Part 5

10.7K 733 8
                                    

The True
( Flashback S3.)

Ini adalah bagian paling sulit...
Ketika kau tetap tersenyum meski aku sudah menyakitimu...

🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷

Author POV

Alan berjalan pelan dijalan setapak menuju wilayah pack. Sekarang usia nya sudah 17 tahun dan beberapa minggu yang lalu dia sudah melakukan shift pertamanya. Bukan cuma itu, dia juga telah memutuskan untuk tidak lagi menggunakan segala fasilitas yang telah Karel berikan. Alan tidak sudi untuk bergantung lagi pada pria itu, dia sudah cukup dewasa dan bisa mengurus dirinya sendiri sekarang.

Alan melirik jam tangan hitamnya, sudah hampir jam 10 malam. Pantas sangat gelap diluar sini. Sebenarnya SMA tempat Alan belajar sudah memulangkan siswa-siswi nya sejak jam 5 sore tapi dia malas untuk pulang. Lagipula saat ini dia sudah punya rumah sendiri yang dibangun tidak jauh dari gerbang masuk pack jadi dia tidak perlu khawatir akan ada yang mengomelinya jika dia pulang terlambat.

Alan menghela nafas ketika ia sudah berada tepat didepan pintu rumahnya. Aroma lavender yang menguar dari dalam sana dapat tercium dengan sangat jelas olehnya. Pasti dia! Tidak diragukan lagi gadis itu pasti sedang ada dirumahnya.

"Tara ada disini, Al," ucap Ryan, wolf Alan.
Alan menghela nafas untuk yang kesekian kalinya. Tangannya sudah menggenggam gagang pintu tapi Alan tetap diam disana sambil menumpukan kening dipermukaannya.

"Bisakah kau bersikap lebih baik padanya kali ini?" tanya Ryan pada Alan.

"Entahlah, Ryan!" jawab Alan.

Alan menarik nafas pelan. Sekuat tenaga ia tetap menjaga ekspresi datarnya lalu dengan tenang membuka pintu dan masuk kedalam rumahnya.

Jantung Alan berdetak kencang. Kenapa? Akan kujelaskan kenapa. Seumur hidupnya Alan sudah berusaha setengah mati untuk bersikap dingin pada Tara, ia yakin bahwa karena sebuah alasan tertentu ia memang harus membenci gadis itu. Bertahun-tahun ia bertahan dengan keyakinan bahwa gadis itu pantas untuk menerima segala kebenciannya, tapi kemudian ketika ia mengalami shift pertama dan tahu bahwa Tara adalah mate nya semua yang sudah susah payah ia lakukan rasanya menjadi tidak berguna.

Tidak berguna karena pada akhirnya dia akan tetap jatuh Cinta pada Tara, mengingat gadis itu adalah belahan jiwanya. Tapi, meski sudah tahu semua itu Alan tetap berkeras untuk tidak menatap Tara, dia tetap melukainya, dia tetap bersikap dingin padanya dan Tara anehnya tetap tersenyum untuk itu semua, ia tetap berada disamping Alan bahkan meski pria itu sudah secara terang-terangan menolak kehadirannya.

Sialnya lagi semua yang Tara sudah lakukan secara diam-diam mau tidak mau menyentuh Alan dan Alan benci mengetahui bahwa jika gadis itu tidak segera dijauhkan maka besar kemungkinannya ia akan segera jatuh untuknya.

"Kau sudah pulang," ucap Tara sambil berjalan menghampiri Alan dan mengambil tas ransel pria itu.

"Kenapa kau ada disini?" tanya Alan datar.
Tara tersenyum, sikap datar Alan yang seperti ini sudah sangat biasa baginya. Tidak apa, Tara yakin semua ini pasti akan berlalu. Oh ayolah, Alan adalah mate nya, mereka terikat dalam satu jiwa. Seburuk apapun itu, Tara yakin sebenarnya Alan juga pasti mencintainya.
"Aku? Menunggumu pulang, tentu saja," jawab Tara akhirnya.

"Pergilah!" ucap Alan datar.

Dia tidak bisa melihat wajah Tara lebih lama lagi, karena dengan begitu ia akan semakin tidak bisa mengontrol perasaannya.

The True (Mate Series #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang