Waktu sudah menunjukkan pukul setengah 6 pagi. Daritadi, Rama menatap anak dan istrinya yang tertidur pulas di ranjang masing-masing. Sebuah senyum tercetak dibibirnya, tatkala melihat tempat bayi dimana anaknya berbaring.
Diego Satria Handaru.
Nama itulah yang menjadi pilihan mereka berdua, bahkan sejak usia kandungan Inez masih 5 bulan.
"Jadi anak yang baik ya, Nak. Jaga Bundamu," bisik Rama sambil mengelus kepala Diego.
Inez, yang mengintip dari sela bulu matanya, tersenyum dalam hati. Dia terharu melihat Rama mengelus anaknya itu. Tanpa disadari, setitik air mata meluncur ke pipinya.
Rama yang menyadari hal itu, berganti mengelus kepala Inez. Sambil mengambil posisi disebelah badan Inez, Rama mengangkat Diego dari boks bayi.
"Kamu kenapa, Nez?" Tanya Rama. Inez membuka matanya, lalu menggeleng sambil tersenyum.
"Terharu aja," ujarnya.
"Go, lihat Bunda deh. Dia terharu loh, lihat kamu udah lahir. Nanti, Igo jadi anak baik ya, nurut sama Ayah sama Bunda," ujar Rama. Kening Inez berkerut.
"Igo?"
Rama mengangguk. "Panggilannya, biar nggak kepanjangan."
Inez tersenyum sambil mengangguk. Lalu dia menggerakkan badannya, berusaha untuk duduk. Rama sebisa mungkin membantu dengan memegang tangan Inez.
"Eh iya, yang lain udah pada pulang ya?" Tanya Inez.
"Iya, tadi setengah jam setelah kamu tidur, Ayah, Papa, Mama sama Bunda pulang. Terus Kak Allya, Kak Virgo, Aldi, Krista. Terus Sophia, Arina, sama Vian. Terakhir Brian sama Revan, belum lama sih kira-kira 15 menit yang lalu," jelas Rama. Dia menaruh Diego yang sudah terbangun ke gendongan Inez.
"Ih, gemes banget Ram, ngeliatnya. Pengen aku gigit-gigit," ujar Inez. Rama langsung menatap Inez dengan horror.
"Nez..."
"Ya enggak mungkin lah, Ram. Aku cuma becanda lagi. Serius banget sih kamu," ujar Inez. Satu tangannya mencubit pipi Rama.
Rama menangkap tangan itu, lalu menggenggamnya erat. Dia menatap Inez dengan lembut, lalu mengecup bibirnya pelan.
"I love you, Nez. Makasih udah ngelahirin anak kita dengan selamat," ujar Rama.
"I love you too, Ram. Makasih juga udah jagain kita," balas Inez sambil tersenyum. Mereka bertatapan agak lama.
Tatapan itu terganggu dengan suara pintu yang dibuka.
"Inez!" Nata masuk dengan membawa bingkisan besar. Rama turun dari tempat tidur dan langsung membantunya.
"Wah, thanks, Ram," ujar Nata. "Inez... Ya ampun, gue jadi tante. Nggak nyangka... Siapa namanya? Laki-laki kan?"
"Hahaha. Makasih, Nat. Iya, jagoan dia, namanya Diego Satria Handaru," ujar Inez. "Mau gendong?"
Nata menggeleng. "Duh, jangan deh, Nez. Gue nggak ngerti cara gendongnya, nanti kenapa-kenapa."
"Wow, bak mandi bayi! Makasih ya, Nata," ujar Rama. Daritadi, dia sudah asik dengan bingkisan yang dibawa Nata. Inez hanya geleng-geleng sambil tersenyum melihatnya.
"Eh, tadi ketemu Revan sama Brian nggak?" Tanya Rama pada Nata.
"Hah? Siapa tuh?" Nata balik bertanya.
"Eh, lupa deh, lo kan nggak kenal ya," ujar Rama.
"Oh iya, gue nggak bisa lama-lama juga nih. Nanti ada kuliah jam 9 pagi, mana teman gue minta nebeng pula," ujar Nata. Tiba-tiba ponselnya berbunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forced Wedding
RomanceInez Mahestari tidak suka dijodohkan! Baginya, pernikahan itu seharusnya atas dasar sama-sama suka, sama-sama cinta. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa, karena ternyata orang tuanya sudah mempersiapkan semuanya! ∞ Ramakrisna Handaru hanya bisa...