Chapter-29

3.6K 150 9
                                    

Hujan seolah olah mewakili perasaan para keluarga dan kerabat Prilly yang memenuhi pemakaman di bagian sudut kiri ini. Langit mendung seakan akan semesta merasakan kehilangan sosok perempuan kuat seperti Prilly ini.Keceriaan, bercandanya,senyumnya, dan tawanya ikut terkubur dibawah tanah basah ini.Suaminya,ya Ali. Ia masih memeluk erat nisan dengan tulisan nama istrinya itu. Rasa sedih, menyesal, sakit semua betcampur jadi satu. Mengapa sewaktu dulu ia tidak mengetahui penyakit istrinya ini. Mengapa dahulu ia tidak menanyakan kondisi istrinya dulu. Semuanya hanya kata mengapa yang sangat Ali sesalkan.

' Sayang,kamu pasti sudah tenangkan? Gak ada lagi rasa sakit yang kamu rasakan,gak ada lagi denyutan aneh yang seolah olah membunuhmu perlahan,semuanya sudah selesai Prill. Tau gak setelah kamu pergi, hidup aku rasanya sudah sia sia Prill, perjuangan kita dulu, kenangan kita dulu seperti kaset rusak yang memenuhi isi kepalaku, dan saat aku mengingat itu dengan cengennya aku nangis Prill.Aku lemah banget ya sayang, padahal selama beberapa bulan ini kamu usaha banget nutupin sakit kamu biar aku gak khawatir, rasain sakit itu sendiri,aku gak tau gimana dulu kamu jalani hidup dengan penyakit itu, padahal senyum kamu benar benar murni. Maaf ya Prill, aku selalu berusaha kuat, tapi hati aku sakit sayang, kamu benar benar gak ada, dulu kalau aku terpuruk kamu selalu ada nguatin aku, ngasih suport keaku dan dengan entengnya aku bisa bangkit. Sekarang? Siapa yang jadi penyemangat aku sekarang? Sedangkan penyemangatku sudah pergi untuk selamanya ' Batin Ali seraya menghapus air matanya yang dengan lancang meleleh tanpa permisi.

Aurel memegangi batu nisan yang tertera nama lengka dari Prilly. Bibir Aurel bergetar hebat apalagi di tambah dengan dinginnya rintikan hujan. Mata Aurel sudah begitu merah, ya merah karena tak henti hentinya nangis,semalam mulai dari pembawaan Jenazah Prilly dari Singapura hingga Jakarta.
'Pril gue gak tau mau ngomong apa sama lo. Gue bener bener gak nyangka persahabatan kita begitu singkat Pril' Aurel menciumi nisan yang tertera jelas nama sahabatnya itu, rasanya ia belum ikhlas melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Suars gemuru hentakan kaki orang berlari mengagetkan Aure, Ali beserta para pekerja yang mengantar Prilly di tempat peristirahatan terakhirnya. "PRILLYYYYY" Laki laki paruh bayah bertubuh agak sedikit berisi langsung memeluk erat Nisan milik Prilly sambil berurai air mata yang tiada hentinya. "Bangun nak, Ayah datang,Ayah maafin Prilly. Ayo sini Ayah pengen peluk Prilly,Ayah mau gendong Prilly lagi. Bangun sayang" Jeritan seorang Ayah ketika melihat putrinya sudah terkubur dibawah tumpukan tanah,Rizal kesal,marah dan benci pada dirinya sendiri,mengapa tidak dari dulu ia memaafkan putri semata wayangnya itu. Kenapa baru sekarang ia baru bisa memaafkan putrinya,disaat putrinya sudah benar benar hilang di muka bumi ini. "Prilly, bangun nak,Ayah datang. Sini peluk Ayah nak" tetes demi tetes air mata Rizal turun disertai rintikam hujan,dan awan mendung, seolah olah mewakili semua perasaan orang akan kepergiaan Prilly.

Bunda Ully di peluk erat oleh Aure, ia teringat ucapan Prilly dulu,'Bunda,kalau Prilly nanti pergi,jangan pernah nangis,karena air mata Bunda itu sangat berharga untuk Prilly' dengan sekuat tenaga Bunda Ully menggigit bibir bawahnya,ia tidak ingin jika setetes air matanya turun dan membuat putrinya semakin sedih melihatnya menangis. 'Sayang anaknya Bunda,kamu sudah lelah ya nak bertahan, kenapa gak pernah ngomong kalau kamu memendam penyakit itu Nak?Bunda gak kuat Prill, Bunda udah hilang semangat hidup' Memang diluar Bunda Ully terlihat begitu tegar. Tapi siapa tahu batinnya begitu terpukul, batinnya menangis,kenapa harus sekarang Tuhan mengambil putrinya, disaat putrinya itu baru merasa bahagia.

Kedua orang tua Ali juga datang, ia memeluk tubuh anak lelakinya itu sangat erat, Ali menangis terguncang di pelukan Mama dan Papanya,dialah yang sekarang merasa terpukul. Kenapa dia sampai seceroboh itu tidak tau dan tidak peduli akan penyakit istrinya, kenapa Tuhan ikut bersandiwara bersama Prilly aga ia tidak tau. "Mama, kenapa Prilly niggalin Ali Mah? Ali belum siap,Riez butuh Bundanya Mama.Kenapa Tuhan membuat skenario seolah olah ikut bersandiwara soal penyakit yang Prilly derita,kenapa Ali gak tau" Ali terus menjerit dalam tangisnya,ia memaki maki dirinya sendiri akan keteledoran yang ia perbuat semasa istrinya itu masih hidup.

Perjuangan Sebuah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang