Hye Ji POV
Salju adalah cara yang dibuat oleh Sang Pencipta agar dunia yang kotor ini terlihat bersih. Terlihat lebih berarti setelah setiap pengorbanannya. Musim dingin dan salju dua hal yang selalu berjalan beriringan, begitu pula dengan cinta dan rasa sakit. Cinta sama seperti musim dingin, hangat dan lembut di satu sisi dan dalam jentikan jari dapat menjadi begitu dingin dan kejam. Setidaknya begitulah filosofi yang aku mengerti tentang salju.
"Kebiasaanmu itu tak pernah berubah."
Suara kehangatan dari seorang yang aku simbolkan sebagai mentari datang menyapa indraku.
"Kau sudah selesai?"
"Jangan melamun terus," Jungkook meraih tanganku dan menggenggamnya seperti enggan untuk melepaskanku.
Hari ini akan dilaksanakan acara akhir tahun yang sudah dipersiapkan sejak berminggu-minggu yang lalu. Sungguh, aku ingin menghabiskan waktu dengan selimut yang sangat nyaman di kamarku. Miris sekali karna tingkat keberanianku tidak cukup tinggi untuk mengatakan tidak saat Sejin oppa mengatakan bahwa semua staff harus hadir di acara itu.
"Kau yakin tidak perlu ke salon?" tanya Jungkook.
Aku menggelengkan kepala.
"Aku cukup handal untuk riasan sederhana jangan khawatir."
Kami baru saja pulang dari salah satu butik. Pria yang sedang duduk di depan kemudinya ini bersikeras agar aku membeli sebuah gaun untuk acara tersebut. Padahal aku tidak akan terlihat kamera sama sekali, tapi ia memaksa dengan alasan bosan melihatku menggunakan celana jeans dan mantel kebangsaanku.
Jalanan yang kami lewati tertutup oleh gumpalan putih yang terlihat sangat lembut. Aku ingin sekali memijakan kaki di sana. Berdiri di atas tumpukan salju yang belum tersentuh oleh siapa pun. Ada perasaan yang menarik saat kau melakukan hal itu. Perasaan seperti dirimu adalah sesuatu yang spesial.
"Dua kali untuk hari ini," katanya.
"Apa?"
"Dua kali aku menangkapmu melamun, kau tahu jika aku menangkapmu untuk ketiga kalinya apa yang akan terjadi," ucapnya memperingati.
Aku tersenyum, "Aku akan berusaha untuk tertangkap."
"Wah, ada apa denganmu?"
Perasaan bahagia yang entah dari mana menyeruak di dalam dadaku. Bukankah ini impian semua wanita? Pergi berbelanja ditemani oleh seorang yang sangat istimewa di tengah musim dingin dan di penghujung tahun. Apakah ada yang lebih indah lagi dari hal ini?
"Aku hanya sedang berselera untuk mendapatkan ciuman dari mu," jawabku sambil tersenyum manis padanya.
"Kemari."
Aku mendekatkan wajahku padanya.
Jungkook masih tetap fokus menatap jalanan di depan sana. Ia menyisipkan pandangannya sebentar ke arahku sebelum mendorong dahiku dengan jari telunjuknya.
"Ya! Apa maksud dari tindakanmu barusan?" tanyaku.
Aku melihat tawanya pecah saat aku mengekspresikan kemarahanku yang sebenarnya hanya ku buat-buat.
"Sepertinya kau sudah berubah menjadi orang mesum ya?" katanya sambil tertawa.
Ada seutas benang tipis yang memisahkan antara tawa, luka, komedi, tragedi, humor, dan rasa sakit. Melihat dirinya tertawa membuatku sejenak tidak mempedulikan benang tipis itu. Tawanya yang khas karna suaranya yang masih terdengar seperti seorang bocah membuatku ingin merengkuhnya dalam pelukanku.
"Jangan banyak bergaul dengan Namjoon hyung."
Aku menatapnya dengan tatapan ingin tahu, "Kenapa?"
"Aku khawatir pengetahuanmu akan jauh lebih banyak dariku," jawabnya.
"Jeon Jungkook! Jangan bahas hal itu di depan wanita!"
"Hal apa?" tanyanya.
"Wah, bocah ini."
"Hey, aku lebih tua. Tolong cara bicaramu," ucapnya sambil tertawa.
--
"Kau bisa berangkat sendiri ke studio nanti?"tanyanya.
Aku mengangguk untuk menyanggupi pertanyaannya. Seluruh staff akan berangkat bersama-sama ke tempat acara dari studio. Alasannya karna untuk mempermudah segala sesuatunya tentu saja.
"Maaf tidak bisa menjemputmu, kau tahu sendiri make-up noona pasti akan membutuhkan waktu lama untuk membuatku tampan," ujarnya.
Aku terkekeh pelan mendengar ucapannya yang terlewat percaya diri itu.
"Kalau begitu cepat pergi."
Ku lihat wajahnya yang berubah menjadi sedikit masam. Aku tahu dia sedang menjalankan kegiatan berlakonnya yang aku sangat yakin dia mendapatkan pelajaran itu dari Taehyung.
"Aku diusir?" ucapnya dengan nada yang dibuat semanja mungkin.
"Aigoo...cepat pergi bocah tampan," ucapku lalu mengambil pipinya dan memberikan kecupan singkat di bibirnya.
"Hye Ji-ah..."panggilnya.
"Hmm?"
"Cepat turun dari mobilku. Aku mau pergi"
"Wah....kau memang."
Aku segera turun dari mobil dan berjalan menuju pintu rumahku. Aku mendengar kekehan kecil darinya dan aku seratus persen yakin dia membuka jendela kaca mobilnya.
"Aku pergi ya!" teriaknya dari dalam mobil.
"Sudah sana aku muak melihatmu!" kataku yang saat ini berdiri di depan pintu menatapnya yang berada di dalam mobil hitam kesayangannya.
"Sampai bertemu nanti! Aku ingin membuat diriku tampan dulu!"
Aku tertawa melihat mobil itu melaju meninggalkan daerah perumahannku. Jeon Jungkook. Lelaki itu memang bukan satu-satunya yang ada di alam semesta ini, tapi hanya dia yang memiliki arti dan mengambil tempat yang sangat luas dalam diriku. Rasa yang hanya dapat aku rasakan saat ada bersamanya. Rasa yang sering aku sebut dengan kebahagiaan. Bersamanya aku sadar bahwa bahagia bisa ditemukan dalam berbagai wujud dan aku menemukannya pada dirinya. Aku terhilang dalam pesonanya, jatuh dalam keindahannya dan saat itu aku tersadar. Apakah semua kebahagiaan ini nyata?
He put me through hell,
And I called it love.TBC
Terimakasih sudah dibaca ya!
Wowowowowo adakah yang rindu ff ini? Ga ada ya? Yaudah deh gapapa heheheh maaf yang lama sekali tidak update tapi setelah dilihat-lihat banyak sekali yang minta dilanjut ff nya jadi saya berikan yang terbaik dari saya HEHEHE. Akan diusahakan untuk update terus doakan saja, maaf kalau banyak kesalahan dalam penulisan ya😊 oke love u lah chinggu pokoknya😂❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Let It Be~ [JUNGKOOK FAN FICTION]
Fiksi PenggemarAku Lee Hye Ji, gadis berusia 19 tahun dan menjadi produser musik di sebuah perusahan musik di Korea Selatan. Kehidupanku berubah setelah aku bertemu dengannya.