17

2K 199 6
                                    

Author POV

Hye Ji dan Hoseok hanya berdiam diri di bangku koridor sebuah rumah sakit. Selepas pembicaraan di studio tadi, Hye Ji langsung membawa Hoseok pergi ke rumah sakit untuk mengobati tangannya yang terluka.

Sudah hampir setengah jam mereka hanya mengamati dinding putih di depannya.

Melihat orang yang berlalu ke sana dan kemari itulah yang Hye Ji dan Hoseok lakukan.

Keduanya sibuk dengan pikiran mereka sendiri.

"Hye Ji.."

Hoseok mengalah dan membuka pembicaraan. Suasana di sini begitu canggung.

"Hye Ji-ah apa kau mendengar ku?" ucap Hoseok sembari melambaikan tangannya di depan wajah temannya itu.

Hye Ji segera menggelengkan kepalanya dengan cepat seakan mulai tertarik lagi ke kenyataan "Ah...kau tadi bilang apa? Maaf aku melamun."

Melihat kelakuan wanita di sampingnya itu Hoseok hanya tersenyum tipis.

"Apa kau mau coklat hangat?" tanya Hoseok.

Hye Ji mengangguk singkat.

"Aku yang traktir kali ini, sebagai ucapan terimakasih karna telah membawa ku ke rumah sakit," ucap Hoseok yang kini bangkit berdiri.

--

Hoseok POV

Cafe di persimpangan jalan inilah yang selalu menjadi tempat kami untuk membeli coklat hangat.

Aku lihat Hye Ji hanya memainkan jarinya dibawah meja sedari tadi.

Dia sedang gelisah.

Aku sangat tahu semua perilakunya, mungkin karna kami sudah mengenal satu sama lain cukup lama.

"Hye Ji-ah," panggilku.

"Eoh?" ucapnya kikuk.

Dia mengangkat alisnya yang menunjukkan bahwa dia tengah bingung.

"Maaf aku membuatmu tidak nyaman," ucapku.

"Tidak nyaman karna?" tanyanya.

"Menyukaimu. Maaf karna aku menyukaimu."

Aku menghela nafasku kasar setelah mengucapkan kalimat itu. Aku bisa merasakan Hye Ji masih menatapku lekat.

Dia membuat pandangan yang aku pun tidak dapat mengartikannya.

"Kenapa kau menyukaiku?" tanyanya.

Lidahku seakan kaku tidak mau menjawab pertanyaan tersebut.

"Hoseokie..." panggilnya.

Aku memotong kalimatnya "Mungkin aku yang salah mengartikan kedekatan kita selama ini."

Hye Ji masih memperhatikan ku. Aku melanjutkan kalimatku yang belum selesai tadi.

"Aku yang menyukaimu, tapi kau tidak harus membalasnya. Aku tahu posisiku," ucapku lagi.

Hye Ji masih terus membiarkanku berbicara. Sesekali iya mengusap gelas berisi coklat hangat di depannya.

"Aku tahu posisiku dimana, dan aku tidak sebanding dengan lawanku. Lagi pula aku tidak berselera untuk bertengkar lagi dengan Jungkook," kataku diikuti oleh tawa hambar yang keluar dari mulutku.

Hye Ji menatapku dengan tatapan sendu. Dia terlihat sedih mendengar semua penjelasanku.

"Ayo kita kembali berteman. Aku akan tetap menjadi oppa mu."

Aku tersenyum setelah mengatakan itu. Aku melihat mulutnya mengukir sebuah senyuman.

"Gomawo oppa."

Hanya kata-kata itu yang keluar dari mulut kecilnya. Dia tersenyun tipis padaku.

Suasana canggung di sekitar kami belum juga hilang. Ku putuskan untuk mengacak-acak rambut di puncak kepalanya.

"Aigoo, kenapa kau jadi pendiam seperti ini?" tanyaku sembari tertawa.

Hye Ji mengambil tanganku yang mengusap kepalanya tadi. Aku hanya membiarkannya melakukan itu.

Hye Ji mengusap punggung tanganku dengan ibu jarinya. Tanganku yang masih di balut perban karna ulah bodohku meninju dinding itu.

"Tangan ini....jangan sampai melukai orang lagi, jangan sampai menyakiti orang lain hanya karna aku," ucapnya dengan tulus.

Aku tersenyum dan mengangguk perlahan.

--

Aku tertawa mendengar Hye Ji yang tidak berhenti mengoceh dari tadi.

"Jungkook itu merepotkan," ucapnya pada akhirnya.

Aku tertawa kembali melihat teman di depan ku ini mengomel tentang pria yang dia sukai.

"Kau tahu dia itu masih seperti anak kecil Hye Ji-ah, cobalah untuk mengerti dia," aku memberikan saran padanya.

Hye Ji memejamkan matanya dan membuang nafasnya kasar "Tapi oppa, dia benar-benar merepotkan."

Aku hanya tersenyum menanggapinya.

"Habiskan coklat hangat mu, nanti ku antar pulang " ucapku.

Hye Ji mengangguk girang dan segera meneguk coklat hangatnya.

Kami berdua berjalan keluar dari cafe. Bisa ku rasakan lengan Hye Ji yang mengait pada lenganku. Dia bernyanyi dengan riang saat dia berjalan.

"Hobi hyung!"

Aku mendengar seseorang memanggilku dari belakang.

Spontan aku dan Hye Ji segera menengok. Hye Ji segera melepaskan lengannya yang tadi menempel padaku.

"Kalian sedang apa di sini?" ucap Jungkook.

Entah dari mana tiba-tiba dongsaeng ku ini muncul.

Aku menggaruk kepalaku singkat "Ah, tadi aku ingin membelikan Hye Ji coklat hangat, maka dari itu aku membawanya kemari."

Jungkook mengangguk mendengarnya. Sikapnya terlihat sama padahal kemarin aku baru saja menghajarnya habis-habisan.

Hye Ji hanya diam saja melihat kami berdua.

"Hye Ji-ah kau pulang dengan Jungkook saja, arraseo?" tanyaku.

Jungkook segera mengambil tangan Hye Ji dan menggandengnya "Tenang, hyung, aku akan mengantarnya sampai rumah dengan selamat."

Aku mengangguk.

"Kalau begitu aku pergi," ucapku sembari tersenyum dan berjalan berlawanan arah dengan mereka.

Aku terus berjalan menjauh dari mereka. Meninggalkan mereka di belakangku. Meninggalkan perasaanku padanya. Membiarkan dia untuk bahagia bersama orang yang dia cintai.

Aku sadar aku harus melupakan perasaanku padanya. Aku sadar bahwa aku harus membiarkannya pergi.

Hye Ji-ah I'm leaving now. I'm leaving you because I know, I'm not the one that you asked to stay.

I realize, I'm not the one that you love.

TBC

Let It Be~ [JUNGKOOK FAN FICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang