Minggu 8

224 23 0
                                    

Maaf kalo bagian ini bagian action yang agak aneh.. soalnya author hanya mencampurkan pramuka dan action2 dan ternyata seru juga ceritanya.. maaf juga updatenya sedikit dan telat karena minggu ini author lagi ujian..

Selamat membaca!

***

Author P.O.V

Setelah kelas 11 terpaksa pulang ke rumah masing-masing, termasuk guru dan 30 pasus lainnya. Sekolahan menjadi kosong dan sepi, hanya ada beberapa orang saja yang sedang ramai dan berada ditempat yang sama.

Ruangan rapat pasus

Ruangan yang berisi sepuluh orang yang saling berdebat satu sama lain hanya karena mereka akan berurusan dengan WINGS. Suara pantulan debatan mereka sangat jelas diruangan ini. Ruangan ini bisa dibilang ruangan yang kecil. Ruangan ini hanya cukup untuk sepuluh orang dan benda yang paling besar hanyalah satu, meja bundar.

"Tolong minta perhatiannya dulu!" Seseorang dengan kacamata bulatnya berbicara, Dhika lah yang berbicara.

Ruangan ini pun menjadi diam ketika Dhika ingin berbicara kepada teman-temannya. Nampak mereka yang sedang gelisah dan hanya ditampakan dengan muka datar mereka. Dhika yang sepertinya mempunyai ide cemerlang dan ingin sekali bilang kepada teman-temannya.

"Gw punya ide," Dhika dengan semangat dan percaya diri.

"Menggunakan bahasa yang bener Dhik," Zaki menegur Dhika.

"Ok..ok, aku punya ide nih," nampak temannya dengan muka penasaran dan ingin mendengar hal yang menarik yang akan keliar dari mulut Dhika.

"Kita-" dan Dhika pun menjelaskan rencananya.

Dilain tempat

Geng motor yang terkenal dengan nama WINGS telah berkmpul ditempat yang mereka biasanya berkumpul. Ditempat yang gelap dan bau dengan banyak gambar berbrntuk sayap ditempat tersebut. Motor-motor mereka yang nampak besar dan gede (author gak tau banyak tentang merek motor, yg penting gede) sudah menyala dan akan siap untuk berangkat. Ketua mereka yang dikenal dengan nama Malik tersebut menghela nafas lalu menatap sepion kaca motor.

"Mereka memancing amarah gw," ia menggumam sendiri lalu merubah posisinya diposisi yang paling depan, diikuti oleh teman-temannya.

"Sekolah gw gak apa-apa hancur," Saveri tiba-tiba memberitahukan kepada Malik tentang suatu hal, "yang penting pasus sialan itu mati ditangan gw!"

"Pertama, lo sekolah sama gw dan SMA Putih Berkilau adalah sekolah kita," Malik menambahkan suatu kalimat, "kedua, lo bisa masuk penjara tau kan? Dan ketiga, kita berursan sama pasus sama aja kita akan bertentangan dengan kakak kelas."

"Beda satu tahun ini," Saveri tertawa dengan penuh kemenangan, "paling mereka bakalan takut terus kabur."

Mereka pun menjalankan motonya lalu menambahkan kecepatan menjadi 120Km/jam (anggaplah itu cepet) dan motor dipaling depan adalah ketua WINGS, Malik.

Dua puluh delapan motor yang tiap motor adalah satu orang. Hanya lima orang yang beradal dari SMA Putih Berkilau, termasuk Hani.

"Malik!" Teriakan Brian yang kecepatannya disesuaikan untuk menyusulnya.

"Paan?" Malik bertanya sambil fokus kejalannya.

"Hani dimana?! Dia gak ikut kan?!" pertanyaan tersebut membuat Malik tersenyum dan menggeleng, "ok!"

"Lo suka Hani?" Malik menanyakan hal tersebut yang membuat Brian terkejut.

"Asdfghjkl! Enggak kocak!" Brian dengan malunya lalu memperlambat kecepatannya.

Ketika mereka sampai di sekolah SMA Putih Berkilau, seseorang dengan termasuk dalam kategori pendek dan gemukan dikit sedang berdiri bersender didepan gerbang sekolah yang terkunci dan tinggi gerbang tersebut sangat mustahil untuk dipanjat. Hal tersebut membuat Malik memberikan aba-aba kepada gengnya untum berhenti dan hal itu membuat laki-laki ini tersadar.

"Dilarang membawa motor kalian ke dalam sekolah," laki-laki tersebut berbicara dengan santai.

Sekolah ini memang sekolah yang termasuk kekategori disiplin, sebelum geng WINGS datang. Peraturannya adalah mereka tidak boleh membawa motor kedalam sekolah, kecuali kalau mereka bawa dan mereka parkirkan dilain tempat.

"Why?" Tanyaan sinis dari Brian yang terlihat emosi.

"Karena memang peraturannya kan?" Laki-laki tersebut mengangkat pundaknya sambil berbicara.

"Lo ya, gw tau lo lebih tua dari kita semua, bukan berarti lo sok banget didepan gw deh.. andai aja lo gak kayak gitu, pasti ini gak akan terjadi dengan delapan pasus yang gw denger gak pernah diturunin jabatannya!" WINGS nampak terkejut ketika mendengar perkataan keluar dari Malik dan membuat laki-laki ini tidak bersender lagi.

"Heh.. gossip lagi..gossip lagi.. emang mereka pikir kita hantu apa?" Laki-laki tersebut menampakan muka pasrah.

"Zaki, sang ketua pratama yang pendek dan tingginya sana kayak gw!" Saveri berusaha untuk menyindirnya namun tak mempan baginya.

"Cukup basa-basinya!" Brian membuat Saveri diam, "setelah kalian mati, gw bakal bakar tempat ini. Amazing right?"

"Enggak juga sih," Zaki memutarkan badannya agar searah dengan gerbang yang dibilang sangat tinggi tersebut.

"Lo mau lari kemana huh!?" Tanyaan salah satu anggotanya yang ngebuat Zaki menoleh kearahnya.

"Masuk? Mau kemana lagi emang?" Tanyaan balik yang membuat anggota-anggota WINGS terlihat kesal dengan sikapnya, "ngomong-ngomong nama saya Zaki. Kalian ku sarankan jangan melakukan ini deh. Kita bisa bicarakan ini dengan baik-baik."

"Gw udah muak dengan pembicaraan lo," Malik berbicara seakan ia cape dengan kelakukan kakak kelasnya.

"Kalian memilih keputusan yang salah," Zaki lalu mendekatkan dirinya ke pintu gerbang yang terkunci tersebut.

Hal yang tak terduga terjadi yang membuat WINGS terkejut dengan kelakuan pratama tersebut. Zaki yang tanpa berfikir langsung memanjat ke gerbang yang termasuk ke kategori tinggi dan melebihi tinggi rata-rata orang dewasa. Dia memanjat sampai atas lalu melompat kebawah dengan santainya dan tenang membuat WINGS melototkan matanya kearah Zaki.

"Di-dia manjat?" Salah satu anggotanya nampak terkejut.

"Dia manjat, kita juga manjat karena gerbang ini nampak kuat," Malim memajukan dirinya dan berusaha untuk manjat.

Sementara Zaki yang berjalan perlahan dengan santai menuju lantai 4 dimana lantai yang paling tinggi dan hanya ada ruangan fisika dan gudang lainnya. Zaki menaiki tangga dengan jalan cepat dengan nafas yang tersenggah-senggah serta keringatnya yang bercucuran.

"Gak apa-apalah jalan dikit.. biar makin kurus," suara laki-laki dengan rambut landaknya yang dari tadi sudah berada diatas.

"Nyindir?" Tanyaan Zaki dengan muka cemberutnya.

"Saya sudah dapat identitas mereka satu persatu," suara perempuan yanv terdengar disebelah laki-laki tersebut.

"Ide Dhika cemerlang juga ya?" Laki-laki itu berbicara dengan santainya.

"Waktunya bermain.."

Dibalik PramukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang