Chapter-20

3.8K 222 13
                                    

"Ali"

Wajah Syarief tampak begitu tegang,bercampur sedih dan bangga melihat anak yang ia usir sukses seperti sekarang ini,namun hatinya merasa ia seperti di tipu melihat siapa CEO yang membuat perusahaan ini begitu maju pesat. Syarief sampai berdiri layaknya patung,sungguh ia tidak percaya,CEO itu,Ali,Renaldo Alifarzha Axello putranya yang ia buang layaknya sampah,bahkan dengan keras menolak untuk mencarinya, bahkan setahun itu baginya Ali sudah mati,walaupun hatinya masih sangat terpukul jika putra bungsunya itu benar benar tidak dapat ia lihat. Tapi sekarang?Ali berdiri di hadapannya, dengan penuh wibawah,dan masih tetap tampan. Tiba tiba saja memori setahun silam menari nari di otaknya, kenangan sewaktu ia dengan tega menampar anaknya sendiri.

PPLLAAKK....!!!

"KAMU BENAR BENAR LAKI LAKI KURANG AJAR LI!PAPA KERJA BANTING TULANG BUAT KAMU SEKOLAH DAN BAHAGIA. TAPI KAMU?KAMU NGAPAIN PRILLY SAMPAI DIA BISA HAMIL HAH!"

"Maaf Pah,Ali gak sengaja.Ali...Ali gak tau kalau itu akan terjadi.Itu jebakan Pah"

"Gak ada jebakan seperti itu.Kamu sendiri yang jebak itu.Papa gak mau tau.Mulai sekarang detik dan jam ini KAMU BUKAN ANAK PAPA LAGI. MULAI SEKARANG KAMU PERGI...JANGAN MENGAMBIL BARANG MILIK PAPA SEPESERPUN" Saat itu juga emosi Syarief sudah meluap. Ia benar benar tak ingin memiliki anak seperti Ali yang menurutnya memalukan.

"Baik pah,Ali pamit.Mah Ali pamit.Jaga diri Mama ya" Ali naik ke kamarnya,mengambil koper besar berisi baju bajunya. Ia masih bersyukur memiliki tabungan 5 juta dan mobil honda jazz putih miliknya sendiri hasi dari magangnya di salah satu perusahaan dengan gaji yang lumayan tinggi dan hanya mengambil Hp samsung buka tutup warna putih,hanya untuk sms dan nelpon saja.

"Ali gak ngambil barang barang yang papa kasih. Mobil BMW hitam,kartu Atm Ali yang jumlahnya ada 10 kartu,Kartu debit jumlahnya 15 kartu, Handphone Iphone 7,Tab,Laptop dan banyak lagi.Ali tinggal di kamar. Ali cuma bawa baju Ali sendiri,mobil,Hp biasa dan tabungan Ali yang sedikit itu,itupun hasil kerja Ali saat magang.Ali pergi"

"Aliiiiiiii jangan nak.....Mama gak bisa tanpa Ali.Pah tahan Ali.Pah aaaaaaaa"

#Flashback off.

Bahkan teriakan sang istri masih teriang riang di telinganya. Air mata yang sejak tadi terbendung di matanya,perlahan lahan menetes,ia rindu anaknya,rindu akan semua tentang Ali, bohong jika ia membenci Ali,bohong jika ia tidak mengharapkan Ali,Syarief masih sama,ia menyayangi Ali,tapi begitu,Ego tetap mengalahkan semuanya. "Aa..a..li.." Ucap Syarief bergetar,bahkan suaranya seperti menyangkut di tenggorokannya. Alinya tetap sama,tampan dan juga bertanggung jawab. Ia sama sekali tidak tau, jika cita cita Ali tercapai meski dengan umur dua puluh tahun. Tangan Syarief terangkat, ia memegang pipi anaknya, terakhir kali ia memegang pipi Ali sewaktu Ali mendapat nilai tertinggi di kampusnya,dan saat itu umur Ali masih 18 tahun.

"Kamu Ali" Ucap Syarief lagi,tanpa aba aba ia memeluk tubuh anaknya ini,rasa rindu sekarang berhasil mengalahkan egonya,rindu berhasil mengalahkan Ego yang bersifat memisahkan. Ali terdiam mematung mendapat pelukan dari Papanya,ia bingung harus bereaksi seperti apa. Jujur ia rindu Papanya,tapi hatinya belum sepenuhnya sembuh,semua memori itu memenuhi pikirannya,memori saat ia di buang, bahkan meninggalkan Mamanya yang menangis meneriaki namanya. "Kamu apa kabar Nak? Kamu sehat?" Air mata terus mengalir membasahi pipi Syarief, Ali diam,seolah olah bibirnya sudah di kunci rapat,dan kuncinya di buang entah kemana.
"Papa minta maaf nak" Ucapan yang selama ini sangat ingin Syarief ucapkan kepada Ali,ucapan yang mungkin sedikit mengubah keadaan.

Syarief perlahan lahan menyudahi pelukannya, ia kembali menatap wajah Ali,namun yang di tatap justru memalingkan penglihatannya,tanpa niat menatap objek yang sedang menangis di hadapannya ini.

Perjuangan Sebuah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang