Hye Ji POV
Sudah berjam-jam aku berada di kamar mandi. Bahkan air mataku pun sudah mengering memohon untuk berhenti dikeluarkan.
Perutku terasa begitu lapar setelah menangis berjam-jam. Aku bangkit berdiri dan menatap refleksi wajahku di cermin.
Kantung mata yang sudah membesar, rambut yang terlihat seperti bertahun-tahun tidak ku cuci. Hidungku juga terlihat merah seperti terkena flu berat.
"Menyeramkan sekali." ujarku.
Aku berjalan menuju pintu, membukanya dengan sisa tenaga yang ku miliki. Betapa terkejutnya aku mendapati Jungkook yang sedang menatap wajahku khawatir.
Kami terdiam beberapa saat sampai dia membuka suara untuk memecah keheningan ini.
"Makan ya? Kau pasti lapar." ujarnya.
"Kau-"
"Nanti saja bertengkarnya, kau bahkan hanya di dalam sana selama tiga jam tapi sepertinya badanmu sudah terlihat sangat kurus." ucapnya. Jungkook menarik lembut tanganku dan membawaku untuk duduk di sofa ruang tamu.
"Duduk dan diam saja di sini." ucapanya.
Dia kembali berjalan ke arah dapur, terlihat seperti menyiapkan sesuatu di sana. Setahu ku dia tidak pandai memasak, aku sedikit khawatir takut dia membakar habis rumahku.
Tak berselang lama Jungkook kembali dengan nampan yang di atas nya ada semangkuk sup rumput laut dan secangkir teh hangat.
"Tadi aku menelfon Jin hyung untuk membawakan makanan, jadi jangan khawatir masakan ini rasanya pasti lezat." ucapnya.
Apakah aku terlalu sibuk menangis sampai tidak mendengar ada orang lain yang datang ke rumahku? Wah, aku rasa aku memang pergi ke dunia lain jika sedang menangis seperti tadi.
Jungkook duduk di sebelahku, dia meletakkan nampan yang dia bawa di atas meja. Ia mengambil secangkir teh yang masih hangat dan memberikannya padaku.
Aku meminumnya perlahan.
Sesudah itu ia mengambil mangkuk yang berisi sup dan menyuapkan isinya perlahan ke dalam mulutku.
Aku menerimanya, karna memang perutku sangat kelaparan sejak tadi."Aku hampir saja merusak pintu kamar mandimu" katanya.
Aku menatapnya dengan wajah bingung.
"Apa kau tidak sadar kau menguncinya dari dalam?" tanyanya.
"Aku sadar, lalu kenapa?"
Dia menghela nafasnya, "Aku berdiri di sana berjam-jam mendengarmu menangis, memaki dirimu sendiri, itu sangat menyakitkan." ucapnya.
Aku menunduk mendengar kalimat itu keluar dari mulutnya.
"Lalu, tiba-tiba saja kau berhenti....aku kira kau melakukan suatu hal yang bodoh, makanya aku hampir saja ingin mendobrak pintu itu."
Seukir senyuman terulas di wajahku, entah kenapa mengetahuinya menungguku di luar begitu menyenangkan.
"Untunglah perutmu itu lapar dan memaksamu keluar dari sana." ujarnya lalu tertawa pelan.
Aku hanya memainkan jari-jariku. Bingung harus berkata apa padanya.
"Kalau kau ingin masuk goa dan menangis, lain kali jangan kunci pintunya."
Jemari hangat Jungkook mengambil tanganku dan menggenggamnya lembut.
"Goa?" tanyaku.
Dia mengangguk, "Habisnya kau lama sekali di dalam sana, kaki ku sampai mati rasa menunggumu di luar."
Aku tertawa pelan mendengarnya mengomel. Aku rasa baru berjam-jam yang lalu aku merasa begitu emosional tetapi kenapa hatiku begitu tenang sekarang?
"Hye Ji, maafkan aku." ucapnya.
Kalimat itu keluar lagi dari mulutnya, namun kali ini aku bisa merasakan rasa bersalah dan penyesalan yang tersirat di baliknya.
"Aku tidak tahu, Jungkook."
Dia mengelus permukaan tanganku lembut, berusaha memberi tahu bahwa dia tidak akan pernah mengulanginya lagi.
"Aku akan lebih baik lagi, aku tidak akan membuat mu sakit." katanya.
Mataku berusaha menatapnya, menyelami kedua manik yang terlihat indah itu. Aku melukis sebuah senyum.
"Tapi....." kataku.
"Tapi?"
"Ingat semua kalimat yang tadi kau ucapkan di kamar mandi?"
Jungkook terlihat berpikir sejenak. Ia menghela nafasnya panjang dan menatapku.
"Aku rasa aku akan bangkrut karna mu." katanya lalu menarikku ke dalam pelukannya.Tawa pelan lolos begitu saja dari bibirku.
"Aku mau coklat hangat tanpa busa." ucapku yang masih dalam pelukannya.
Jungkook berdeham mengiyakan permintaanku.
"Aku juga ingin pergi ke Busan lagi."
"Baiklah nanti kita pergi saat aku mendapatkan libur." jawabnya.
"Aku juga ingin pergi ke sungai Han besok." pintaku.
"Iya...sehabis aku latihan malam"
"Aku juga ingin menonton tv seharian sabtu nanti."
"Tapi aku ada latihan vocal..." ucapnya.
"Kalau begitu Jumat?" tanyaku.
"Baiklah aku bisa kemari setelah interview."
"Aku juga ingin..."
Jungkoook melepaskan pelukannya. Dia menatapku heran, "Hey, sejak kapan kau meminta banyak hal seperti ini?" katanya.
Aku tertawa mendengarnya.
"Aku kan hanya menagih hal yang kau janjikan." ucapku santai.
Aku tersadar tentang satu hal yang telah lama ia janjikan, "Jungkook...."
Dia kembali menatapku.
"Ada apa?"
Aku menunjuk sepasang sepatu boots yang terletak di rak sepatuku, "Itu....masih sempit dan tidak akan pernah muat di kaki ku."
Jungkook menjitak kepalaku dan tertawa, "Arraseo, nanti sore kita pergi membeli yang baru."
Aku segera menghamburkan diri ke dalam pelukannya, aku benar-benar tidak bisa melepasnya pergi. Satu kesempatan lagi tidak masalah bukan?
Satu kesempatan lagi, dan mungkin ini akan menjadi akhir bahagia bagi kami berdua. Mungkin.
Aku hanya bisa berharap saat ini.
"Masih betah seperti ini?" tanyanya.
"Sebentar saja..."
"Tapi habiskan sup mu setelah ini."
Aku mengangguk pelan agar dia tidak melanjutkan ceramahnya.
One more chance,
Won't hurt anybody
Right?TBC
Terimaksih sudah dibaca ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Let It Be~ [JUNGKOOK FAN FICTION]
FanfictionAku Lee Hye Ji, gadis berusia 19 tahun dan menjadi produser musik di sebuah perusahan musik di Korea Selatan. Kehidupanku berubah setelah aku bertemu dengannya.