Chapter 2 -- The Dinner

126K 4.9K 42
                                    

Inez's POV

"Aduh, Anita! Apa kabar? Kangen banget ya, udah lama kita nggak ketemu!" Mama berseru sambil memeluk Tante Anita, sahabat lamanya. Di sebelahnya, Papa dan suami Tante Anita, Om Chesta, bersalaman.

"Kabarku baik, Del. Kamu sendiri apa kabar?" Ujar Tante Anita. "Wah, ini anak-anakmu? Sudah besar-besar ya!"

Aku dan Kak Allya hanya berpandangan sambil menghela napas. Sebelum masuk restoran tadi, kami sudah berasumsi kalau kejadiannya akan begini.

Mama lalu mengenalkan kami bertiga. Pertama Kak Allya, karena dia yang paling besar. Lalu Kak Aldi. Dan terakhir, aku.

Setelah kami duduk, diam-diam Kak Allya mengambil ponselnya dari dalam tas. Dia membalas pesan singkat dari tunangannya, Kak Virgo.

Berhubung Kak Aldi lagi ditarik Mama dan Kak Allya sibuk dengan hp-nya, aku hanya bisa bengong sambil mengedarkan pandangan ke sekitar. Pandanganku terhenti pada seorang cowok yang baru masuk.

Dia mengenakan kaos warna putih, ditutupi dengan jas berwarna hitam. Dia memakai celana jeans hitam dan sepatu yang senada.

Matanya terlihat sayu, tapi tatapannya tajam. Rambutnya ditata dengan model terkini. Postur badannya lebar, tapi tidak gemuk. Dia tinggi. Dan mungkin, dia sixpack. Disekitar rahangnya terdapat janggut tipis. Dia...sexy.

Cowok itu berjalan ke arah mejaku, dan aku masih tidak menyadarinya. Aku hanya menatapnya.

"Nah, ini anak pertamaku, Del. Namanya Rama. Seumuran sama Aldi," ujar Tante Anita.

"Wah, ganteng ya!" Ujar Mama. Mama dan anaknya Tante Anita bersalaman. "Anak keduamu mana?" Tanya Mama ke Tante Anita.

"Dia lagi dirumah eyangnya. Nanti deh, kalau ketemu lagi aku kenalin," ujar Tante Anita lagi.

Tiba-tiba seseorang menarikku. "Nah, ini anakku yang ketiga," ujar Mama.

Aku hanya tersenyum pada Tante Anita, Om Chesta dan anaknya. Mereka membalas senyumku, kecuali anaknya yang hanya menatapku tajam.

"E-eh... Saya Inez Mahestari," ujarku. Aku mengulurkan tanganku pada cowok itu. Dengan tatapan enggan--yang entah kenapa jadi nyebelin dimataku--dia menyalamiku.

"Rama. Ramakrisna Handaru," ujarnya. Setelah itu, kami duduk lagi. Disampingku, Kak Allya mencolek-colekku--menggodaku.

"Nah, karena kita udah kumpul, sekarang kita mau bikin pengumuman singkat dulu." Suara Tante Anita memenuhi ruang VVIP restoran yang sudah dibooking. Pandangan kami semua terarah kepadanya.

Beliau berdiri diujung meja, dengan Mama disebelahnya. Aku, Kak Allya, Kak Aldi dan Rama menatap mereka bingung. Papa dan Om Chesta hanya senyum-senyum. Sepertinya mereka sudah tahu apa yang akan dibicarakan.

"Kita semua bertemu disini bukan tanpa alasan yang jelas," ujar Mama.

"Ya. Ada satu alasan kenapa kita berkumpul sekarang. Dan alasan itu adalah..." Kata-kata Tante Anita menggantung.

Dan tiba-tiba, perasaanku tidak enak.

"Kami berencana menjodohkan Rama dengan Inez."



Rama's POV



"Kami berencana menjodohkan Rama dengan Inez."

Hampir saja air yang ada didalam mulutku tersembur. Refleks, aku menatap Bunda dengan horor.

Aku? Dijodohkan?

Gadis didepanku--Inez, menatap Tante Adel dan Bunda dengan tatapan tidak percaya. Disebelahnya, Kak Allya mulai tersenyum bahagia. Dan disampingku, Aldi membuka mulutnya lebar.

Forced WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang