The True
( Little Village S2.)Beberapa petunjuk kecil yang menuntun kita ke dalam masalah yang baru.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Tara Alexandra POV
"Tara, kenapa aku merasa bahwa kau ada hubungannya dengan semua ini?"
Aku menoleh ke arah Alan, bagaimana dia bisa berpikir seperti itu? Aku mungkin memang sudah berubah menjadi sangat nekat tapi itu bukan berarti aku bisa membahayakan banyak orang untuk menyokong kenekatan ku.
"Kau pikir aku ada hubungannya dengan semua ini?" tanyaku balik.
Alan diam. Mungkin dia juga sedang berpikir kenapa dia bisa berpikiran sejauh itu. Lagipula, sejujurnya jika aku adalah dia, biarpun cuma sedikit aku juga pasti akan curiga pada diriku sendiri.
"Tidak, tentu saja tidak. Lupakan saja!" ralat nya cepat setelah beberapa detik berlalu.
Diam-diam aku tertawa kecil. Nada bicara nya menyiratkan bahwa dia takut aku akan marah karena ucapannya. Aku benci mengakui ini tapi setelah 5 tahun Alan memang jadi lebih peka terhadap rasa sekarang. Itu bagus.
"Kau tahu? Tidak apa jika kau memang berpikir seperti itu..." kuhela nafasku pelan sebagai jeda, atmosfer yang seperti ini benar-benar membuatku tidak nyaman,"...karena bisa saja kau benar tentang itu."
Aku tahu Alan pasti dengan cepat sedang menoleh kearahku. Aku juga sebenarnya sangat ingin menoleh balik, hanya untuk melihat bagaimana ekspresinya tapi ketika kulihat sebuah pintu gerbang kecil yang hampir runtuh karena terbakar separuhnya seketika keinginan ku itu luntur.
"Kita sudah sampai?" tanyaku antusias.
Kulihat Alan mengangguk samar. Sepertinya dia masih bingung dengan perkataanku tadi. Ahh, andai saja aku bisa bicara lebih banyak.
Mobil sport Alan menepi lalu secara perlahan berhenti. Pria itu turun lebih dulu, sedangkan aku tetap diam didalam sambil memperhatikan sekitar dari balik kaca. Semuanya benar-benar mengerikan ternyata, ada beberapa genangan darah yang belum kering didekat mobil dan sebagian dari pepohonan yang masih tersisa juga sudah nyaris menjadi abu karena gosong. Demi Moon Goddes, ini bukan penyerangan tapi kiamat.
"Tara, kau bisa turun sekarang," seru Alan.
Aku mengangguk kecil kemudian secara perlahan membuka pintu mobil. Kurasa aku terlalu syok dengan pemandangan didepanku hingga tanpa sengaja menginjak genangan darah yang cukup dalam.
"Damn!" umpatku kecil.
Dengan kesal ku kesampingkan anak rambutku yang jatuh. Sial! Sial! Sial! Terkutuklah orang-orang bodoh yang telah membiarkan genangan-genangan menjijikkan ini tersebar dimana-mana.
"Tara, kau baik-baik saja?" tanya Alan.
Dia mengulurkan tangannya dan mencoba membantuku untuk melangkah ke tanah kering. Tapi baru saja aku berhasil keluar tiba-tiba seorang wanita paruh baya datang menghampiriku dan...
PLAAKK!!!
What the! Apa dia baru saja menamparku? Ya, sepertinya begitu! Tamparannya bahkan sangat keras, begitu keras hingga tubuhku sedikit terdorong kebelakang. Alan bahkan sampai harus menahan kedua bahuku agar aku tidak jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
The True (Mate Series #2)
Werewolf"Bagaimana jika akhir yang bahagia itu hakikatnya memang tidak pernah benar-benar ada... "