Chapter-5

4.5K 235 2
                                    

Sinar matahari begitu panas menusuk sampai ke pori pori kulit.Dahaga semakin terasa di tenggorokan.Ali ia masih terus berjalan menelusuri macetnya kota Bandung. Sudah beberapa kali ia melamar pekerjaan dari satu kantor ke kantor lainnya,namun nihil tak ada satupun yang menerima dirinya.Bukan Ali namanya jika tak semangat dan sabar menjalani kehidupan sulitnya yang sekarang.Uang sisa penjualan mobil hanya mampu membeli satu sepeda motor bekas. " hari ini panas sekali. udah gitu belom dapat kerjaan. Sabar Li" Kata kata motovasinyalah yang mampu memberinya banyak ketabahan.

Tiba di suatu perusahaan dengan nama Pt.Jaya Gorub,Ali langsung memarkirkan motornya. Kali ini ia begitu banyak berharap,apapun kerjaannya, asalpun itu halal Ali akan terima dengan penuh rasa syukur.Dengan ucapan basmalah,Ali melangkahkan kakinya masuk kedalam perusahaan tersebut.Hawa bau AC bagai sebuah kata penyambut untuknya. "Permisih mas,ada yang bisa saya bantu?" Sapaan seorang karyawati membuat Ali menoleh dsn tersenyum. "Begini mbak,saya mau melamar pekerjaan.kira kira masih ada lowongan gak mbak?" Tanya Ali antusias. "Maaf mas,untuk karyawan atau pegawai kantor kami tidak memasang lowongan. tapi kalau seorang OB,ada lowongan mas" Sahut mbak itu seperti ada rasa kasihan melihat Ali.

Ali hanya mampu mengangguk. Ia menerima tawaran tersebut.Segeralah ia menuju lantai dua, dimana kepala OB tersebut bekerja.

*
Di kontrakan kecil ini,Prilly terlihat sedang membereskan dapurnya. Sangat berbeda dengan dapur rumahnya yang terbilang megah. Di sini, kontrakannya dengan Ali,cukup memperhatinkan. Atap dapur sedikit berlubang, hingga membuat bocor jikala hujan. "Maaf ya nak. Bunda sama Ayah masih usaha,jadi sabar ya" Prilly tersenyum pilu.Begitu sedih untuk di lihat. Andai saja ia dan Ali menolak ajakan itu,andai saja ia dan Ali tidak pergi ke pesta itu dan andai saja ia dan Ali tak meminum minuman itu, hal menyedihkan ini tidak akan terjadi.Mungkin sekarang Ali masih melanjutkan kuliahnya dalam bisnis dan mungkin sekarang dia juga masih belajar dalam semester pertamanya.

"Tumben Ali belom nelpon. Gimana ya, apa dia udah dapat kerjaan" Tanyanya sendiri. Sebenarnya Dia turut bersedih melihat suaminya mencari kerjaan di suasana cuaca panas. Ia takut jika Ali kehausan,atau lapar. 'Li kamu di mana sih' Batinnya bersedih.

"Assalamu alaikum....Sayang" Senyum mengambang di sudut bibir Prilly. Ia menebak nebak itu adalah Ali,dan memang benar tebakannya. "Wa alaikum salam,Sayang" Prilly langsung berhamburan di pelukan suaminya. Dalam keadaan hamil mudah begini,ia tidak mau jauh sama sekali dari suaminya. "Loh kamu kenapa hem?" Tanya Ali mengelus lembut pipi istrinya. "hah?enggak kok hehehe" bohong, Prilly justru sangat merindukan Ali. Terserah apa kata orang,tapi Prilly benar benar merindukan Ali walaupun hanya sedetik saja. "Oh ya,aku udah dapat kerjaan loh" Mendengar perkataan suaminya.Prilly langsung tersenyum sumeringan. Inilah hal indah yang dari tadi ingin ia dengarkan. "Serius?Alhamdulillah ya Allah" Jujur,kali ini Prilly tak dapat membendung air matanya,ia terharu atas apa yang Allah berikan. Padahal jauh dalam hatinya,Prilly telah khawatir akan karma Allah atas perbuatan tak sengaja ini.

"Trus besok udah boleh kerja. Tapi maaf, aku cuma bisa jadi OB" Ucapan Ali melemah,ia takut jika istrinya tak menerima pekerjaan baru ini, takut jika Prilly nanti mengomelinya seperti istri di Tv Tv. "Itu aja udah bersyukur Li. Gak papa yang penting halal" Inilah yang Ali inginkan, istri yang gak pernah ngeluh atas apa yang suaminya kerjakan. Istri yang selalu mendukung suaminya dalam susahnya. "Sumpah aku bangga sama kamu" Lantas Ali mencium kening Prilly cukup lama hingga keduanya meneteskan air mata haru. Cobaan yang sekarang,hanya di anggap sebagai ujian atas dosa yang di sengaja atau tidak di sengaja.Anggap saja Allah sedang menguji berapa kesabaran dan ketabahan umatnya dalam menghadapi sebuah masalah besar.

**

Malam kini telah menghampiri ibukota Jakarta, sunyi malam semakin menambah kecemasan sosok seorang ibu yang jauh dari jangkauan anaknya, air mata kian terus mengalir membasahi pipi,hatinya terasa remuk.Resi tak tau harus berbuat apa untuk meyakinkan suaminya untuk mencari Ali. Ia begitu khawatir terhadap putranya itu,ia tak tau Ali sedang apa,apa makannya teratur atau bagaimana keadaan Ali. "Ayolah Pah, cari Ali!" air mata Resi kembali mengalir,ia tak abis pikir dengan suaminya (Syarief) yang begitu keras kepala. "Cukup Mah! Kamu jangan lagi pedulikan anak itu,sudah cukup anak itu membuat kita malu" Mata Syarief bagaikan menyala,sangat jelas tersurut amarah yang memuncak. "Kamu hukum Ali seakan akan dia yang salah. Kamu hukum Ali,seakan akan kamu manusia yang tak pernah salah,dan kamu hukum Ali seakan akan incident itu Ali yang lakukan dengan sadar.Kamu senang gitu,hidup tanpa seorang anak hah!Kamu pikir dengan egonya kamu,masalah selesai?Terserah apa kata kamu, aku muak Rief!" Resi membiarkan Syarief termenung atas kata katanya tadi.Semua itu memang ada benarnya,lagi pula incident itu terjadi karena sebuah kesalah pahaman.

Perjuangan Sebuah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang