Chapter 22 -- Confronted

72.5K 2.8K 64
                                    

Pagi itu, Inez bangun dengan tidak mendapati Rama disampingnya. Dia mempertajam pendengarannya.

Ada suara di dapur. Seperti suara orang...menyanyi? Pasti Rama. Yang jadi pertanyaan adalah, ngapain cowok itu pagi-pagi, di dapur, nyanyi pula? Masa konser?

Inez bangkit dari tempat tidur, lalu berjalan pelan ke dapur. Ketika sudah dekat dapur, sebisa mungkin Inez tidak membuat suara dengan mengendap-endap.

Terdengar suara penggorengan dan orang bernyanyi. Ketika Inez mengintip, dia melihat suaminya sedang bersenandung kecil sambil memasak. Dicium dari baunya, itu sudah pasti nasi goreng.

"Ram." Inez memanggil Rama dari depan dapur. Yang dipanggil tidak menoleh.

"Rama." Sekali lagi, barulah Rama menoleh. Sebuah senyum terpasang di bibirnya.

"Morning, my wife," sapanya.

"Morning," ujar Inez. "Kamu nggak kuliah? Nggak ada bimbingan skripsi?"

"Ini mau mandi," ujar Rama. Dia mematikan kompor, menaruh nasi goreng itu di piring, lalu menyerahkannya kepada Inez. "Nih, sarapan dulu. Aku mandi dulu."

Inez mengangguk. Baru saja dia hendak berdoa ketika sebuah benda basah dan lembut menyentuh bibirnya.

Inez melirik Rama—yang barusan mencuri sebuah ciuman singkat—dengan tajam.

"Kamu merusak konsentrasi orang yang mau doa, Ram. Dosa loh," canda Inez. Rama mengacak rambut gadis itu.

"Hahaha. Maaf sayang, can't help," ujarnya. Setelah berkata begitu, dia langsung kabur ke kamar mandi.

"Kamu dirumah ya, jangan kemana-mana," ujar Rama. Inez mengangguk pasrah. Iyasih, dia sudah pulang ke rumah. Tapi tetap saja, Rama masih tidak mengijinkannya untuk kuliah dulu.

"Iya iya," ujar Inez.

Rama mencium kening Inez sekilas, lalu bergegas masuk ke mobilnya. Inez hanya bisa melambaikan tangan sambil melihat mobil Rama menjauh.

Tepat setelah Rama pergi, ponselnya berbunyi.

From: Arina

Nez, habis gue ke kampus, nge-mall yuk. Ama Sophia juga. Dia mau ajak Vian juga. Yuk? Tenang aja, nanti Vian yang bilang ke Rama.

Dengan cepat, Inez mengetik balasannya.

To: Arina

Kalau Rama ijinin, yaudah.

 

Tidak lama, Inez sudah mendapat balasan dari Arina.

From: Arina

Katanya boleh, Nez.

Inez mengernyit. Rama kok aneh? Giliran jalan-jalan boleh, ke kampus nggak boleh...

Ketika Inez hendak membalas, ponselnya berbunyi. Panggilan masuk dari Rama.

"Ya, Ram?"

"Nanti kamu mau ikut Arina, Sophia sama Vian?" Tanya Rama tanpa basa-basi.

"Mau sih. Tapi kamu kok aneh, giliran aku mau ke kampus nggak boleh. Jalan-jalan malah boleh," ujar Inez.

"Kalau dikampus kan kamu mikir. Aku nggak mau kamu mikir apa-apa dulu. Kalau jalan-jalan kan, refreshing. Aku rasa kamu butuh refreshing sebentar," jelas Rama. "Tapi aku nggak ikut, nggak apa-apa kan? Aku masih harus ngurusin skripsi."

Forced WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang