21

1.7K 181 5
                                    

Hye Ji POV

Aku segera mencari Jungkook setelah ia memutuskan pembicaraan kami di telfon. Kaki ku membawaku untuk pergi ke ruangan mereka biasa berlatih.

Dentuman suara musik sudah mulai terdengar.

Aku membuka pintu dan seketika itu juga semua orang yang berada di ruangan tersebut menengok ke arahku.

Aku melihat Hoseok yang mematikan musik dari speaker.

Mataku menjelajahi seluruh ruangan itu, tapi tidak kutemukan seseorang yang menjadi tujuanku datang kemari.

"Jungkook eodiga?" tanyaku pada mereka. (Jungkook dimana?)

Aku melihat mereka memandangi satu sama lain. Tidak ada yang menjawab pertanyaanku.

"Jungkook eodiga?" tanyaku lagi pada mereka.

Hoseok mendekat padaku.

"Ada apa Hye Ji-ah?" tanyanya.

"Jungkook dimana?"

"Dia pergi saat istirahat tadi dan belum kembali, ku kira dia bersama denganmu" jawab Hoseok.

Member yang lain hanya menatap kami berdua dengan tatapan bertanya. Mereka terlihat canggung untuk menanyakan apa yang terjadi.

Tanpa mempedulikan itu semua aku berjalan meninggalkan ruangan. Pikiran ku terus saja memaksa ku untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Jungkook.

Tapi...

Aku rasa aku terlalu takut.

--

Seakan menyerah dengan semuanya, di sinilah aku. Duduk di lantai di depan meja ruang tamuku.

Aku memutuskan untuk pulang setelah pergi dari ruang latihan.

Entah sudah berapa jam aku memandangi layar laptopku, tapi tidak ada satupun melodi yang berhasi keluar dari otakku.

Clek~

Suara pintu terbuka, aku mendongakkan kepalaku ke arah nya dan menemukan Jungkook di sana.

Sekedar informasi dia memang memiliki kunci rumahku, aku yang terlalu bodoh mau memberikannya saat dia memintanya.

"Jungkook...." panggilku.

Jungkook hanya berjalan ke arah kamarku tanpa repot-repot menengok ke arahku.

Aku mengikuti arah langkahnya.

"Jungkook kau dari mana saja?" tanyaku.

Dia tidak membalasku, dirinya sibuk mencari sesuatu di kamarku.

"Jungkook..." panggilku yang mulai terdengar seperti memohon.

Jungkook mengambil jaketnya yang tertinggal di kamarku beberapa hari yang lalu saat dia kemari.

"Aku pergi," ucapnya.

Nyeri di dadaku sudah tidak tertahankan. Aku mengambil tangannya membuatnya menengok padaku.

Matanya yang dingin kini memandangku. Hati ku terasa sakit melihatnya seperti itu.

Kenapa pria ini bersikap seperti ini?

"Ya...kau itu kenapa Jungkook?" tanyaku.

Dia mengangkat jaket di sebelah tangannya, "Aku hanya ingin mengambil jaketku," ucapnya datar.

"Kenapa kau mengabaikanku?" tanyaku lagi.

"Aku tidak mengabaikanmu."

"Tapi kau tidak menghubungiku...kau juga tidak pernah ke ruanganku. Sebenarnya kau itu kenapa? Apa aku salah?"

Nafasku masih memburu setelah aku mengucapkan itu.

Jungkook hanya menghela nafasnya kasar mendengarku.

"Aku tidak bisa jika kau bertingkah laku seperti ini terus, aku tidak bisa kau abaikan begitu saja...sebenarnya apa kau peduli padaku eoh?" rasa sakit mengalir begitu saja setelah aku mengucapkannya.

Jungkook melepaskan pegangan tanganku.

"Apa kau sudah selesai?" tanyanya.

"Apa maksudmu?"

"Apa kau sudah selesai berbicara? Kalau tidak ada lagi yang ingin kau katakan aku pergi," ucapnya dingin.

Hati ku melocot begitu mendengar kalimat yang menyakitkan itu keluar dari mulutnya. Sebenarnya ada apa di antara kami ini?

Ku lihat Jungkook yang berjalan keluar dari kamarku. Aku berlari mencegahnya untuk pergi.

Aku menarik lengannya.

"Siapa wanita itu?" tanyaku.

Jungkook terlihat menaikan alisnya.

"Wanita apa?" ucapnya.

"Saat kita berbicara di telfon tadi siang...siapa wanita itu?" tanyaku lagi.

"Bukan urusanmu," jawabnya lalu pergi meninggalkan rumahku.

Aku memandanginya masuk ke dalam mobil yang terparkir di rumahku.

Tunggu.

Wanita itu.

Siapa wanita di mobilnya? Wajahnya sangat tidak asing.

Eun Ha.

Kenapa wanita itu bersama Jungkook? Apa mereka kembali bersama? Sebenarnya apa yang terjadi?

Kakiku mundur berjalan masuk ke dalam rumah. Air mata ku sudah meluncur mulus di pipiku entah sejak kapan.

Aku berjalan menuju dapur.

Prang!

Aku melemparkan sebuah piring ke arah lantai.

Prang!

Aku kacau.

"AGGHHH!" teriakku.

Aku terduduk di lantai dapur. Darah segar mengalir dari jari manisku. Aku tersenyum nyeri melihatnya.

"Gadis bodoh," ucapku.

Tangis ku kembali pecah setelah itu. Entah di masa lalu atau pun sekarang, aku selalu mendapati diriku seperti ini.

Menjadi orang yang diabaikan.

Dibodohi.

Aku merasa telah ditipu untuk kedua kalinya.

"KAU BODOH HYE JI-AH!" teriakku.

Entah sudah berapa piring yang menjadi sasaranku. Aku hanya dapat memandangi pecahan yang berserakan di lantai.

Persis.

Menggambarkan perasaanku saat ini.

Sudah rusak...lagi.

I weren't worth the truth.

TBC

Let It Be~ [JUNGKOOK FAN FICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang