Inez's POV
Aku terbangun mendengar suara blender di dapur.
Siapa lagi pagi-pagi mainan blender? Rama kali ya? batinku. Aku segera bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju dapur.
Dan benar saja, aku melihat Rama sedang sibuk memegang tutup blender. Dia memunggungiku, sepertinya tidak sadar akan kehadiranku.
Aku mengintip agak kesamping. Ada cairan berwarna pink didalam blender. Bau-baunya seperti stroberi.
Tiba-tiba, Rama membalikkan badannya. Aku kaget, dia juga kaget.
"Ngapain sih diem-diem gitu? Kayak maling aja," ujarnya. Aku mencibir.
"Lo lagi, ngapain pagi-pagi mainan blender?" tanyaku.
"Lah, suka-suka gue lah. Toh gue bikin buat lo juga," ujarnya sewot. Dia mematikan blender, lalu menuangkan isinya kedalam dua gelas. Rama menyerahkan satu gelas padaku. Aku menatapnya dengan ragu.
"Ini minum aja, nggak diracunin kok," ujarnya lagi. Aku segera mengambil gelas itu, lalu menyesap isinya. Lumayan enak.
"Pasti lo lagi mikir 'Wah, jus buatan suamiku tercinta enak juga'. Iya kan?" ujarnya. Nada bicaranya dingin, tapi aku tahu dia sedang menggodaku.
"Pede banget sih," ujarku. Lalu aku tersadar sesuatu.
"Ram, nanti gue beneran boleh pergi?" Keningnya berkerut.
"Pergi kemana?"
"EX, mau ketemu Sophia. Kan kemaren gue udah bilang," ujarku mengingatkan.
"Oh. Boleh," ujarnya. "Tapi dengan satu syarat."
Sekarang, gantian keningku yang berkerut. "Apaan?"
"Lo nggak boleh pergi sendirian. Which means, gue ikut."
∞
Sophia terpana memandangku dan ehm--Rama. Tadi, aku sudah bilang kalau Rama mau ikut. Tapi mungkin Sophia kira aku hanya bercanda.
"E-eh.. Hai, Rama," sapanya. Rama hanya mengangguk. Dia memesan segelas americano untuknya, dan hot chocolate untukku. Sophia sendiri sudah memesan cappuccino.
"Jadi, kalian ketemu mau ngapain?" tanya Rama. Seperti biasa, nada suaranya yang dingin selalu menyertai setiap kata-kata yang keluar dari mulutnya.
Aku dan Sophia tergagap. Bagaimana tidak, tujuan awal kami kesini kan untuk bergosip tentang semuanya termasuk Rama. Masa, kami bergosip dan orang yang digosipin duduk disini juga?
"Kok diam?" tanya Rama lagi, tidak sabar melihat kami berdua yang hanya diam.
"Tadinya kita mau ngobrol. Tapi kalau ada cowok kan, nggak enak," ujarku memberanikan diri. Rama menatapku sengit.
"Nggak enak? Nggak enak karena yang mau diomongin ada disini?"
Gotcha.
"E-eh, nggak gitu--" Belum sempat aku selesai bicara, Rama sudah membuka mulut.
"Ya udah, kalau begitu gue pindah meja deh, biar kalian berdua bisa gosipin gue." Lalu dia beranjak dari sebelahku. Sebelum pergi, dia menoleh. "Ngomongin guenya jangan yang aneh-aneh ya."
Aku dan Sophia hanya menatapnya sambil ternganga.
∞
"Sumpah, suami lo, Nez... Aneh bin ajaib..." Sophia geleng-geleng kepala. Aku mengangguk mengiyakan.
"Emang, akhir-akhir ini aneh banget. Sebentar baik, eh nanti dingin lagi. Puyeng gue," ujarku. Aku memperhatikan Rama, yang sedang duduk di pojok kafe sambil memainkan ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forced Wedding
RomanceInez Mahestari tidak suka dijodohkan! Baginya, pernikahan itu seharusnya atas dasar sama-sama suka, sama-sama cinta. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa, karena ternyata orang tuanya sudah mempersiapkan semuanya! ∞ Ramakrisna Handaru hanya bisa...