Sudah dua hari Inez tidak pulang kerumahnya. Sudah dua hari itu pula, dia dan Rama tidak berhubungan. Kata Arina, Rama mau memberikannya waktu untuk berpikir.
Dan memang itu yang dibutuhkan Inez saat ini.
"Nez," panggil Arina. Dia baru saja menyelesaikan satu putaran di kolam renang dirumahnya. "Lo nggak berniat buat bengong seharian di kursi cuma pakai baju renang kan?"
Inez tidak menanggapi. Dia hanya mengerjap, lalu kembali termangu.
"Inez." Seseorang menyenggol bahunya. Ternyata Sophia, yang baru saja berganti baju. Sekarang dia memakai one piece yang sama dengan Inez, yang waktu itu mereka beli di Bali, hanya saja warnanya berbeda.
"Nggak usah galau terus udah. Ada tamu tuh, nyariin lo. Di ruang tamu sekarang," ujar Sophia. Dia memberi kode pada Arina yang balas mengangguk.
"Temuin dulu gih," ujar Arina.
Dengan enggan, Inez menyambar bath robe yang tersampir di sandaran kursi, lalu berjalan ke ruang tamu.
Alangkah kagetnya dia ketika melihat tamu yang dibilang Sophia.
"L-lo?!"
∞
"L-lo?!" Inez membekap mulutnya. Dihadapannya, ada orang yang sedang dihindarinya selama beberapa hari ini.
"Hai, Nez," ujar orang itu sambil berdiri. Dia mendekat ke arah Inez.
"Hai, Ram." Singkat. Jujur saja, Inez tidak tahu harus berkata apa lagi. Apalagi ketika sekelebat perasaan itu muncul lagi. Perasaan sakit di hatinya ketika dia melihat Rama berbincang dengan wanita lain, apalagi ternyata wanita itu adalah cinta pertamanya.
Inez duduk agak jauh dari tempat Rama. Rama ikut duduk, mencoba memberi jarak seperti keinginan Inez.
"Ada apa?"
"Pulang ya, Nez?" Pinta Rama. Tatapannya memelas. Dari jauh, Inez bisa melihat lingkaran hitam disekeliling mata itu--mata indah yang sangat dia kagumi.
"Gue...nggak tahu, Ram," ujar Inez pelan. "Gue masih bingung sama perasaan gue sendiri."
Rama tersenyum kecil. "Sama, gue juga masih bingung sama perasaan gue. Rasanya kayak...gue tersesat."
"Sebenarnya gimana perasaan lo ke gue?" God! Ingin sekali Inez menjahit mulutnya karena bertanya hal itu. Tidak, Inez bukan tipe orang yang akan bertanya seperti itu. Yang ini keceplosan, mulutnya menyuarakan apa yang ada di pikirannya.
"Ma-maaf, nggak usah dijawab. Maaf gue nanya kayak gitu. Nggak penting kok," ujar Inez begitu melihat ekspresi Rama yang tidak bisa ditebak.
Tapi Rama tersenyum kecil. "Kan barusan gue bilang, gue masih nggak tahu, Nez. Jujur," jelasnya. Anehnya, dia tidak merasa terganggu dengan pertanyaan itu.
"Nez, Ram," Sophia dan Arina sudah berdiri di pintu pembatas antara dapur dan ruang tamu. Mereka berdua sudah berganti baju menjadi kaos dan celana. "Makan siang dulu yuk."
Inez dan Rama mengangguk canggung. Ini pertama kalinya bagi Rama, makan siang dengan Inez dan sahabatnya. Biasanya hanya dengan Inez.
"Gue ganti baju dulu ya." Sedetik kemudian, Inez langsung melesat ke kamar Arina.
∞
Mereka berempat makan dalam diam. Inez tidak berani memandang Rama, sedangkan Rama curi-curi pandang ke arah Inez.
Sophia dan Arina tertawa dalam hati melihat tingkah mereka yang kekanakan.
"Ehm. Sof, Rin," ujar Rama ketika mereka selesai makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forced Wedding
RomanceInez Mahestari tidak suka dijodohkan! Baginya, pernikahan itu seharusnya atas dasar sama-sama suka, sama-sama cinta. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa, karena ternyata orang tuanya sudah mempersiapkan semuanya! ∞ Ramakrisna Handaru hanya bisa...