Hye Ji POV
His smile is my favorite.
"Kenapa kau tidak berhenti tersenyum?" tanyaku memecah keheningan.
Pandangannya tidak lepas dari wajahku.
Sudah bermenit-menit dan dia masih menempelkan pandangannya ke arahku. Aku tidak masalah dengan itu, tetapi siapa yang tidak jengah dipandangi dengan jelas seperti itu.
"Ya, berhentilah atau ku colok matamu itu," ancamku.
Matanya menatapku lebih tajam seolah memberikan ultimatum untuk membuatku bungkam.
"Berhentilah berbicara atau aku sendiri yang akan membuatmu berhenti," ucapnya menantangku.
"Habisnya kau tidak berhenti melihatku."
"Lee Hye Ji, aku sudah memperingatimu loh."
"Makanya berhenti menatapku aku tidak bisa dipandangi seper-"
Aku berhenti bicara saat ku rasakan dia mengecup bibirku singkat.
"Ya! Jeon Jungkook kau tidak bisa menciumku sembarangan seperti itu tidak so-"
Omelku terputus lagi saat ku rasakan dia mencuri sebuah ciuman dariku yang ketiga kalinya hari ini.
"Aku akan menciummu terus jika kau tidak berhenti mengomel."
"Ya! Dasar mesum!" aku memukul lengannya pelan.
"Ah! Aku masih sakit tahu," rengeknya.
Aku kembali mengobati luka pada wajahnya. Sesekali ku lihat dia memenjamkan matanya.
"Kau berhutang cerita padaku," ucapku saat sudah selesai mengobati lukanya.
Dia tidak menjawab.
Aku tidak akan memaksanya untuk menceritakan apa yang terjadi padanya saat ini, tapi paling tidak aku harus mengetahui alasan mengapa dia terlihat sangat kacau malam ini.
"Kau harus pulang ini sudah larut," ucapku lagi yang kini duduk di sebelahnya.
"Aku mengantuk."
"Ya! Kau tidak boleh menginap, mereka akan khawtir jika kau tidak pulang."
"Aku mengantuk Hye Ji-ah."
Ku lihat dia pura-pura menguap seolah mengekpresikan rasa kantuknya untuk membuatku percaya.
"Arraseo...arraseo, kau tidur lah di kamarku karna kau sedang sakit." (Baiklah)
Dia mengangguk, dapat ku lihat gigi kelincinya di balik senyumnya yang tercipta.
Aku menggandengnya dan menunjukkan kamarku.
"Kau tinggal sendiri?" tanyanya padaku.
"Hmm..begitulah."
"Apakah tidak kesepian?"
"Aniyeo, lagi pula aku sudah terbiasa."
(Tidak)Aku menyuruhnya untuk berbaring dan beristirahat.
"Aku akan tidur di ruang tengah, jika kau butuh sesuatu panggil aku saja," ucapku.
Setelah selesai mengatakan itu aku segera beranjak pergi ke ruang tengah. Namun langkahku terhenti saat ku rasakan dia menarik diriku ke dalam pelukannya.
Nafasku tidak teratur saat ini. Satu hal yang ku tahu berbaring dengan Jungkook disini tidak baik untuk kesehatan jantungku.
"Temani aku, aku takut tidur sendiri" ujarnya pelan.
Dia merengkuh tubuhku. Nafas hangatnya terasa di puncak kepalaku, dan satu hal yang ada penglihatanku saat ini hanyalah dada bidangnya yang mendekapku.
"Aish, kau itu menyusahkanku."
"Diamlah atau.. "
"Iya-iya sudah tidurlah," ucapku sembari menyingkarkan rambut yang menghalangi matanya.
Kami terdiam cukup lama, sampai suara desiran angin malam terdengar begitu jelas dilengkapi dengan suara detak jantungku yang sudah bisa dibilang kacau.
Jungkook melingkarkan tangannya di pingganggku. Badanku terasa begitu kecil di dalam rengkuhannya.
Mataku sudah mulai lelah.
"Hye Ji-ah?"
"Hmm?"
"Kau belum tidur?" tanyanya.
"Kalau aku sudah tidur tidak mungkin aku menjawabmu."
Dia terkekeh tersadar akan pertanyaan bodohnya.
"Hye Ji-ah"
"Apa lagi kali ini?"
"Mau kah kau membantuku?" tanyanya tapi terdengar seperti meminta.
"Membantu untuk apa?"
Dia terdiam sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Bantu aku untuk hanya melihatmu," bisiknya begitu pelan.
Aku terpaku mendengarnya. Waktu seakan melambat. Udara di sekitarku memanas. Persediaan oksigen di paru-paruku menurun drastis.
"Ku rasa aku sudah mulai menyayangimu," bisiknya.
Satu kalimat tersebut sudah bisa membuat semua organ dalam tubuhku melocot keluar.
Setelah itu aku mendengar dengkuran kecil keluar mulutnya.
"Ah pria ini selalu saja," ucapku pada diri sendiri.
Malam ini ku rasa aku akan tidur nyenyak.
--
Badanku terasa berat.
Jadi dia memulukku semalaman.
Tangan kekarnya masih melingkar di perutku. Ku rasakan nafasnya menggelitik puncak kepalaku. Aku menyerah untuk tetap di posisi seperti ini.
Ku dongakan kepalaku dan melihat singgungan senyumnya sudah merekah di sana.
"Pagi" sahutnya rendah.
Jungkook tersenyum dan mengecup bibirku singkat.
"Ya! Kau benar-benar!" teriakku padanya.
"Kapan kau terakhir mencuci rambutmu?"
"Eoh? Dua hari yang lalu kurasa?"
"Pantas."
"Waeyo?" tanyaku dengan tatapan bingung.
"Tidak, aku hanya merasa ada burung bangkai mati di rambutmu."
"Ya! Jeon Jungkook! Dasar tidak tahu diri!"
Aku memukulinya dengan bantalku. Aku mendengar tawanya lepas dari mulutnya.
"Ya,ya,ya mianhae mianhae berhentilah memukulku," ucapnya.
Masa bodo dengannya, aku tetap ingin memukulinya.
"Ya, diam atau kau..." ancamnya
"Atau aku apa?"
"Atau kau ku-"
"Apa? Katakanlah," tantangku.
"Aish, sudahlah sana pergi mandi."
Tak ku pungkiri rasanya menabjukan. Melihat orang yang selama ini ku cintai ada disini bersamaku. Berbagi pagi yang cerah. Entah sampai kapan kebahagian ini akan bertahan yang jelas aku sangat menikmatinya.
"Sudah mandi sana, atau kau mau aku yang memandikanmu?" tanyanya dengan sedikit menaikkan alisnya.
Aku melempar bantal padanya dan berjalan menuju kamar mandi.
"Dalam mimpi mu Jeon Jungkook-ssi!"
Aku tersenyum mendengarnya mengomel setelah itu.
Jeon Jungkook, thank you for reminding me what butterfly feels like.
TBC
![](https://img.wattpad.com/cover/108631443-288-k466874.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Let It Be~ [JUNGKOOK FAN FICTION]
FanfictionAku Lee Hye Ji, gadis berusia 19 tahun dan menjadi produser musik di sebuah perusahan musik di Korea Selatan. Kehidupanku berubah setelah aku bertemu dengannya.