Chapter 17 -- Babysitting

91.5K 3.3K 57
                                    

Inez mengedarkan pandangannya di penjuru rumah. Dia mencari Rama, yang tadi katanya mau buat sarapan, tapi di dapur tidak ada.

Itu orang buat sarapan dimana sih?

"Nez? INEZ?" Teriakkan Rama terdengar dari halaman belakang. Dari nada suaranya yang mendesak, Inez berasumsi kalau sesuatu telah terjadi.

"Kenapa? Tadi katanya mau bikin sarapan?" Tanya Inez.

"Gawat nih," kata Rama singkat, tanpa berniat melanjutkan kata-katanya. Inez mengangkat sebelah alisnya.

"Maksudnya?"

"Jadi gini. Kakak sepupuku minta tolong sama aku-kita, untuk babysit anaknya, soalnya dia sama suaminya harus pergi ke luar kota," ujar Rama.

"Wah, serius? Terus mereka kapan datang?" Raut wajah Inez berubah dari bingung menjadi antusias. Rama tidak menyangka bahwa reaksi Inez akan seperti ini.

Yang ada di pikiran Rama: Inez memberengut tidak setuju, lalu memaksa Rama untuk mengatakan 'tidak', dengan ancaman dia akan meninggalkan Rama dan menginap lagi dirumah Arina.

Realitanya: Mata Inez berbinar begitu mendengar rencana ini. Intinya, dia terlalu antusias.

Buktinya? Saat ini Inez sedang bergumam sendiri mengenai 'apa lingkungan di rumah ini cocok untuk balita?'; 'kita bahkan nggak pernah ngurus anak'; dan 'aku sendiri masih anak-anak, apa aku bisa ngurus anak?'

"Ram, keponakan kamu umur berapa emang?"

Rama tampak berpikir, mencoba mengingat umur Rory, keponakannya. "Baru dua tahun kayaknya. Baru ulang tahun kok."

"Nah loh! Aduh, aku pengen banget ketemu. Tapi kalau dia nggak suka sama aku gimana, Ram? Nanti dia maunya sama kamu doang terus aku dicuekkin lagi," ujar Inez lagi, membuat Rama menahan tawa mendengarnya.

Baru kali ini dia melihat sisi lain Inez. Dan dia menyukainya. Inez tampak begitu polos.

"Nez," panggil Rama. "Mereka datang sebentar lagi. Lebih baik kita beresin rumah, jauhin barang-barang yang berbahaya, taruh diluar jangkauannya. Daripada kita nganggur disini."

"Hm. Boleh deh, Ram."

Dengan sigap, mereka langsung membereskan perabotan yang dirasa 'membahayakan' bagi anak umur 2 tahun.

30 menit kemudian, acara beres-beres selesai. Inez dan Rama duduk di sofa sambil meluruskan kaki.

Tiba-tiba interkom berbunyi. Rama segera melihat layar interkom yang tersambung ke luar pagar, dan mendapati Kak Sissy sedang berdiri didepannya.

"Sebentar ya, Kak. Rama bukakan pintu," ujar Rama yang disambut anggukkan Sissy.

Tak lama, Rama masuk kembali ke rumah. Di gendongannya sudah ada Rory. Sissy dan suaminya mengikuti dari belakang.

Inez menyambut mereka. Dia mengenal Sissy dan suaminya ketika acara pertemuan keluarga, tapi tidak mengenal Rory karena tidak sempat bertemu.

"Nah, Rory, kenalin ini Tante Inez," ujar Rama sambil mengarahkan Rory pada Inez.

Rory tersenyum, memperlihatkan gigi kecilnya yang masih sedikit.

"Halo, Rory," ujar Inez. Rama menyodorkan Rory ke arahnya, membuat Inez sedikit canggung namun tetap menggendong Rory.

"Nes!" Seru Rory, yang disambut gelak tawa Rama, Sissy, Inez dan suaminya Sissy.

"Baru belajar ngomong dia," jelas Sissy. Lalu dia melihat jam tangannya.

"Duh, udah jam 10. Kita harus berangkat nih, pesawatnya jam 3 sore sudah take off." Sissy memberi isyarat kepada suaminya.

Rama mengangguk. Dia mengambil dua buah tas berukuran sedang yang disodorkan suaminya Sissy.

Forced WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang