"WHAT? NIKAH?" Inez segera membungkam mulut Arina, sahabatnya.
Saat ini, mereka sedang berada di taman kampus. And thanks to Arina, semua orang saat ini melirik mereka berdua dengan tatapan penasaran.
"Iya iya sorry..." Ujar Arina sambil berusaha melepas tangan Inez yang menutupi mulutnya. "Eh tapi, kira-kira gue kenal sama cowok ini nggak?"
"Kayaknya sih ngga--" Kata-kata Inez terpotong ketika melihat seseorang lewat didepannya. Seseorang yang--yah baru-baru ini--dia kenal.
"Kenapa, Nez?" Arina melambaikan tangannya didepan muka Inez, tapi tidak ada jawaban. Dia mendekat ke telinga Inez. "EARTH CALLING INEZ!!"
"Berisik! Itu orangnya! Ngapain dia disini?" Ujar Inez sambil berjalan ke arah orang itu, meninggalkan Arina yang masih duduk diatas bangku taman.
Inez menepuk pundak orang itu dari belakang. "Rama!"
Rama menoleh dan menatap Inez tajam. "Lo ngapain disini?"
"Gue kan kuliah disini. Lah lo ngapain disini? Nyariin gue ceritanya?" Ujar Inez. Rama terkejut mendengar jawaban gadis itu.
"Kuliah?! Gue juga kuliah disini!" Balasnya ketus. Inez mencibir.
"Jurusan apa lo?" Tanya Inez kemudian.
"Hukum."
"HAH?!"
Rama membekap mulut Inez. Gadis itu mencubit pinggang Rama, yang merupakan kelemahannya karena gampang kegelian.
"Bisa nggak sih, nggak usah teriak-teriak? Barbar banget sih jadi orang," ujar Rama. sambil melepas tangannya dari mulut Inez.
"Gue kaget, Ram. Gue juga fakultas hukum soalnya."
Kali ini, Rama yang menatapnya sambil terkejut.
Dari kejauhan, Arina menatap kedua orang itu, Inez dan seorang cowok yang sedang berbicara dengannya.
Dengan santainya, dia menghampiri Inez. Didalam otaknya sudah terencana sesuatu yang dia yakin 1000%, akan membuat sahabatnya itu malu setengah mati.
"Nez!" Arina menepuk pundak Inez.
Rama dan Inez menoleh ke arahnya. "Ini siapa Nez? Calon suami lo yang diceritain tadi?"
Arina hampir tertawa ngakak melihat ekspresi I-can't-believe-you-did-this milik Inez. Disampingnya, mata Rama terbelalak.
"E-eh.. Anu.. Itu..." Inez tidak bisa berkata-kata lagi.
"Iya, saya calon suaminya Inez. Anda pasti sahabatnya Inez," ujar Rama setelah mencoba menenangkan diri. Dia mengulurkan tangannya pada Arina. "Saya Rama."
Arina membalas uluran tangan Rama. "Gue Arina. Lo anak sini juga?"
"Iya."
"Fakultas?"
"Hukum," ujar Rama singkat.
"Hah?! Kok gue nggak pernah lihat?" Tanya Arina kaget. Kali ini, giliran Inez yang menahan tawa melihat ekspresi Arina.
"Nggak tahu deh, mungkin karena beda angkatan," jawab Rama sambil mengangkat bahu. Lalu dia melihat jam tangannya.
"Eh, saya duluan ya, udah mau jam 9, saya ada kelas," ujar Rama lagi. Sekali saja, dalam pikirannya, dia ingin menjahili Inez.
Ditatapnya Inez dengan intens, lalu...
CUP!
Sesuatu yang lembut menyapu kening Inez. Disampingnya, Arina membeku melihat pemandangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forced Wedding
RomanceInez Mahestari tidak suka dijodohkan! Baginya, pernikahan itu seharusnya atas dasar sama-sama suka, sama-sama cinta. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa, karena ternyata orang tuanya sudah mempersiapkan semuanya! ∞ Ramakrisna Handaru hanya bisa...