14

2.3K 230 0
                                    

Hye Ji POV

Angin malam ini terasa begitu menusuk tulangku. Ku eratkan mantel yang melekat pada tubuhku. Musim dingin kali ini terasa lebih dingin dari biasanya.

Rumah.

Tujuanku saat ini adalah pulang ke rumah untuk menguburkan segala kesedihanku.

Salju setebal lima senti sudah menutupi trotoar. Aku menyeret langkahku membelah tumpukan salju itu. Kata-kata yang bisa mendeskripsikan keadaan ku saat ini. Kacau. Menyedihkan.

Langkah kaki ku terhenti.

Aku melihat sebuah mobil hitam yang sangat ku kenali terparkir manis di depan rumahku.

Dimana pemiliknya tanyaku.

Aku melanjutkan langkah kaki ku sampai ke depan pintu rumah. Ku lihat Jungkook terduduk di sana. Aku sedang tidak ingin berbicara padanya. Perasaanku sedang tidak bisa diajak kompromi saat ini.

"Apa yang sedang kau lakukan?" ucapku dingin.

Dia tidak menjawab.

"Ya! Jeon Jungkook apa yang kau lakukan di situ?" ku ulangi pertanyaaku padanya dengan sedikit berteriak.

Kepalanya terangkat.

Matanya berair. Lebam menghiasi pipinya dan di bawah kelopak matanya. Aku melihat darah segar mengalir dari hidungnya.

Aku segera berlari menghampirinya.

Dia tersenyum tipis padaku, "Kau sudah pulang?Aku menunggumu berjam-jam di sini."

Suaranya terdengar lemah.

"Ya! Apa yang terjadi padamu?!" ucapku padanya.

Jantungku berdegup kencang. Aku tidak bisa melihatnya seperti ini. Aku membopong tubuhnya dan membawanya masuk ke dalam rumah.

Ku dudukan dirinya di sofa ruang tamuku.

Aku berjalan ke dapur mencari kotak obat. Tanganku tidak dapat berhenti bergetar saat menggeledah seluruh isi dapur mencari kotak putih sialan itu.

"Hye Ji-ah"

Suaranya terdengar sangat kesakitan.

Aku menangis. Lagi.

Aku lupa sudah berapa kali aku menangis hari ini,"Tunggu sebentar!" teriakku dari dapur.

Langkahku kembali tertuju ke ruang tamu. Masih ku lihat dirinya terduduk  di sofa.

Aku mengambil tempat di sebelahnya. Ku pandang wajahnya. Banyak sekali luka di sana.

Memarnya.

Darahnya.

Aku meringis melihat itu semua.

Ku ambil handuk yang sudah ku basahi dengan air hangat dan menyeka darah yang mengalir dari hidung, "Ya, kau..ka-"

Dia masih terlihat kesakitan.

"Ya..Apa yang terjadi Jung-" isak tangisku pecah kembali.

Ia menatapku. Padangannya terlihat sangat kacau.

"Kenapa.. hiks kenapa kau bisa sampai terluka seperti ini?" ucapku.

Dia hanya memandangiku saja.

Aku masih terus membersihkan luka pada wajahnya. Ku dengar dia meringis saat aku memberikan obat merah pada luka nya.

"Jungkook apa yang terjadi?" ucapku sedikit bergetar.

"Mianhae," ucapnya. (Maaf)

Aku menunduk. Masih menangis.

"Aku benci melihatmu terluka," masih dengan tangisku aku mengucapkannya.

Lebam di bawah matanya.

Aku tidak sanggup melihatnya.

Ku alihkan pandanganku ke arah lain. Aku mengigit bibir bawahku. Berusaha semaksimal mungkin agar tangisku tidak terdengar oleh dirinya.

"Lihat aku " pinta Jungkook pelan.

Aku membalikan pandanganku. Aku tidak bisa melihatnya. Ku bawa pandanganku tetap ke arah lantai.

Aku masih berusaha menahan tangisku.

"Lihat aku," kembali dia mengucapkan hal itu.

Jungkook meraih daguku pelan dan mengangkatnya. Dia mengarahkan pandanganku untuk melihatnya.

"Jangan menangis," ujarnya.

Bukannya berhenti, tangis ku malah semakin menjadi-jadi saat dia mengatakan hal itu.

Ku lihat tanganya mendekat. Dia mengusap bibirku, berusaha menghentikan aku yang masih mengigit bibirku.

Aku mengalah. Aku melepaskannya. Ku biarkan isak tangisku keluar.

Dia mengusap lembut bibirku.

Wajahnya mendekat, deru nafasnya terasa dan menghapus jarak yang tersisa di antara kami.

Jungkook menutup matanya.

Udara di sekitar terasa panas.

Aku merasakan bibirnya pada milik ku saat ini. Jungkook mengecup bibirku lembut. Terlampau lembut. Ku rasakan luka dan amarah yang tersirat pada ciuman kami.

Aku membalas ciumannya. Air mataku kembali turun. Aku mencurahkan segala luka yang ku alami hari ini.

Dia terus menciumku seakan ciuman kami menjadi penyalur rasa sakit yang kami alami hari ini.

Setelah beberapa saat dia melepaskan bibirnya dari ku. Keningnya masih menempel pada keningku.

Aku merasakan nafas hangatnya pada wajahku. Setiap hembusan nafas seakan mengisyartkan bahwa dirinya tengah lelah dan kacau saat ini.

Mata kami berdua masih terpejam.

Ku rasakan darahku berdesir hangat saat dia menggenggam tanganku.

"Ku mohon jangan tinggalkan aku," ucapnya.

Entah karna terkejut atau apa, aku menjauhkan diriku darinya. Matanya masih terpejam. Ku lihat wajahnya yang penuh luka itu.

Aku tidak sanggup membayangkan bagaimana rasa sakitnya.

Ku usap pelan wajahnya sampai bawah kelopak matanya. Aku mendengar dirinya meringis pelan. Aku masih terus mengusapnya. Kelopak matanya yang indah kini terluka sama dengan pemiliknya.

Aku berhenti.

Dia membuka matanya.

Hatiku terasa begitu nyeri saat setetes air mata meluncur turun dari mata nya.

Oh tidak-tidak jangan menangis aku tidak mau mata indahnya itu terluka.

"Hye Ji-ah ku mohon jangan tinggalkan aku," suaranya terdengar parau.

"Ku mohon Hye Ji-ah."

Aku hanya mengangguk sambil menyeka air mata yang aku sendiri tidak tahu sudah sejak kapan kembali mengalir itu.

Ku hamburkan diri ku di pelukannya. Jungkook merengkuh ku. Tangannya begitu erat memelukku.

Cukup lama suasana hening itu bertahan.

"Sudahlah berhenti menangis, aku tidak akan meninggalkanmu," ucapku yang masih berada di pelukannya.

Dia terkekeh.

"Aku tidak menangis," katanya.

"Aku akan percaya itu" kekehku.

Luka yang kurasakan hari ini seakan menguap begitu saja. Selama tangan ini tetap memelukku, aku rasa aku dapat melewati segalanya. Selama aku memilikinya aku rasa semua luka dan kesedihan yang ku miliki menjadi tidak berarti.

TBC

Let It Be~ [JUNGKOOK FAN FICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang