Chapter 34

694 41 0
                                    

"Kan gue udah bilang sama lo, tapi lo batu." ujar David yang berjalan pelan di samping Nada.

Nada mendengus kesal, "Bodoamat." balasnya. "Lagi juga, lo tau apa? Pacaran aja ga pernah."

Tiba-tiba langkah David terhenti, "Gue emang ga pernah pacaran." ucapnya dengan suara rendah. "Tapi, lo jangan lupa satu hal, kalo yang lebih dulu mengenal cinta di antara kita berdua. Itu gue."

Kemudian, David meninggalkan Nada sendirian di koridor. Hati Nada mencelos mendengar ucapan David barusan. Benar, yang lebih dulu mengenal 'cinta' di antara mereka adalah David. Dari pengalaman itu lah, David memberi jarak untuk perempuan yang ingin mendekat, walaupun hanya sekedar kenalan, David lebih memilih menjauhi perempuan itu.

Dari pada jatuh ke lubang yang sama, lebih baik menghindar dari jebakan di atasnya.

Moto David, sejak ia menyimpan rapat kenangan 'cinta pertama' yang berujung pahit itu.

Nada tersenyum miris menatap punggung yang telah membelakanginya, Mau sampe kapan lo kaya begini?

**

Hujan.

Bola matanya menerawang ke luar jendela sambil menopangkan dagunya.

Surga dunia, setelah makanan. batinnya berucap.

Matanya memejam menikmati  samar-samar suara air hujan yang jatuh ke atas tanah.

Damai, itulah yang ia rasakan saat hujan.

Tiba-tiba ingatannya terputar saat hujan di jalan bersama Nata.

Ah, Nata. Apa kabar dia?

Status masih berjalan, tapi komunikasinya yang tak berjalan, dan ia -agak- menyesal sekarang karena memutuskan menjauh terlebih dahulu.

Kasian kan Nata di gantung kaya jemuran.

Jemuran aja di gantung lama-lama bisa ilang, gimana perasaan? Otaknya berujar demikian.

Ia mendengus, benar juga apa yang diujarkan otaknya tadi. Bodoamat, ga ada sejarahnya ovum ngejar-ngejar sel sperm!

Ya kali, gue tiba-tiba dateng ke dia? Di kira gue butuh dia banget apa? Ogah amat! Tetapi hati dan egonya berkata lain.

Ia membuka perlahan kelopak matanya, lalu menoleh ke belakang dan menatap Nata yang menelungkupkan wajah di atas meja.

Baik-baik saja. Ia mendesah lega kalau Nata yang baik-baik saja, walau tanpanya.

Senyum sendu terlukis di wajahnya, tangannya terulur ingin mengusap rambut ikal Nata. Tetapi, tertahan di atas udara. Karena tiba-tiba, ia teringat kejadian beberapa hari yang lalu.

Hatinya berdenyut nyeri, perasaan sakit itu hadir kembali menyelimuti dadanya.

"Dit, bangunin Nata." ucap Nada seraya menuding guru Fisikanya yang berjalan ke arah mereka.

Didit menoleh cepat karena sebelumnya Didit sedang menulis materi yang tadi di terangkan dengan sang guru, kemudian ia mengguncang badan Nata dengan tempo cepat.

Nata tersentak kaget dan menegapkan badannya.

Sedangkan Nada, ia membalikkan tubuhnya ke arah depan.

**

Bel pelajaran terakhir berbunyi nyaring, hingga semua murid bersorak ria.

"Nad, bareng ga?" tanya Sandra.

Dahi Nada mengkerut diikuti jari  telunjuk mengetuk-ngetuk dagunya, tanda ia lagi mikir. "Ga deh San, makasih." ucapnya seraya tersenyum.

"Gue tau!" seru Ginan.

Sontak Nada, Arfira, Winda, Andina, dan Sandra menatapnya.

"Lo pasti mau nyemangatin Nata latihan basket, 'kan?" tebak Ginan seraya tersenyum aneh.

"Ngga." sergah Nada ragu.

"Bohong, pantatnya lebar!" seru Winda seraya memicingkan matanya.

Nada menggaruk tengkuknya kemudian tertawa. "Kaga anjir."

"Udah lah Nad, Nata kaya begitu masih aja lo harapin." ujar Sandra.

"Mending lo pulang, minum susu, terus tidur." saran Arfira.

Nada terkekeh geli, "Iya, nanti." ucapnya. Kemudian, ia berdiri seraya menyampirkan tas ranselnya ke bahu.

"Pulang sama gue." ujar seseorang tiba-tiba berdiri di belakang Nada.

Nada menoleh, "Ngga usah, gue bisa sendiri." balasnya.

"Nanti gue di omelin Bang Geral."

"Itu resiko, lo."

Seseorang itu berdecak, kemudian ia menarik lengan Nada ke luar kelas.

"SAKIT IH!! LEPAS DAVID SIALAN!" teriak Nada seraya menarik lengan kirinya, tetapi kekuatan fisik perempuan tetap kalah dengan kekuatan fisik laki-laki.

Kecuali, dengan kekuatan hati, perempuan juaranya.

Nada meringis, "Demi kerang yang lima ribuan, sakit banget Dav." lirihnya.

David melirik perempuan di sebelahnya dengan sinis, "Lebay, kalo gue ga gini, lo pasti bakalan nonton Nata latihan basket."

Nada mendengus, "Gue bakal bilangin kak Geral, kalo lo kasar sama gue!"

"Silahkan, ga takut." balas David seraya tersenyum miring.

"Please Dav, pengen ngeliat.." mohon Nada lalu menyatukan tangannya di depan dada, tidak lupa dengan puppy eyes miliknya.

David hanya meliriknya melalui ekor mata, "Ga ampuh."

Nada menghentak-hentakan kedua kakinya, "KESEL GUE!!!" teriaknya yang menggema di seantero sekolah.

Sedangkan David tertawa jahat.

⚫⚫⚫⚫⚫⚫⚫⚫

Hollaa! I'm back! Wkwk
Maaf sedikit, lagi mampet banget ini pala 😂

Well, kayanya Nada & Nata bakalan slowwww updateee bangett, di karenakan saya sudah kelas 12 dan banyak tugas juga kalo di rumah jadi baby sitter :'v
But, i'll be back for you guys:')

See youi love you guys💞💜

-Alestya, penulis amatir🎈

Nada & NataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang