Seoul di malam hari, tidak berbeda dengan kota-kota lain. Hanya saja disini selalu dingin saat malam hari. Banyak orang yang berada diluar, tapi jarang untuk memperdulikan orang lain yang berada didekatnya. Mereka mempunyai masalah dan tanggung jawab sendiri, maka dari itu mereka mengabaikan orang-orang yang berada didekatnya. Lebih baik mengurusi urusan sendiri.
Maka dari itu, kini Saena menahan dinginnya malam di Seoul tanpa menggunakan jaket, dan isakan kecil yang dibuatnya. "Don't cry, stupid! Everything wanna be allright." Ucapnya pada diri sendiri.
"Nilaimu menurun! Kau mau Appa mengirimu ke Australia dan tinggal bersama jutaan tikus disana!?"
Saena menggelengkan kepalanya mengingat ucapan Appanya di rumah. Eoh Dia tidak menyukai jika Appanya pulang, dan memakinya karena nilai yang tidak memuaskan.
"Eottokhae? Bagaimana bisa aku menggapai tempat yang kau tunjuk, jika saja kau tidak pernah mendukungku Appa?"
Saena menutup wajahnya dengan kedua tangannya, lalu menundukan kepalanya. Bahunya sedikit bergetar dan juga isakan sedikit terdengar dari mulutnya.
"Chogiyo?" ucap Seseorang, "Urro yeogi hajjima, disini dingin. Kau bahkan tidak memakai jaketmu."
Plukkk!!!
Saena merasa pundaknya memberat, Dia lalu menegapkan kepalanya dan menatap seseorang di depannya. "Jihoon?" panggilnya.
"Kau mengenalku?" tanya Orang itu—Jihoon.
"A-aku bersekolah di Hankook juga. Kelas dua belas c."
"Ah! Apa kau yang membully Eunbi juga?" Jihoon menutup mulutnya dengan segera. Dia salah bicara. "Maksudku bukan seperti itu."
Saena menunjukan senyumnya, "Aku sudah biasa akan hal itu. Dan juga, aku meminta maaf karena sudah membuat Eunbi dalam masa sulit."
"Its no prob. And, why you crying in here? Do you have some problem?" tanya Jihoon.
"Ya, i have some problem, but its okay. What are you doing in here?"
Jihoon duduk disamping Saena, "Kau tidak seharusnya disini. Jika kau memiliki masalah, seharusnya kau ceritakan pada teman dekatmu."
Saena tersenyum lalu menundukan kepalanya, "I dont have something like that. Aku tidak memiliki teman."
Jihoon meraih sesuatu didalam kantung belanjaannya –susu vanilla– lalu memberikannya pada Saena, "Kau akan merasa lebih baik, jika meminum ini."
Saena meraih susu yang diberikan Jihoon, dan menggengamnya. "Kenapa kau begitu baik padaku? Aku bingung akan hal itu, apakah itu sebuah perhatian ataukah sebuah rasa kasihan?"
"Menolong sesama itu adalah kewajiban setiap orang."
"Jika seperti itu seharusnya kau tidak menolongku, Jihoon-ssi. A-aku berbeda denganmu, kau sangat baik sedangkan aku? Aku bahkan tidak memiliki seorangpun disampingku saat aku membutuhkan Mereka. Mereka selalu saja memanfaatkanku."
"Apa yang kau ketahui tentang perbedaan? Bagaimana bisa kau mengatakan jika aku berbeda denganmu? Apakah kau mengetahui dimana letak perbedaannya?" Jihoon terus mengajukan pertanyaannya, tapi Saena hanya mampu menggelengkan kepalanya.
"Karena itu, jangan menyimpulkan sesuatu tanpa mengetahui dengan pasti apa yang terjadi."
Jihoon berdiri dan meraih kembali kantung belanjaan miliknya, "Nae khalke. Urrojimma yeogiseo." Ucap Jihoon.
"Jihoon-ssi? Ma-maukah kau mendengar masalahku?"
Jihoon menghentikan langkahnya, dan kembali menatap ke arah Saena. "Aku akan mendengarkan masalamu, tapi tidak sekarang. Aku harus pulang cepat kali ini. Besok siang di caffe belakang sekolah." Ucap Jihoon lalu melangkahkan kakinya, berjalan menjauhi Saena yang tengah menatapnya dengan senyuman yang menghias wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[6] Take Care, Eunbi | J.J.K
Fiksi Penggemar[On-going] Hwang Eunbi lelah akan kehidupannya yang digantikan oleh orang lain. Maka dari itu dia melarikan diri dari penthouse miliknya. Memulai kehidupan sebagai seorang Hwang Eunbi, dengan menggunakan penyamaran, itu lebih baik dibandingkan dig...