Untuk yang kesekian kali, Rama mengecek jam tangannya. Sudah pukul 2, lebih setengah jam dari waktu janjiannya.
Dia terus memperhatikan pintu kafe, kalau-kalau orang yang ditunggunya datang, tapi sampai sekarang belum sampai juga.
Tidak sabaran, Rama mengambil ponselnya. Dia mengubungi nomor yang akhir-akhir ini-sebenarnya-dia coba hindari. Telepon diangkat pada dering ke-tiga.
"Dimana?"
"..."
"Oke. Aku udah di kafe ya," ujar Rama. Lalu sambungan telepon diputus.
Lima menit kemudian, seorang wanita memasukki kafe tersebut. Dia memakai dress ketat berwarna hitam yang menonjolkan bentuk tubuhnya. Dress tersebut berpotongan rendah, membuat belahan dada wanita itu terlihat jelas. Dia menghampiri Rama.
"Hai Ram. Maaf lama, tadi aku kesiangan," ujar wanita itu. Rama mengangguk. Dia menarik kursi untuk wanita itu.
"Duduk, Ve." Wanita itu-Ve-mengangguk.
"Ada apa?" Tanya Rama.
"Aku butuh bantuanmu, Ram," ujar Ve.
"Bantuan apa?" Seketika, tubuhnya meremang. Sesuatu menggesek kakinya dengan lembut. Dia mengintip kebawah, ternyata kaki Ve.
Rama menatap Ve dengan tajam, yang dibalas dengan tatapan lembut plus menggoda oleh Ve. Rama langsung menjauhkan kakinya.
"Bantuan apa?" Ulangnya.
"Temani aku malam ini. Kebetulan, rumahku sedang kosong karena pembantuku pulang. Katanya, anaknya sakit. Aku nggak tahu harus minta tolong siapa lagi, Ram. Semua orang yang aku mintai tolong nggak ada yang bisa. Tolong, Ram," ujar Ve dengan nada memelas.
Rama menghembuskan napas panjang. "Aku harus jagain Inez, Ve. Dia nanti sendirian dirumah," ujarnya.
"Aku tahu kamu ada pembantu, jadi Inez nggak sendirian kan? Mana mungkin keluarga Handaru nggak punya pembantu? Ya kan?" Wajah Ve semakin memelas. Dia meraih tangan Rama diatas meja, lalu menggenggamnya erat.
"Please, Ram... Baru-baru ini ada perampokan didaerah rumahku. Aku takut sendirian."
Rama kembali menghembuskan napas panjang. Jujur saja, dia memang tidak ingin meninggalkan Inez sendiri. Apalagi mereka sedang dalam masa 'mencoba saling mencintai'. Tapi mendengar cerita Ve, dia juga kasihan. Bagaimana kalau Ve jadi korban selanjutnya?
Ve memperhatikan Rama didepannya. Dalam hati, dia yakin rencananya akan berhasil. Dia tahu, semua pria tidak ada yang bisa menolaknya. Begitu pula Rama. Well, kecuali Brian yang entah mengapa, sekarang bersikap terang-terangan memusuhinya.
Rama membuka mulutnya ragu-ragu. Lalu jawaban itu keluar dari mulutnya.
"Oke. Just one night."
∞
Ini sudah pukul 11 malam, dan Rama belum juga pulang. Sudah 10 kali Inez menghubunginya, tapi tidak diangkat. SMS juga tidak dibalas.
Hampir saja Inez mengeluarkan mobil untuk mencarinya, tiba-tiba ponselnya berbunyi.
From: Rama
Nez, tolong jemput aku di alamat ini ya. Mobilku mogok. Jalan Aksasia Blok D/12, Perumahan Villa Jaya.
Inez mengernyit. Ini rumah siapa lagi? Kenapa nggak telepon aja?
Dengan segera, dia mengambil kunci mobil. Setelah pamit dengan Mbok Nah, Inez langsung menjalankan mobilnya ke alamat yang diberikan Rama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forced Wedding
RomanceInez Mahestari tidak suka dijodohkan! Baginya, pernikahan itu seharusnya atas dasar sama-sama suka, sama-sama cinta. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa, karena ternyata orang tuanya sudah mempersiapkan semuanya! ∞ Ramakrisna Handaru hanya bisa...