Chapter 16 -- New Beginning

91.5K 3.4K 43
                                    

Inez's POV

Tadi sore, Kak Allya dan Kak Virgo main kerumah. Katanya sih, kangen. Tapi ujung-ujungnya mereka malah kepo. Tentang semuanya.

Terutama Kak Allya yang kepo tentang kehidupan...itu. Ya, tahu lah maksudnya.

Satu pertanyaan Kak Virgo yang mengusikku.

"Kok, nggak ada foto pre-wedding, Nez? Nggak bikin?"

Menjawab pertanyaan itu, aku hanya bisa menggeleng sambil menatap Rama yang sedang membetulkan lampu ruang tamu yang mati.

Pre-wedding? Apa Kak Virgo lupa kalau aku dan Rama dijodohkan? Gimana sempat bikin foto itu? Kepikiran juga nggak.

Karena keasyikan berkutat dengan pikiranku, aku melonjak kaget ketika pintu kamar dibuka. Rama muncul dari luar, dia menatapku heran.

"Kamu kenapa, Nez?"

Oh, sejak beberapa hari lalu, waktu aku kembali ke rumah and we had 'that' talk, kami memutuskan untuk memakai aku-kamu agar lebih dekat. Lagipula menurut Rama, sebagai pasangan yang sudah menikah, lo-gue terasa tidak pantas diucapkan sesama suami-istri.

"Enggak, nggak apa-apa," ujarku sambil menggeleng. Terlalu cepat, dan Rama sudah tahu kalau itu tandanya aku sedang berbohong atau menyembunyikan sesuatu.

"Kepikiran ucapan Kak Virgo yang tadi ya?" Tanyanya. Dengan santainya, dia membuka kaosnya yang sudah basah karena berkeringat. Hal itu membuat pipiku merah lagi.

"Oh, atau kepikiran yang dibilang Kak Allya tadi? Jangan dikira aku nggak tahu ya," lanjutnya. Lalu dia menatapku tajam. "Aku dengar semuanya."

Lalu, bantal melayang dari tanganku tepat menuju badannya.

"Ngaco. Udah ah, mandi aja sana," ujarku sambil melakukan gerakan mengusir. Rama tertawa pelan.

"Mandiin," ujarnya. Kontan, mataku membulat mendengar ucapannya.

"Bercanda, Nez. Jelek banget muka mu," ujarnya lagi sambil berjalan ke kamar mandi.

Dia nggak tahu, kalau ucapan barusan, bercanda sekalipun, mampu membuatku panas dingin mendengarnya.



Author's POV

"Semuanya udah beres, Van? Wah, serius? Thanks banget, bro!" Rama menutup teleponnya.

Tadi itu Revan. Rama meminta tolong sahabatnya itu, plus Vian dan Brian juga, untuk membuat kejutan buat Inez.

Barusan, Revan mengabari kalau tempat yang akan dipakai sudah siap. Sebelumnya, Vian yang bekerja sama dengan Sophia (ternyata mereka berkenalan di acara pernikahan Rama-Inez) mengabarkan kalau kostum yang akan dipakai sudah siap. Brian juga sudah mengabari kalau kameranya sudah selesai di servis, dan bisa langsung dipakai.

Sekarang, hanya tinggal menghubungi Arina yang sedang meyakinkan Inez untuk langsung pulang dengan Rama selesai kuliah.

Rama berdiri disamping mobilnya, sambil sesekali mengecek ponsel kalau-kalau ada pesan masuk mengenai rencananya.

Tak lama dari arah pintu parkiran, Inez datang. Wajahnya terlihat kesal.

"Kenapa?" Tanya Rama begitu Inez sampai di mobilnya.

"Biasa, dosen ngeselin. Disuruh bikin makalah dan harus dikumpulin besok jam 8 pagi," gerutu Inez. Lalu ekspresinya berubah. "Eh, kita mau kemana, Ram? Tadi Arina nyuruh gue--eh, aku--buru-buru kesini."

Rama tersenyum melihat ke-kikuk-an Inez. "Aku mau ajak kamu ke suatu tempat."

"Yah, tapi tugas aku gimana, Ram?" Tanya Inez. Wajahnya ditekuk lagi.

Forced WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang