Jungkook POV
Ku ambil handuk berwarna putih yang sudah disiapkan oleh para staff.
Aku baru saja selesai melakukan rekaman untuk comeback stage hari ini.
Ruangan dengan tulisan 'BTS' menjadi tujuanku selanjutnya setelah turun panggung.
Aku melepaskan jaket yang kupakai dan menyerahkannya pada coordi noona. Akhirnya hari ini aku memiliki waktu istirahat.
Ku rebahkan tubuhku sejenak pada sofa di ruangan itu. Aku merogoh saku celanaku dan mengambil ponselku.
Lee Hye Ji.
Aku menekan tombol panggil pada ponselku.
Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi
Aneh, tidak biasanya nomor Hye Ji sibuk. Mungkin dia sedang menelfon orang lain.
Aku bangkit dari tempatku untuk menghapus make up yang masih melekat pada wajahku.
"Jimin-ssi apa kau melihat Hoseok?" ku dengar Yoongi bertanya pada Jimin yang baru saja keluar dari ruang ganti.
Jimin terlihat bingung, "Ani, waeyo hyung?" (Tidak, memangnya kenapa?)
Yoongi merebahkan badannya di sofa yang tadi ku tempati sambil memijit pelipisnya, "Aku harus melakukan vlive dengannya tapi aku tidak bisa menemukannya dari tadi."
Tepat setelah Yoongi selesai berbicara, seseorang membuka pintu ruangan kami.
Ku lihat Hoseok masuk, tetapi ada apa dengan ekspresi wajahnya.
"Neo gwenchana?" Jimin memegang bahu Hoseok saat ia menanyakan pertanyaan itu. (Kau tidak apa-apa?)
Yoongi segera berdiri mendekati Hoseok, "Kau dari mana saja eoh? Aku mencarimu."
Hoseok tidak menggubris satu pun pertanyaan yang di lontarkan kedua hyung ku itu.
Aku dapat melihatnya berjalan mendekati ku. Tatapannya mengisyaratkan seperti ia akan membunuhku.
"Hoseokie hyung, apa kau ada masalah?" tanyaku padanya.
Tiba-tiba saja ia menarik kerah bajuku, "Kau yang menjadi masalah Jeon Jungkook"
Bug.
Satu bogeman hangat melayang pada perutku. Aku tersungkur ke lantai.
Apa-apaan ini
Aku segera bangkit dari lantai dan ku dorong dadanya, "Ya! Neo micheoseo?!" (Apa kau gila?)
Bug.
Hoseok melayangkan tinjunya pada perutku lagi.
Sudah cukup
Maaf hyung, tapi kau sudah kelewat batas.
Aku segera bangkit dan ku balas melayangkan pukulan pada wajahnya.
Seakan tidak mau kalah dia juga membalas tinjuku lagi.
"Ya! Kalian berdua berhentilah!" ku dengar Jimin berteriak pada kami.
Aku tak peduli, emosi ku sudah terbakar saat ini.
Aku tetap melayangkan tinju ku pada Hoseok.
Usaha Jimin dan Yoongi untuk melerai kami berdua seperti tidak ada gunanya, tentu secara teknis aku memang lebih kuat dari pada mereka berdua.
Hoseok sudah terbaring di lantai. Di ujung bibirnya dapat ku lihat ada sedikit darah yang mengalir.
Hoseok yang sudah mengumpulkan tenaganya kembali membalas pukulanku. Kali ini pukulannya bersarang di wajahku.
Ku dengar member yang lain memasuki ruangan.
"Ya! Apa kalian sudah gila?!" teriak Taehyung.
Aku dapat melihat Namjoon, Jin, dan Taehyung masuk ke ruangan kami.
Namjoon, Jin, dan Yoongi menarikku. Mereka berusaha menghentikan perkelahian diriku dengan Hoseok.
Sementara di sisi lain ku lihat Taehyung dan Jimin menahan Hoseok untuk tidak mendekatiku.
"Ya!Ada apa dengan kalian berdua?" ucap Namjoon saat sudah berhasil menghentikan perkelahian kami secara paksa.
Nafasku masih tersengal-sengal. Aku merasakan darah segar keluar dari hidungku. "Tanyakan saja padanya!" ucapku yang masih tersulut emosi.
Hoseok menatapku. Dia berusaha melepaskan diri dari kekangan Jimin dan Taehyung, "Lepaskan, aku tidak akan memukulnya lagi," ucap Hoseok.
Jimin dan Taehyung saling memberi tatapan. Lalu melepaskan kedua tangan mereka yang menahan Hoseok sejak tadi.
Tiba-tiba saja Hoseok berlari ke arahku dan langsung menarikku paksa. Ia menjatuhkan ku ke lantai. Menghujani ku dengan pukulannya.
"SETIDAKNYA JIKA KAU TIDAK DAPAT MEMBUATNYA BAHAGIA, JANGAN MEMBUATNYA TERLUKA!"
Ku lihat mata Hoseok penuh terbakar dengan emosi yang sejak tadi tidak pernah padam. Kata-katanya bagaikan bogeman keras yang menghantam diriku.
Aku tidak membalas pukulannya. Ku biarkan dia memukuliku. Aku tidak merasakan sakit, karna yang ada dipikiranku saat ini hanyalah Hye Ji dan apa yang telah ku perbuat sehingga membuat Hoseok berkata aku telah melukai wanita itu.
Beruntung member yang lain segera menghentikan Hoseok yang memukuliku.
Aku meringis, ku pegang perutku dan terasa begitu nyeri.
"Dimana Hye Ji?" ucapku pada Hoseok.
"Mana ku tahu! Karna fans gilamu yang menamparnya, Hye Ji langsung pergi begitu saja," dari nada bicaranya sudah bisa dipastikan tersirat kekhawatiran di dalamnya.
Aku tidak peduli dengan hal yang lain, dengan langkah yang terbata-bata ku ambil mantel dan kunci mobilku yang berada di meja rias.
Aku berjalan keluar sembari memegangi perutku yang terasa nyeri bukan main. Ku dengar member yang lain meneriaki ku dari dalam ruangan tapi aku tidak mau repot-repot menengok. Aku sudah tidak peduli.
Ku ambil ponsel ku dan berusahan menghubungi Hye Ji sekali lagi.
Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi
"Persetanan!" tanpa ku sadari mulutku mengumpat mendengar hal itu.
Tubuhku sudah kebas dan sakit di badan ini seperti tidak terasa lagi. Aku harus menemuinya. Aku harus melihat wajahnya. Aku harus memastikan bahwa Hye Ji baik-baik saja.
Mianhae Hye Ji-ah tidak di masa lalu atau pun sekarang, aku selalu membuatmu terluka. Maafkan aku.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Let It Be~ [JUNGKOOK FAN FICTION]
ФанфикAku Lee Hye Ji, gadis berusia 19 tahun dan menjadi produser musik di sebuah perusahan musik di Korea Selatan. Kehidupanku berubah setelah aku bertemu dengannya.