Chapter 7 -- The Wedding

92.5K 3.2K 9
                                    

H-1 Rama and Inez's Wedding

Allyna's POV

Suasana mulai sibuk, menjelang hari pernikahan Inez dan Rama. Belum lagi tingkah keduanya, yang menurut pengamatanku, mulai menjaga jarak.

Yah, bukan berarti sebelumnya mereka dekat sih.

"Kak, si Inez nggak mau makan lagi tuh," suara Aldi terdengar dibelakangku. Aku melengos.

Akhir-akhir ini Inez jarang makan. Sekalinya makan, belum ada 5 suap udah bilang kenyang. Tanpa melepas celemek yang sedang ku pakai, aku menghampiri Inez dikamarnya.

"Nez."

Aku membuka pintu kamar pelan-pelan. Didalam, dia sedang duduk di pinggir kasur. Laptop memyala dihadapannya. Disampingnya banyak buku-buku terbuka.

"Makan dulu, Nez. Ini udah H-1 loh, nanti kalau darah rendahnya kumat lagi gimana?" Ujarku. Jujur, aku prihatin dengan kondosinya sekarang. Bagaimana tidak, rambutnya sudah berantakan. Bahkan disamping kasur, aku melihat beberapa helai rambut yang rontok. Kantong matanya terlihat.

Inez hanya menggeleng sambil terus mengetik. Aku menghampirinya, lalu mengambil laptop itu dan menaruhnya diatas meja. Dia tidak melawan, malah menyandarkan punggungnya ke tembok.

Diam-diam, aku melihat apa yang ditulisnya.

'Inez nggak mau nikah. Inez nggak suka dijodohin!'. Tulisan itu diketik berulang-ulang. Aku menatapnya. Sungguh, rasanya aku ingin menangis kalau melihatnya seperti sekarang ini.

"Nez," aku menyentuh lengannya pelan. "Temenin Kakak yuk."

"Kemana?" Suaranya seperti anak umur 5 tahun yang sedang penasaran.

"Kita ke salon. Kakak mau perawatan. Kamu udah lama nggak perawatan juga kan? Yuk, ajak Sophia sama Arina sekalian," ujarku. "Tapi kamu mandi dulu. Kakak tahu kamu belum mandi."

Inez tersenyum kecil. "Kayak anak umur 5 tahun aja," ujarnya.

"Iya, kamu itu." Aku beranjak dari kasurnya. "Ayo!"



Rama's POV

"Besok Kakak nikah..." Ujar adikku, Krista. Aku mengangguk. Kami berdua sedang duduk di patio taman belakang rumah.

Bangku, meja bulat, dan perlengkapan lain sudah terpasang di taman. Apalagi kalau bukan untuk resepsi besok.

"Kakak siap?" Tanya Krista lagi. Aku hanya menatapnya kosong.

"Siap nggak siap lah, Dek," ujarku.

"Kak Inez kelihatannya baik," ujar Krista lagi. Dua hari yang lalu mereka memang baru bertemu. Dan anehnya, mereka bisa langsung akrab. Padahal setahuku, Krista bukan orang yang gampang dekat dengan orang lain.

"Semoga Kakak sama Kak Inez bahagia ya." Krista tersenyum menenangkan. Aku menatapnya.

Ya, semoga saja, Ta...



The Wedding Day

"Hari ini kamu menikah, Nez," ujar Mama. Bekas air mata masih terlihat diwajahnya. Beliau terus menerus menggenggam tangan Inez. Dia tahu, bahwa dia harus siap melepas anak terakhirnya ini.

"Jangan nangis terus, Ma. Nanti make upnya luntur loh," ujar Inez menenangkan. Padahal, dalam hatinya sudah nggak karuan. Jantungnya tidak bisa berdetak normal. Kalau begini terus, dia bisa terkena pernyakit jantung.

"Sudah, Ma, kamu duduk saja di depan. Nanti Papa sama Inez menyusul," ujar Papa. Beliau menuntun istrinya keluar ruang ganti.

Sebentar lagi, batin Inez.

Forced WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang