Hye Ji POV
Desember.
Bulan yang penuh dengan cahaya, salju, dan tentu saja kehangatan. Waktu yang tepat untuk menyadari semua yang telah dilakukan selama tiga ratus hari lebih hidup di dunia dalam segala rasa dan pemikiran tentang semua pasti memiliki akhir. Waktu untuk menyelesaikan semua yang telah dimulai dan berharap akan asa yang mungkin saja dapat terwujud di tahun berikutnya. Hari terakhir di tahun yang disimbolkan oleh hewan berkaki dua ini akan segera berakhir dalam beberapa jam.
Hari terakhir untuk membuat kenangan di tahun ini ku habiskan dengan memasuki gedung studio dimana semua staff sedang berjalan ke sana kemari. Senyuman, kekhawatiran, lelah, aku menyadari ada berbagai macam ekspresi hari ini. Beberapa staff yang ditugaskan untuk menyiapkan penampilan bangtan mulai dari ujung rambut sampai kaki terlihat sangat kewalahan.
"Unnie, mau kubantu membawakannya?"
Aku menghampiri seorang staff perempuan yang sudah ku kenal cukup baik. Dia membawa setumpuk jas yang sudah pasti akan dikenakan oleh pria-pria tampan itu hari ini.
"Oh...Hye Ji, untung kau ada di sini. Tolong bawakan jas ini ke ruangan makeup ya."
Aku segera mengambil alih tumpukan jas yang tadi ia bawa. Berat. Aku menganggap remeh pekerjaan ini. Ini bukan hanya berat, melaikan berat sekali.
"Aku harus mengambil aksesoris dulu di bawah, tolong ya!"
Ku lihat dia sudah berlari menuruni tangga. Setidaknya aku menyadari betapa mudahnya perkerjaanku jika dibandingkan dengan dirinya. Dengan segala usaha aku membawa barang ini ke ruangan yang berada cukup jauh dari tempatku berpijak saat ini. Mari berharap bahwa penampilanku tidak menjadi kacau setelah ini.
"Ughh.."
Aku mencoba membuka sebuah pintu berwarna silver dan pemandangan yang cukup merepotkan ada di baliknya. Ada beberapa staff yang sedang memberikan polesan ke wajah pria tampan. Ada juga yang menata rambut dan menyemprotkan hair spray yang seketika membuatku menyadari bahwa ruangan ini perlu segera untuk dinetralisir.
"Lama sekali kau."
Aku mendengar suara seorang wanita dan setelah itu yang ku rasakan adalah ringan karna tumpukan jas yang aku tidak tahu berbobot berapa kilo itu kini sudah diambil oleh seseorang.
"Oh, Hye Ji-ah aku tidak tahu kau bekerja hari ini?" tanya seorang staff yang mengambil tumpukan jas tadi.
"A-aku terpaksa ke sini.."
"Wowww....noona apa itu kau?"
Aku mendengar sebuah suara dari orang yang sebenarnya sangat sangat sangat mengganggu hidupku karna tingkahnya yang aneh bukan main.
"Siapa yang kau panggil noona, bocah gila?" tanyaku padanya.
Aku masih heran kenapa Taehyung suka sekali memanggilku dengan sebutan itu, padahal aku tiga tahun lebih muda dibandingkan dirinya.
"Kau terlihat berbeda sekali noona," ucapnya yang aku tidak tahu itu termasuk konteks memuji atau menghina.
"Hyung! Dia milikku!"
Suara priaku memanggil.
"Wah, tidak ku sangka kau secantik ini."
Aku tersenyum malu mendengar pujiannya yang sangat tidak biasa. Jungkook menyambutku dengan kecupan hangat di kening yang benar-benar kusukai.
"Kau juga tampan," pujiku.
"Uhm...sekedar informasi aku masih di sini," ucap Taehyung sambil melambaikan tangannya di depan kami berdua.
Setelah bertahun-tahun aku bekerja bersama mereka, aku baru saja menyadari betapa imutnya Taehyung dan betapa pencemburunya Jungkook. Mungkin aku akan berpikir ulang tentang hal baik yang baru saja ku katakan tentang bocah gila itu.
--
Kilatan cahaya putih menyerang indra penglihatanku. Aku sudah di dalam sebuah ruangan dan menyaksikan ketujuh pria tampan itu melalui layar televisi berjalan melewati karpet merah yang sangat jelas diciptakan untuk mereka pijak.
"Apakah kau begitu menyukainya?"
Suara bariton milik Sejin oppa terdengar.
"Ne?" kataku terkejut mendengarnya.
"Jungkook.....kau menyukainya bukan?"ucapnya mengulang pertanyaan yang telah terucap sebelumnya.
Aku hanya bisa menganggukan kepalaku ringan sebagai arti iya untuk pertanyaan yang ia lontarkan.
"Aku turut bahagia untuk kalian," senyumnya terukir.
"Ne, terimakasih Oppa."
Aku bersama staff yang lain terpisah dari bangtan karna kami melewati jalan masuk yang berbeda. Tentu saja, aku tidak bisa membayangkan diriku berjalan sembari diserang dengan ribuan lampu putih yang menembak tepat di depan wajah. Membayangkannya saja sudah membuatku menggelengkan kepala untuk berhenti mengenai semua pemikiranku tentang hal itu.
"Stand by, dua menit lagi mereka menuju kemari. Ayo, cepat! Cepat!"
Seorang staff pria mulai meneriakan komando kepada para coordi untuk bersiap-siap. Aku segera membawa diriku menjauh dari kerumunan yang akan terlihat ricuh dalam waktu dekat. Aku mengambil tempat di pojok ruangan, tepatnya di sebelah dua orang produser yang bekerja sama denganku dalam menghasilkan setiap lagu indah yang dibawakan oleh pria-pria tampan itu.
Aku berusaha sejenak mengistirahatkan diriku saat aku melihat sosok yang tidak asing berada di balik pintu. Ketakutanku tentang dirinya yang selalu menjadi mimpi buruk dalam setiap tidur. Rasa cemas yang menuntunku pada usaha untuk mengelak bahwa aku tidak sedang baik-baik saja saat ini. Bahkan hanya dengan kehadirannya,
Aku,
Dapat tergantikan.
Am I being replaced?
TBC
TERIMAKASIH SUDAH DIBACA!❤😂
Ada yang tau ga yang aku maksud itu siapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Let It Be~ [JUNGKOOK FAN FICTION]
Fiksi PenggemarAku Lee Hye Ji, gadis berusia 19 tahun dan menjadi produser musik di sebuah perusahan musik di Korea Selatan. Kehidupanku berubah setelah aku bertemu dengannya.