Chapter 25 [1.0] -- The First Time

89.2K 3K 83
                                    

2 tahun kemudian...

Suasana JCC lebih ramai dari biasanya pada hari itu. Pasalnya, sedang dilaksanakan acara wisuda dari universitas tempat Inez berkuliah. Inez, dan Arina termasuk dalam jajaran mahasiswa yang lulus dengan cepat, hanya dalam 3 tahun. Sedangkan Sophia, dia baru akan wisuda seminggu lagi.

"Inez sayang, selamat ya atas wisudanya," Kak Allya mencium kedua pipi Inez. Gerakan itu agak tertahan oleh perut Allya yang sudah membuncit, karena sedang hamil 8 bulan.

"Makasih banyak ya, Kak. Aduh, Kak Allya nih nekat, bukannya istirahat dirumah malah datang kesini," ujar Inez sambil mengelus perut Kakaknya. Dalam hati, dia merasa sedikit iri.

"Berarti, nanti malam dapat 'hadiah' dong, dari Rama?" Tanya Allya, volume suaranya sengaja dipelankan.

Wajah Inez memerah. "Apaan sih, Kak. Hahaha."

"Hmm, diam-diam pengen juga kan kamu?" Ledek Allya. Lalu dia tertawa.

"Ada apa nih? Seru banget?" Tiba-tiba, suara Rama terdengar dibelakang Inez. Seketika wajah Inez memerah lagi.

"Kok muka kamu merah, Nez?" Tanya Rama. Melihat kedua sejoli ini, Allya langsung beralih ke suaminya.

"A-ah? Eng-enggak kok," ujar Inez terbata-bata. Mampus, tadi dia dengar nggak ya?

"Hmm... Ya udah kalau begitu." Rama mengangguk-angguk. "Eh, pulang yuk?"

Inez mengangguk. "Eh, tapi kok aku nggak lihat Arina sama Sophia lagi ya?"

"Sophia sih, tadi udah duluan sama Vian. Kalau Arina..." Rama mendekatkan mulutnya ditelinga Inez. "Arina lagi dikejar-kejar sama Brian."

Spontan, Inez berteriak kaget, membuat orang-orang disekelilingnya—termasuk keluarganya—bengong menatapnya.

"Kok bisa? Bukannya Arina rada sebel sama Brian?" Rama mengangkat bahu.

"Ya, gitu deh. Brian ngotot, Arina males. Kejar-kejaran tuh berdua kayak tom sama jerry," ujar Rama. Inez tertawa mendengarnya.

"Ram, Nez, kalian mau langsung pulang?" Tanya Mama. Mereka berdua mengangguk. "Hmm. Ya udah kalau gitu. Tapi besok kerumah Mama ya, Nez. Kita rayakan wisuda kamu."

"Oke, Ma. Ya udah semuanya, Inez sama Rama duluan ya," ujar Inez. Ketika dia dan Rama sudah agak jauh, terdengar suara teriakan yang berasal dari Aldi.

"JANGAN LUPA KEPONAKAN BUAT GUE YA!"

Sesampainya didepan pintu, Rama menutup mata Inez.

"Duh, ini apaan sih, Ram? Kenapa mataku pakai ditutup segala? Nanti kalau nabrak gimana?"

Rama hanya geleng-geleng kepala mendengar celotehan Inez.

"Nez, lebay banget sumpah. Percaya aja sih, sama aku," ujar Rama.

Akhirnya, Inez memasrahkan dirinya didalam tuntunan Rama. Terdengar pintu dibuka, lalu ditutup. Tak lama, Rama menghentikan langkahnya.

"Jangan buka mata dulu," perintahnya. Inez mengangguk. Dia merasakan tangan yang menutup matanya sudah tidak ada, tapi dia tidak berniat untuk mengintip.

"Open your eyes," ujar Rama. Suaranya sudah menjauh. Dan ketika Inez membuka matanya, dia tidak bisa menahan kupu-kupu itu untuk berterbangan.

Mereka berdua berada di kamar. Dan dihadapan Inez adalah bunga mawar tanpa tangkai yang disusun membentuk sebuah kata diatas tempat tidur. Di atas nakas, terdapat lilin yang mengeluarkan wangi mawar. Begitu juga di atas meja rias, dan di penjuru kamar mereka.

Forced WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang