Jumat (Last)

178 18 3
                                    

Author P.O.V

Kini mereka yang sudah kelaparan hanya bisa memakan buah-buahan yang mereka temui di hutan tersebut. Yaitu Blackberry, buah yang liar tapi bisa dimakan dah sehat bagi tubuh. Memberikan sedikit energi untuk berjalan.

"Entah kenapa gw jadi pusing.." Zaki berbicara dengan nadanya yang pelan.

"Zaki!? Muka lo pucet banget! Kenapa sih?!" Rezal langsung mendekatinya dan memegang pundaknya.

"Tangannya kayaknya bermasalah," Dyan menjelaskan sambil menatap tangannya, "gak tau apa sebabnya yang pasti itu lukanya sangat dalam dan membuat darah bercucuan. Sehingga mengalami kekurangan darah dan akan adanya gejala pusing."

"Ta-tangan lo berdarah?" Dhika berbicara dengan nada terbata-bata.

Zaki menatatap sinis ke Dyan dan dijawab dengan garukan rambut olehnya. Ia hanya menghela nafasnya pasrah dan menatapnya dalam-dalam.

"Gw.. ga apa-apa," kini Zaki berbicara dengan nada lemasnya.

"Gakpapa dari mbahmu!" Alya menggunakan nada kesalnya, "lo lebih mementingkan kita semua ketimbang badan lo. EMang kenapa sih?!"

Kini Zaki cuman diam, seakan dia tidak bisa berkata-kata lagi kepada teman kelompoknya. Hingga saat ini dia belum melihat tangannya yang ditutupi dengan lengan jaket yang Zaki pakai dari tadi. Dia takut, takut melihat keadaannya

"Kita harus buru-buru ke bukit! Tangan Zaki bisa jadi kena infeksi!" Dyan meneriaki kita semua.

Dira yang sedikit kawatir dan dia sangat menyesal, menyesal karena tidak memberitahukan kelompoknya pas tangannya terluka saat menyelamatkan Rezal. Dira menundukan kepalanya pelan dan dengan berat hati dia berteriak.

"Ini salahku!" satu kelompok langsung mengarahkan pandangannya kepadanya.

Kaki Dira bergetar dengan hebat, keringat dingin langsung bercucuran di badannya. Perasaan takut langsung menghantuinya.

"Ke-kenapa? Lo emang ngapai dia?" Sarah bertanya dengan nda terbata-bata.

"Ha-harusnya a-aku," kini Dira berusaha menahan air matanya, "memberi tahu kalian bawa Zaki sudah sekarat! Aku sudah tau sejak awal dia terluka!"

Kakinya langsung bergerak sendiri menuju perdalaman hutan yang lebih dalam. Zaki yang melihat itu hanya menatapnya terkejut. Berusaha berdiri dengan tegap dan langsung lari mengejarnya.

"Dira!" Zaki menahan rasa sakitnya dan terus berlari, disusul oleh Alya dan Rezal yang kawatir dengan keduanya.

"Eh kalian tunggu disini dulu! Ngerti?!" Rezal berteriak dari kejauhan.

"Siap mengerti!" serontak delapan orang menjawab dengan lantang yang membuatnya tersenyum bangga dan melanjutkan lagi.

Dira yang masih tidak tau arah larinya, rasa takut ini menghantuinya, seakan dia sedang dikejar oleh serigala yang akan memangsanya. Dira mengelap air matanya yang jatuh dan terus berlari dengan sangat lelah.

"Dira! Lo kenapa lari?!" Alya berteriak dari kejauhan.

Gadis berambut sedang ini tidak menjawab, terus berlari hingga tidak sadar bahwa ada tanah besar berbentuk tembok didepannya. Saat melihat adanya tembok, Dira langsung mengerem kakinya dan hampir saja mengenai pasir itu.

"Gila!" Rezal membungkuk, "cepet banget larinya!"

Dira tidak bisa menatap mereka

Kini Alya bertanya, "lo sebenernya udah tau semua ini? Kenapa gak bilang?" 

Zaki entah kenapa langsung semakin sakit tangannya, dan juga kepalanya. Dia hampir saja jatuh karena ada Rezal yang menangkapnya.

"Zaki! Lo kenapa?!" Rezal berusaha menyadarkan Zaki.

Dibalik PramukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang