Chapter-12

4.2K 228 16
                                    

Hari mulai beranjak pagi. Ayam ayam jantan berkokok begitu nyaring dan burung burung kecil bersiul begitu merdu. Dua insan manusia ini yang baru saja merasakan kebahagiaan setelah beberapa bulan hidup sengsara.Benar kata pepatah,berakit rakit dahulu berenang renang ketepian.Habis susah pasti ada hikma membawa kita pada kebahagiaan. Pagi itu Prilly mulai terusik dari tidur lelapnya. Ia mengrejab rejabkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk di indera penglihatan. Kemudia Prilly menoleh dan mendapati suaminya yang masih tertidur lelap sambil memeluk perutnya yang kini terisi oleh seorang janin. Senyumnya terlihat indah di wajah polos itu,Prilly mengelus wajah suaminya yang tampak begitu halus. "Ali bangun yuk" Ucapnya parau khas orang baru bangun tidur. Namun sang empu masih enggan untuk membuka matanya,ia malah semakin mengeratkan pelukannya terhadap istrinya itu. "Sayang bangun,  katanya mau masuk kuliah kan?" Ucapan Prilly barusan membuat Ali langsung membulatkan matanya yang tadi tertidur menjadi membulat sempurna. "Astagafirullah sayang,aduh maaf ya aku lupa" Ali langaung melompat dari tempat tidur dan menuju kamar mandi.

Prilly menatap kamar yang sekarang ia tempati, begitu indah bahkan lebih sempurna dari kamarnya dahulu. Air matanya menetes seketika, ia merasa rindu terhadap kedua orang tuanya, rasa ingin sekali kembali dan memeluk kedua orang tuanya bahkan ingin bercerita tentang kisah hidup kelamnya yang berubah derastis.

Prilly memegang perutnya yang mulai sedikit membuncit,di sana ada satu nyawa yang harus ia lindungi,ia takut jika ia kembali ke rumahnya, bukannya di suruh tinggal bersama melainkan di suruh pergi atau hal hal aneh lainnya. Prilly menghapus sisa sisa air mata yang masih menetes itu, ia bangkit dari ranjang dan mempersiapkan perlengkapan untuk kuliah suaminya.

Semua yang mereka miliki sekarang, masih di olah oleh asisten pribadi sekaligus sekertaris pribadi Kakek Adi,ya itu Dirga Punjaya. Dirga lah yang akan mengelolah dua perusahaan tersebut di bantu oleh kedua asisten kantor Kakek Adi, setelah setahun nanti,semuanya akan Ali olah dengan tangannya sendiri. Sementara ini,biarlah Ali menambah ilmunya dulu dalam urusan bisnis, setahun sudah cukup untuk Ali turun tangan dan menghandel semua perusahaan miliknya.

"Pril,baju aku mana?" Teriak Ali yang masih berada di kamar mandi.

"Ada di ranjang,aku turun dulu buatin kamu sarapan" Balas Prilly sambil berteriak. Prilly sudah tidak mendengar teriakan dari Ali,dan itu saatnya ia akan turun untuk membuat sarapan.

Jika boleh jujur,Prilly sangat lelah untuk menuruni anak tangga ini,apalagi posisi dia sedang hamil. Ainun selaku yang bertanggung jawab dalam urusan kebersihan,melihat Prilly susah payah untuk turun dari tangga layaknya raksasa ini. Ainun segera menghampiri Prilly dengan rasa cemas,takut jika sewaktu waktu Prilly tergelincir dan terjatuh. "Prilly,hati hati,tunggu" Teriak Ainun dengan panik.

Prilly yang melihat itu langsung menoleh dan tersenyum,dalam hati ia bernafas lega, untung saja ada Ainun. "Kamu kenapa turun sendiri, taukan rumah ini udah gimana gedenya, ntar kalau terjadi apa apa sama kamu gimana? Kalau mau turun atau butuh sesuatu panggil aku aja, atau panggil Eemhy,Sarnita,Yani atau Lisa" Cerocos Ainun sambil menuntun Prilly melewati beberapa anak tangga lagi. "Hehehe, aku takut ngerepotin kak" Sahut Prilly sambil tersenyum.

"Gak ada yang ngerepotin,sekarang kamu mau kemana?"

"Aku mau ke dapur kak,masak sarapan buat Ali"

"Kan udah ada yang masak Pril, kasihan kamu capek capek. Gak usah ya?" Bujuk Ainun membantu Prilly untuk duduk sementara di sofa menuju dapur.

"Gak kak,kalau masak biar aku saja, ya please" kalau sudah memasang wajah puppy eyes siapa yang mau nolak,gemesin sih.

"Huh,ya udah. Ayok aku temenin" Prilly akhirnya bisa bersorak gembira,akhirnya Ainun mengijinkannya untuk memasak.

Perjuangan Sebuah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang