dikeluarkan oleh mereka, lalu ia mengambil kartu tambahan sesuai dengan jumlahnya.

Melihat itu, Fauzan, David dan Aldo serempak tertawa terbahak-bahak. Bagaimana tidak? Merupakan kesenangan tersendiri bagi mereka melihat temannya sedang kesusahan.

"Mohon bersabar ini ujian." ucap Aldo sambil membantu Didit mengambil kartu tambahan.

"Ujian, pale lu!" dengus Didit.

Tawa Fauzan semakin geli, membuat Aldo dan David tertawa kembali. Tiba-tiba handphone David bergetar lama, membuatnya mengalihkan perhatian. Di sana tertulis nama Geral, tanpa berpikir panjang ia menggeser tombol telepon berwarna hijau untuk menjawab panggilan.

Dengan gemas Didit menyumpal mulut Fauzan yang masih tertawa, menggunakan kaus kakinya yang belum dicuci selama sebulan. Fauzan sontak mengeluarkan kaus kaki itu dari mulutnya. "Bangsat!" 

"Halo? Kenapa, bang? Oke, ke sini aja, tapi ada temen gue. Siap." ucap David di telepon.

"Bau banget, anying!" Fauzan mengernyit jijik seraya menepuk kencang bibir dan lidahnya, guna menghilangkan bau dan kotoran-kotoran jahat yang ia takuti akan menempel pada rongga mulutnya. "Kaos kaki laknat siapa itu?!"

"Gue!"

"Bau goblo!" geram Fauzan, lalu ia mengambil kaus kaki itu dan berencana ingin memasukannya ke dalam mulut Didit.

"Ohoho! Tidak semudah itu, Paujang!" Didit berhasil menangkis lengan Fauzan.

Aldo hanya bisa tertawa melihat kelakuan teman gilanya itu, tak ingin ikut campur lebih baik ia berkutat dengan kacang kulit di depannya. Ia menatap David, menyadari kalau David tadi mengangkat telepon dari seseorang.

"Tadi siapa yang nelpon lo, Dav?" tanya Aldo seraya mengupas kulit kacang.

"Gebetan." David menjawab dengan senyuman misteriusnya.

"Halah, masa gebetan lo panggil abang?"

Mendengarnya David terkekeh, "Itu panggilan sayang dari gue," kemudian beranjak memasuki rumahnya.

Aldo meringis setelah mendengar ucapan David, ia turut prihatin dengan otak David yang agak sedikit miring. Masa iya, gebetan ia panggil ‘abang’? Tak mau ambil pusing, lebih baik ia berkutat kembali mengupas kulit kacang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nada & NataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang