The True
( Hari ke-3.)Semakin sulit dari sebelumnya...
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Tara Alexandra POV
Dia menyebalkan. Alan benar-benar sangat menyebalkan! Harusnya aku tahu dia takkan menuruti perkataanku. Tapi itu juga adalah kesalahan ku, kecerobohan ku yang telah membiarkan Alex masuk ke wilayah pack tanpa perintah.
Sekarang aku yakin Alan pasti sudah mendengar semuanya. Seluruh rencana yang telah ku susun selama bertahun-tahun telah diketahui olehnya. Tapi, jika dipikir-pikir apa juga peduli ku? Pada akhirnya kan semua memang akan terungkap.
"Tara..."
Aku menoleh ke belakang. Kukira itu tadi adalah Alan yang memanggil tapi ternyata bukan.
"Alpha Karel..." ucapku pelan.
Pria paruh baya itu tersenyum hangat kearahku sambil dengan perlahan berjalan mendekat. Itu sudah lama sejak terakhir kali aku melihatnya, sekarang dia jadi terlihat ... entahlah! Lebih bercahaya?
"Itu mungkin karena dia bahagia," ucap Grace, wolf-ku.
Aku mengernyit, benarkah? Jadi karena bahagia makanya dia jadi terlihat lebih cerah. Ahh, mungkin itu lah sebabnya mengapa Alex selalu bilang bahwa aura ku itu terlalu gelap untuk seorang wanita, semuanya pasti karena aku telah menghabiskan hampir setengah hidupku untuk menderita.
"Aku sudah bukan seorang Alpha lagi, Tara. Sekarang mate-mu lah yang berkuasa," ucap Karel.
Aku tersenyum kecil sambil menggeleng pelan.
"Mate-nya Alan adalah Tara. Dan yang sedang berdiri di depanmu ini adalah Lexa, pimpinan para Rogue pemberontak yang baru saja menyerang pack ini beberapa Bulan lalu," balasku datar.
Karel menggenggam tanganku lalu secara perlahan membawaku berjalan di antara pohon-pohon maple yang tumbuh di sepanjang Taman.
"Tara atau Lexa, siapapun namamu ... kau tetap adalah Luna bagi pack ini. Apapun tujuannya kembali mu Tara, suka atau tidak ... kau harus selalu ingat bahwa kau adalah Tara dan Alan adalah Mate-mu," ucap Karel pelan.
Diam-diam aku memutar bola mata ku jengah. Bukan bermaksud tidak sopan tapi apa perlu dia berkata seperti itu setelah semua yang telah terjadi didepannya?
"Tara, kau boleh melakukan apapun yang kau mau ... kau berhak marah untuk sikap Alan padamu. Aku hanya ingin tahu satu hal ..."
Aku menoleh ke arah Karel saat dia tiba-tiba saja memberi jeda pada kalimat yang ingin dikatakan nya. Well, apapun itu sebenarnya aku tidak merasa keberatan untuk menjawab dengan sejujur-jujurnya, bahkan jika ternyata pertanyaan itu menyangkut tentang apa yang sedang coba aku rencanakan.
"... seluruh perencanaan mengenai pemberontakan itu ... kau memikirkannya sendiri? "
Aku tersenyum kecil.
"Begitulah. Lagipula kenapa kau bertanya seolah-olah aku melakukan semua ini karena hasutan orang lain seperti itu?"
Aku tidak ingin memberi Karel kesempatan sedikitpun untuk berharap padaku. Jika aku jahat maka dia harus melihatku seperti apa ada nya sekarang aku. Bukankah sudah tidak ada lagi alasan untuk berusaha bersikap baik disaat niat awalku memang bukan itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
The True (Mate Series #2)
Werewolf"Bagaimana jika akhir yang bahagia itu hakikatnya memang tidak pernah benar-benar ada... "