Chapter 11 -- Baby?

81.6K 3.2K 15
                                    

"Nez! Rama! Kalian dimana?" Suara Mama memenuhi ruang tamu. Beliau bersama dengan Bunda memang berencana mengunjungi rumah anak-anak mereka.

"Di dapur, Ma," sahut Inez dari dapur. Pagi itu, dia menggantikan Rama membuat sarapan, berhubung sejak dua hari yang lalu badannya panas.

Bunda dan Mama berjalan ke dapur, lalu tersenyum mendapati Inez sedang memasak.

"Gitu dong, istri yang baik harus masak buat suami," ujar Mama. Inez hanya tersenyum kecil.

"Rama mana, Nez?" Tanya Bunda.

"Rama sakit, Bun, itu lagi tiduran di kamar. Dari dua hari yang lalu. Inez udah panggil Dokter Wirya sih, soalnya Rama nggak mau dibawa ke rumah sakit," jelas Inez. Lalu dia mengambil dua piring tambahan. "Mama sama Bunda mau sarapan? Ini Inez bikin nasi gorengnya kebanyakan."

"Boleh, kebetulan kita sengaja nggak sarapan dari rumah," ujar Bunda sambil tersenyum.

Inez bergegas menaruh nasi goreng buatannya di piring Mama, Bunda, dan Rama. "Inez bawa ini ke Rama dulu, ya."



"Ada Mama sama Bunda ya?" Tembak Rama ketika Inez memasukki kamar. Nada bicaranya tidak berubah, masih dingin, dan itu membuat Inez sedih.

"Iya."

"Hmm. Udah gue duga," ujarnya. Tiba-tiba Rama menarik tangan Inez yang sedang berdiri disebelahnya, membuat gadis itu duduk dikasur.

Yang mengejutkan Inez adalah tangan Rama yang saat ini sudah berada di pinggangnya. Perlahan, Rama mendekatkan wajahnya ke Inez. Saking kagetnya, Inez tidak bisa berbuat apa-apa.

Saat bibir mereka hendak bersentuhan, suara dehaman terdengar dari depan pintu. Reflek, Inez menjauhjan diri dari Rama.

Didepan pintu, Bunda dan Mama bengong melihat mereka berdua.

"Eh, maaf. Bunda ganggu ya?" Ujar Bunda. Raut wajahnya merasa bersalah.

"Enggak kok. Lagian kita nggak ngapa-ngapain," ujar Rama santai. Diam-diam dia melihat ekspresi Inez. Wajah gadis itu merah, membuat Rama ingin tertawa melihatnya.

"Kamu sakit apa, Ram?" Mama dan Bunda memasukki kamar. Inez berdiri dari kasur.

"Cuma nggak enak badan, Ma. Bentar lagi juga nggak apa-apa," ujar Rama. Bunda menatapnya sambil tersenyum.

"Yaudah, cepat sembuh deh kamu. Biar cepat-cepat bikin cucu buat Bunda sama Mama," ujar Bunda. Sontak, wajah Rama dan Inez merah mendengar ucapan Bunda.

Rama segera merubah ekspresinya. "Bun, Ayah kemana?" Ujarnya mengalihkan pembicaraan.

"Ayah lagi ada proyek. Tumben banget kamu cari Ayah. Nggak cari Krista?" Tanya Bunda heran.

"Tadi Rama udah telponan sama Krista kok," dustanya.

"Hemm... Yaudah deh, kalau kamu lagi sakit mendingan sekarang istirahat aja. Tadinya Bunda sama Mama mau ajak kalian berdua pergi, tapi Rama malah sakit," ujar Bunda kemudian.

Setelah berpamitan sedikit, Mama dan Bunda akhirnya pulang.

Inez mengambil piring nasi goreng diatas meja--yang entah bagaimana caranya, saat ini piring itu sudah kosong.

"Nez," suara Rama terdengar dari atas kasur. Inez menoleh.

"Jangan diambil hati ya kata-kata Bunda tadi," lanjut Rama. "Yang tentang 'cucu' tadi."

Inez hanya mengangguk. Setelah itu, dia bergegas keluar kamar.



"Baby?" Bisik Inez. Dia memperhatikan layar laptopnya. Kebiasaan, kalau sudah malam, pasti dia membaca novel online. Dan di novel yang dibacanya saat ini, si tokoh utama memanggil tokoh cewek dengan sebutan 'baby'.

"Ngomong sama siapa?" Tiba-tiba, suara Rama terdengar dari depan kamar mandi. Handuk kecil menutupi kepalanya yang basah.

"Ngg... Nggak, nggak apa-apa," ujar Inez tergagap. "Mau makan?"

"Iya lah, laper."

"Ya udah, gue siapin makan dulu ya," ujar Inez. Entah kenapa, saat ini dia merasa risih berada dalam satu ruangan dengan Rama.

"Inez," panggil Rama. "Bikinin telor dadar ya."

"Iya," ujar Inez.

10 menit kemudian, mereka berdua sudah berada di meja makan. Inez mengambilkan makanan di piring Rama, beserta telor dadar yang tadi dimintanya.

"Makasih, baby," ujar Rama ketika Inez menyerahkan piringnya. Ucapan itu membuat Inez tertegun.

Rama memperhatikan perubahan ekspresi Inez. "Kenapa?"

Inez menggeleng cepat. "Enggak apa-apa."

Setelah itu, yang terdengar hanya suara dentingan sendok dan garpu yang dipakai mereka berdua.

"Rama," panggil Inez ketika mereka selesai makan. Rama menengok tanpa suara.

"Ehm... Besok, gue mau ketemu sama Sophia. Nggak jauh kok, cuma di EX. Boleh?" tanya Inez ragu-ragu.

Rama hanya mengangkat bahu. "Terserah," ujarnya.

Inez mengangguk. Lalu, Rama beranjak ke kamar tanpa mengatakan apapun.

*

Hai, saya kembali. Maaf ya kalo pendek dan mengecewakan. Beneran nggak ada ide nih haduh.

Makasi yang udah bersedia baca atau vote. Makasyii.

-np

Forced WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang